Orang dengan parasitemia tanpa gejala. Gambaran karakteristik dari malaria demam periodik, anemia dan splenomegali. Berat ringannya manifestasi malaria
tergantung jenis plasmodium yang menyebabkan infeksi. Menurut Harijanto 2000 dikenal 4 jenis plasmodium, yaitu:
a. Plasmodium vivax, merupakan parasit yang paling sering dan menyebabkan
malaria tertianavivax demamnya setiap hari ke-3. b.
Plasmodium falficarum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan
menyebabkan malaria tropikafasiparum demam setiap 24-48 am. c.
Plasmodium malaria, merupakan parasit yang jarang dijumpai dan dapat menimbulkan sindroma neprotik serta menyebabkan malaria quartanamalariae
dalam setiap hari ke-4. d.
Plasmodium ovale, dijumpai 1 di Benua Afrika dan daerah Pasifik Barat. Di Indonesia Plasmodium ovale dapat dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian Jaya.
Plasmodium ovale memberikan infeksi yang paling sering dan sering sembuh secara spontan tanpa melalui pengobatan.
2.1.2. Cara Penularan Malaria
Secara umum penyebaran penyakit malaria sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yang saling mendukung, yaitu host, agent dan environment sesuai teori The
Traditional ecological model yang dikemukakan oleh Dr. John Gordon Laihad, C, 2005.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.1. Host
Host pada penyakit malaria dibagi atas dua, yaitu Host Intermediate manusia dan Host Definitif nyamuk. Manusia disebut sebagai Host intermediate penjamu
sementara karena di dalam tubuhnya terjadi siklus aseksual parasit malaria, sedangkan nyamuk Anopheles disebut sebagai host definitif penjamu tetap karena
di dalam tubuhnya terjadi siklus seksual parasit malaria. 2.1.2.1.1.Host intermediate
Pada dasarnya setiap orang bisa terinfeksi oleh agent biologis Plasmodium tetapi ada beberapa faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi kerentanan Host
terhadap agent, yaitu usia, jenis kelamin, ras, riwayat malaria sebelumnya, gaya hidup, sosial ekonomi, sosial ekonomi, status gizi dan tingkat imunitas.
1. Usia, bagi anak laki-laki lebih rentan terhadap infeksi penyakit malaria.
2. Jenis kelamin, perbedaan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap kerentnan
individu, tetapi bila malaria terjadi pada wanita hamil akan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan ibu dan anaknya, seperti anemia berat, berat
badan lahir rendah, abortus, partus prematur dan kematian janin intrauterin Gunawan, S dalam Harijanto, 2000.
3. Ras, beberapa ras manusia atau kelompok penduduk mempunyai kekebalan
alamiah terhadap malaria, misalnya: orang Negro di Afrika Barat dan keturunannya di Amerika dengan golongan darah Duffy tidak dapat diinfeksi
oleh Plasmodium vivax karena golongan ini tidak mempunyai reseptornya.
Universitas Sumatera Utara
4. Riwayat malaria sebelumnya, orang yang pernah terinfeksi malaria
sebelumnya, biasanya akan terbentuk imunitas sehingga akan lebih tahan terhadap infeksi malaria berikutnya.
5. Cara hidup, kebiasaan tidur tidak memakai kelambu dan sering berada di luar
rumah pada malam hari sangat rentan terhadap infeksi malaria. 6.
Sosial ekonomi, keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah endemis malaria erat hubungannya dengan infeksi malaria.
7. Status gizi, keadaan gizi agaknya tidak menambah kerentanan terhadap
malaria. Ada beberapa studi yang menunjukkan bahwa anak yang bergizi baik justru lebih sering mendapat kejang dan malaria selebra dibandingkan dengan
anak yang bergizi buruk. Tetapi anak yang bergizi baik dapat mengatasi malaria berat dengan lebih cepat dibanding anak yang bergizi buruk
Gunawan, S dalam Harijanto, 2000. 8.
