Jenis survei ini tidak dilakukan oleh petugas kesehatan. Beberapa yang penting seperti curah hujan, kelembaban udara dan mobilitas penduduk dapat
diperoleh dari instansi lain. Yang penting untuk dilakukan oleh petugas kesehatan adalah data tentang perindukan nyamuk yang ada wilayahnya baik yang bersifat
alamiah maupun yang buatan manusia.
2.1.6. Program Pengendalian Malaria
Menurut Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan, kegiatan pemberantasan dan
penanggulangan penyakit malaria sebagai berikut: Depkes RI, 1999 2.1.6.1.Penemu kasus penderita
Untuk pelaksanaan penemuan penderita dapat dilakukan: pertama, secara aktif atau ACD Active Case Detection, ini hanya dilakukan di Jawa-Bali dan Barelang
Binkar oleh Petugas Juru Malaria Desa JMD, dengan cara menemukan penderita malaria mengambil sediaan darah, dan memberikan pengobatan. Ini dilakukan dengan
kunjungan dari rumah ke rumah. Kedua, secara pasif atau PCD Passive Case Detection. Kegiatan ini dilakukan oleh semua puskesmas atau Unit Pelayanan
Kesehatan UPK lainnya. Semua yang memiliki sarana pemeriksaan sediaan darah malaria diharuskan mengambil sediaan darah dari setiap penderita malaria klinis
Depkes RI, 1999. Untuk di luar Jawa-Bali, penemuan penderita dilakukan secara pasif PCD
yang bertujuan untuk menemukan penderita secara dini dan diberikan pengobatan, merupakan kegiatan rutin dalam rangka memantau fluktuasi malaria AMI, alat
Universitas Sumatera Utara
bantu untuk menentukan musim penularan, dan peringatan dini terhadap KLB dengan sasaran penderita malaria klinis akut kronis yang datang berkunjung berobat ke
UPK Depkes RI, 1999. Melalui kegiatan PCD tersebut, sediaan darah yang dikumpulkan tidak boleh
5 dari penduduk cakupan puskesmas pertahun. Adapun metode yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1 Menentukan diagnosis klinis malaria akut dengan gejala demam menggigil
secara berkala disertai sakit kepala, demam yang tidak diketahui sebabnya, dan penderita malaria klinis.
2 Pengambilan sediaan darah terhadap penderita malaria klinis di daerah
resisten dan penderita gagal pengobatan. 3
Melakukan pengobatan pada penderita Depkes RI, 1999. 2.1.6.2.Pemberantasan vektor
Pemberantasan vektor malaria dilaksanakan berdasarkan pertimbangan: Rational, Effective, Efficient, Sustainable, dan Acceptable yang sering disingkat
dengan REESA Depkes RI, 1999: a.
Rational adalah untuk lokasi keghiatan pemberantasan vektor yang diusulkan memang terjadi penularan ada vektor dan tingkat penularannya memenuhi
kriteria yang ditetapkan, antara lain wilayah pemberantasan: desa HCI dan ditemukan penderita indigenous dan wilayah pemberantasan PR 3.
b. Effective, dipilih salah satu jenis kegiatan pemberantasan vektor atau
kombinasi dua metode yang saling menunjang dan metode tersebut dianggap
Universitas Sumatera Utara
c. Efficeint, diantara beberapa metode kegiatan pemberantasan vektor yang
efektif harus dipilih metode yang biaya paling murah. d.
Sustainable, kegiatan pemberantasan vektor yang dipilih harus dilaksanakan secara berkesinambungan sampai mencapai tingkat penularan tertentu dan
hasil yang sudah dicapai harus dapat dipertahankan dengan kegiatan lain yang biayanya lebih murah, antara lain dengan penemuan dan pengobatan
penderita. e.
Accceptable, kegiatan yang dilaksanakan dapat diterima dan didukung oleh masyarakat setempat.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pemberantasan vektor adalah sebagai berikut Depkes RI, 1999:
a. Penyemprotan rumah.
b. Larvaciding.
c. Biological control.
d. Pengelolaan lingkungan Source reduction.
e. Pemoles kelambu dengan insektisida.
Dari beberapa kegiatan pemberantasan vektor di atas, yang paling umum dilakukan adalah kegiatan penyemprotan rumah. Tujuan dari operasional
penyemprotan adalah menempelkan racun serangga tertentu dengan dosis tertentu secara merata ke permukaan dinding yang disemprot.
Universitas Sumatera Utara
Dosis dihitung dalam berat bahan aktif serangga yang disemprotkan pada setiap m
2
permukaan. Faktor-fator yang perlu diperhatikan dalam penyemprotan Depkes RI, 1999
Ketentuan lain yang penting untuk diperhatikan dalam penyemprotan rumah adalah waktu pelaksanaan. Adapun cara menentukan waktu pelaksanaan
penyemprotan adalah dengan mempertimbangkan kepadatan vektor dan apabila musim kepadatan vektor belum diketahui maka waktu pelaksanaan penyemprotan
adalah 2 bulan sebelum puncak median penderita positifklinis berdasarkan data 3-5 tahun terakhir di puskesmas tersebut.
2.1.7. Kegiatan Penangulangan Penyakit Malaria di Kab. Deli Serdang