Gejala Klinis Malaria Determinan Timbulnya Wabah Malaria Survei Malaria

2.1.2.3.Environment Lingkungan adalah dimana manusia dan nyamuk dan berada yang memungkinkan terjadinya transmisi malaria setempat indigenous, lingkungan tersebut terbagi atas lingkungan fisik, lingkungan malaria, lingkungan biologik dan lingkungan sosial budaya. 1. Lingkungan fisik, meliputi suhu, kelembaban, hujan, ketinggian, angin, sinar matahari dan arus air. 2. Lingkungan kimia, meliputi kadar garam yang cocok untuk berkembang biaknya nyamuk Anopheles sundaicus. 3. Lingkungan biologik, adanya tumbuhan, lumut, ganggang, ikan Kepala Timah, Gambusia, Nila sebagai jentik nyamuk Anopheles, serta adanya ternak sapi, kerbau dan babi akan mengurangi frekuensi gigitan nyamuk pada manusia.

2.1.3. Gejala Klinis Malaria

Penyakit malaria yang dikenal secara umum adalah malaria yang ditemukan berdasarkan gejala klinis, yaitu penyakit malaria yang ditemukan berdasarkan gejala klinis dengan gejala utama; demam, menggigil dan berkeringat secara berkala dan sakit kepala penderita kelihatan pucat dan lesu, mual serta nafsu makan kurang Depkes RI, 1999. Diagnosis secara pasti bisa terjangkau jika ditemukan parasit malaria dalam darah penderita. Oleh karena itu cara diagnosis malaria yang paling penting adalah dengan memeriksa darah penderita secara mikroskopis Sutina, 2004. Universitas Sumatera Utara

2.1.4. Determinan Timbulnya Wabah Malaria

Meningkatnya penduduk yang rentan sering disebabkan oleh masuknya penduduk yang tidak imun ke suatu daerah yang endemic transmigrasi, yaitu: a. Reservoir penderita infeksi, adalah masuknya penduduk dengan membawa spesies parasit yang baru atau yang tidak ada di daerah tersebut, kelompok ini mungkin tanpa gejala klinik tapi dalam daerahnya beredar gametosir yang siap ditularkan kepada penduduk setempat, hal ini akan menjadi reservoir yang baru. b. Vektor penular, yaitu perubahan iklim atau menurunkan jumlah ternak sehingga nyamuk yang tadinya zoofilik berubah menjadi anthrofoflik akan meningkatkan kepadatan vektor penular dalam rumah. c. Efektivitas vektor, yaitu meningkatnya efektivitas vektor setempat dalam menyebarkan penyakit malaria.

2.1.5. Survei Malaria

2.1.5.1.Survei malariometrik MS Pada survey ini yang didapatkan adalah prevalensi yang menunjukkan adanya penderita malaria lama dan baru pada suatu saat period prevalence. a. Parasite Rate PR Menggambarkan persentase penduduk yang di darahnya mengandung parasit pada suatu saat tertentu. Di mana kelompok umur dicakup adalah 2-9 tahun dan 01 tahun Ifnant Parasite Rate = IPR. IPR mempunyai arti epidemologi khusus karena adanya penderita pada kelompok umur ini lebih-lebih infeksi P. Falsiparum dapat Universitas Sumatera Utara dengan tepat menunjukkan saat terjadinya transmisi. Dilaksanakan pada saat terjadinya puncak insidens musim malaria. b. Spleen Rata SR Menggambarkan persentase penduduk yang limpahnya membesar dari seluruh penduduk yang diperiksa. SR tidak mengikutsertakan bayi oleh karena pada bayi yang normal pun limpanya masih membesar. SR berguna untuk menentukan tingkat endemasitas di mana dengan adanya pembesaran limpa pada golongan umur tertentu 2-9 tahun menunjukkan bahwa malaria sudah lama ada di daerah tersebut. c. Survei Darah Massa Massal Blood Survey = MBSI Dilaksanakannya di suatu daerah terbatas yang dicurigai tinggi angka kesakitan berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan rutin. Semua penduduk diperiksa darahnya dan hasilnya adalah PR dan PF. d. Survei Demam Massal Mass Fever Survey= MFS Penduduk yang diambil darahnya adalah mereka yang menunjukkan gejala demam atau pernah demam dalam waktu satu bulan sebelum survei dan dilaksanakan secara efektif. Hasilnya lebih baik dari MBS karena ada kemungkinan tingkat endesimitasnya lebih tinggi. e. Survei Vektor Indikator yang dihasilkan Man Btting Rate, Sprorozoit Rate, Humah Bood Index dan kerentanan vektor terhadap insektisida yang digunakan. Datanya sangat diperlukan dalam rangka mengumpulkan data keadaan vektor secara cermat dan teliti guna menyusun perencanaan program pemberantasan vektor secara menyeluruh. Universitas Sumatera Utara Jenis survei ini tidak dilakukan oleh petugas kesehatan. Beberapa yang penting seperti curah hujan, kelembaban udara dan mobilitas penduduk dapat diperoleh dari instansi lain. Yang penting untuk dilakukan oleh petugas kesehatan adalah data tentang perindukan nyamuk yang ada wilayahnya baik yang bersifat alamiah maupun yang buatan manusia.

2.1.6. Program Pengendalian Malaria

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

11 97 123

Nilai Pendidikan Pada Anak (Studi Kasus: Masyarakat Pesisir di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)

4 47 182

Nilai Pendidikan Pada Anak (Studi Kasus: Masyarakat Pesisir di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)

0 0 12

Nilai Pendidikan Pada Anak (Studi Kasus: Masyarakat Pesisir di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)

0 0 2

Nilai Pendidikan Pada Anak (Studi Kasus: Masyarakat Pesisir di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)

0 0 8

Nilai Pendidikan Pada Anak (Studi Kasus: Masyarakat Pesisir di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)

0 0 11

Nilai Pendidikan Pada Anak (Studi Kasus: Masyarakat Pesisir di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)

0 0 3

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA RANTAU PANJANG KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013

0 1 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Malaria 2.1.1. Pengertian Malaria - Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 0 33

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 0 7