Imunitas, masyarakat yang tinggal di daerah endemis malaria biasanya mempunyai imunitas alami sehingga mempunyai pertahanan alamiah terhadap
infeksi malaria. 2.1.2.1.2.Host defenitif
Host defenitif yang paling berperan dalam penularan penyakit malaria dari orang yang sakit malaria kepada orang yang sehat adalah nyamuk Anopheles betina
dan hanya nyamuk Anopheles ini sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu, prilaku nyamuk itu sendiri dan faktor-faktor lain yang mendukung.
Universitas Sumatera Utara
1. Perilaku nyamuk
Perilaku nyamuk dapat dibagi empat kategori, yaitu perilaku hidup, perilaku berkembang biak, perilaku mencari darah dan perilaku beristirahat.
a. Perilaku hidup suatu daerah akan disenangi nyamuk sebagai habitatnya
apabila daerah tersebut memenuhi syarat sebagai berikut: tersedianya tempat beristirahat, tersedia tempat untuk mencari darah dan tersedia tempat untuk
berkembang biak. b.
Perilaku berkembang biak, masing-masing jenis nyamuk mempunyai kemampuan untuk memilih tempat berkembang biak sesuai dengan
kesenangannya dan kebutuhannya, misalnya Anopheles sundaicus lebih senang di air payau dengan kadar garam 1218 dan terkena sinar matahari
langsung. Sedangkan Anopheles maculate lebih senang di air tawar dan terlindung dan sinar matahari teduh.
c. Perilaku mencari daerah banyak nyamuk Anopheles betina yang menghisap
darah dibutuhkan untuk pertumbuhan telurnya. Bila dipelajari lebih jauh perilaku nyamuk mencari darah terbagi atas empat hal, yaitu 1 berdasarkan
waktu menggigit mulai senja hingga tengah malam dan menggigit mulai tengah malam hingga dini haripagi, 2 berdasarkan tempat eksopagik lebih
suka menggigit di luar rumah dan edopagik lebih suka menggigit di dalam rumah, 3 berdasarkan sumber darah antrofoflik lebih suka menggigit
manusia dan zoofilik lebih suka menggigit hewan, 4 berdasarkan frekuensi menggigit tergantung pada spesiesnya dan dipengaruhi oleh temperatur dan
Universitas Sumatera Utara
d. Perilaku istirahat, 1 istirahat berdasarkan kebutuhan, yaitu istirahat
sebenarnya yang merupakan masa menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara, yaitu masa sebelum sesudah mencari daerah, 2 istirahat
berdasarkan kesukaan, eksofilik lebih suka beristirahat di luar rumah, dan endofilik lebih suka beristirahat di dalam rumah.
2. Faktor lain yang mendukung:
a. Umur nyamuk longevity, semakin panjang umur nyamuk semakin besar
kemungkinan untuk menjadi penular atau vektor malaria. b.
Kerentanan nyamuk tehadap infeksi gametosit. c.
Frekuensi menggigit manusia d.
Siklus gonotrofik, yaitu waktu yang diperlukan untuk matangnya telur sebagai indikator untuk mengukur interfal menggigit nyamuk pada obyek yang digigit
manusia. Syarat-syarat nyamuk sebagai berikut:
a. Tingkat kepadatan Anopheles di sekitar pemukiman manusia yang sesuai
dengan kemampuan nyamuk antara 2-3 km. b.
Umur nyamuk, lamanya hidup nyamuk harus cukup lama sehingga parasit dapat menyelesaikan siklus sporrogoni di dalam tubuh nyamuk.
c. Adanya kontak dengan manusia, jika nyamuk yang ada kesukaannya
menghisap darah manusia Antropofidik.
Universitas Sumatera Utara
Kerentanan nyamuk terhadap parasit, hanya spesies nyamuk Anopheles tertentu yang terinfeksi sebagai penular malaria kepada manusia adanya sumber
penular pada umumnya nyamuk yang baru menetas tidak mengandung parasit dan baru akan menjadi vektor bila terdapat parasit yang berasal dari obyek gigitan dan
menjadi infekstif setelah menyelesaikan siklus hidupnya. 2.1.2.2.Agent
Pada tahun 1880 Charles Lous Alphonso Laveran di Al jazair menemukan parasit malaria dalam daerah manusia. Selanjutnya pada tahun 1886 Golgi di Italia
menemukan Plasmodium vivax dan Plasmodium malarie, serta pada tahun 1890 Celli dan Archiava menemukan Plasmodium falciparum Nugroho dalam Harijanto, 2000.
2.1.2.2.1.Siklus aseksual Siklus aseksual yang berlangsung pada tubuh manusia terdiri dari dua fase,
yaitu fase eritrosit erythorocytic sch igogony dan fase yang berlangsung dalam parenkim sel hepat exo-erythocytic schiogony.
2.1.2.2.1.1.Fase erytocytic schizoyony Fase ini dimulai dengan keluarnya merozoit dari skizon matang di hati ke
dalam peredaran darah dan menginfeksi eritrosit. Parasit malaria mendapat makanan dari sitoplasma eritrosit yang masuk melalui sitosom, mencerna sitosol eritrosit
tersebut di dalam vakuola makanan. Di dalam eritrosit parasit mensintesis bermacam-macam asam nukleat, protein, lipid, mitokondria dan dibosom untuk
membentuk merooit barn. Siklus aseksual eritrosit periode schzogonvy ini lamanya berbeda pada masing-masing spesies, yaitu untuk Plasmodium Vivax, Plasmodium
Universitas Sumatera Utara
ovale dan palsmodium falciparum sekitar 48 jam dan untuk pasmodium malariae sekitar 2 jam.
2.1.2.2.1.2.Fase exo-erythrocytic schigony Fase ini dimulai ketika nyamuk Anopheles betina yang infektif memasuk
sporozoit yang terdapat pada air liurnya bersamaan pada saat menghisap darah manusia, yang selanjutnya dalam waktu 30 menit sporozit masuk melalui peredaran
darah ke dalam hati langsung menginfeksi sel hati sprozoot mengalami reproduksi aseksual selama 5-16 hari dengan menghasilkan 10.0003 parasit merozoit yang akan
dikeluarkan dari sel hati untuk selanjutnya parasit menginfeksi eritrosit. 2.1.2.2.1.3.Siklus seksual
Siklus seksual siklus sporogoni yang berlangsung dalam tubuh nyamuk akan menghasilkan sporozoti, yaitu untuk parsit yang sudah siap untuk ditularkan oleh
nyamuk kepada manusia. Pada saat nyamuk menghisap darah manusia, semua jenis parasit manusia, seperti tropozoit, siizon dan gametosit akan masuk ke dalam
lambung nyamuk yang selanjutnya tropozoit dan sizon akan hancur sedangkan gametopsit akan meneruskan siklus sporogoni. Gametosit matang di dalam darah
penderita yang masuk pada saat nyamuk menghisap darah akan segera keluar dari eritrosit yang kemudian akan menjalani proses pematangan atau pengeraman
di dalam usus nyamuk untuk menjadi gamet.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.3.Environment Lingkungan adalah dimana manusia dan nyamuk dan berada yang
memungkinkan terjadinya transmisi malaria setempat indigenous, lingkungan tersebut terbagi atas lingkungan fisik, lingkungan malaria, lingkungan biologik dan
lingkungan sosial budaya. 1.
Lingkungan fisik, meliputi suhu, kelembaban, hujan, ketinggian, angin, sinar matahari dan arus air.
2. Lingkungan kimia, meliputi kadar garam yang cocok untuk berkembang
biaknya nyamuk Anopheles sundaicus. 3.
Lingkungan biologik, adanya tumbuhan, lumut, ganggang, ikan Kepala Timah, Gambusia, Nila sebagai jentik nyamuk Anopheles, serta adanya ternak
sapi, kerbau dan babi akan mengurangi frekuensi gigitan nyamuk pada manusia.
2.1.3. Gejala Klinis Malaria