Analisa Lentur dan Eksperimental Penambahan Serat Ijuk Aren (arenae pinnafa merr) Pada Daerah Tarik Balok Beton Bertulang

(1)

Analisa Lentur dan Eksperimental Penambahan Serat Ijuk Aren (arenae

pinnafa merr) Pada Daerah Tarik

Balok Beton Bertulang

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian Pendidikan Sarjana Teknik Sipil

Oleh :

090404145

Yessica N. Sihotang

BIDANG STUDI STRUKTUR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

Dalam beberapa tahun terakhir ini, penggunaan serat alami sebagai campuran dalam beton sudah semakin meluas. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa dengan penambahan serat ke dalam beton konvensional mampu meningkatkan karakteristik beton secara signifikan. Salah satunya adalah meningkatkan kekuatan tarik beton. Pada penelitian ini dilakukan pada 2 buah balok beton bertulang, dimana 1 buah merupakan beton bertulang normal (tanpa penambahan serat) dan yang lain merupakan balok beton bertulang dengan penambahan serat ijuk aren sebesar 2% di daerah tarik balok beton bertulang (di bagian bawah). Pengujian yang dilakukan berupa pengujian lentur dan pengujian regangan. Dari hasil pengujian diperoleh bahwa dengan menambahkan serat ijuk aren sebesar 2% dari volume semen pada daerah tarik beton bertulang meningkatkan kuat tekan beton sebesar 34,958 %, meningkatkan kuat tarik belah sebesar 31,814%, mengurangi lendutan sebesar 13,308 %, penurunan regangan beton (�) sebesar 11,937%, penurunan regangan tulangan baja tarik (��) sebesar 30,634%, Peningkatan kapasitas lentur balok beton bertulang sebesar 12,295%, Koefisien kapasitas lentur balok beton bertulang dengan dan tanpa penambahan serat ijuk aren berturut-turut adalah 0,875 dan 0,9903. Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa penambahan serat ijuk aren dapat meningkatkan kinerja beton khususnya balok beton bertulang.

Kata kunci: Balok Beton Bertulang, Serat Ijuk Aren, Kuat Tekan, Kuat Tarik Belah, Regangan, Lendutan, Kapasitas Lentur.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyatakan

kasih dan rahmatNya kepada saya hingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Karena

kasihNya-lah yang masih tetap mengizinkan saya menyelesaikan tugas akhir ini dan masih

memberi kesempatan yang berharga ini kepada saya.

Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik Sipil bidang

studi struktur Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, dengan

judul :

ANALISA LENTUR DAN EKSPERIMENTAL PENAMBAHAN SERAT IJUK AREN (Arenae Pinnafa Merr) PADA DAERAH TARIK

BALOK BETON BERTULANG

Saya menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas akhir ini tidak terlepas dari

dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang

berperan penting yaitu :

1. Bapak Besman Surbakti, MT. selaku dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan

dukungan, selalu bersabar memberikan masukan, bimbingan serta meluangkan waktu,

tenaga dan pikiran dalam membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Syahrizal, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak/Ibu seluruh staf pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas


(4)

5. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan selama ini kepada saya.

6. Asisten Laboratorium Bahan Rekayasa: Hafiz’09, Prima’09, Reza’09, , Rahmad’10,

Fauzi’10.

7. Untuk keluarga kecilku yang selalu mendukungku serta mendoakanku dalam

menyelesaikan tugas akhir ini. Untuk kedua orangtua yang sangat kukasihi dan

kuhormati: Bapakku, B.Sihotang dan Ibunda, S.Simbolon (+). Bapak yang sangat

kukasihi dan kusayangi selalu mendukungku dalam doa dan materil. Tidak pernah jemu

untuk mendidikku menjadi anak yang takut akan Tuhan dan menjadi anak yang terus

berjuang dalam segala keadaan. Ibundaku yang sangat kusayangi yang kini telah bahagia

bersama Allah Bapa di surga yang kekal. Ibunda yang selalu mengingatkanku tetap

menjaga kesehatan, selalu menyayangiku dan tidak pernah berkesudahan melimpahkan

kasih sayangnya bagiku. Ibunda yang selalu mendukungku dalam doanya sekalipun saat

beliau sedang berjuang melawan penyakitnya. Walaupun raganya telah tiada, namun

posisi beliau dalam hati tidak akan pernah tergantikan. Ku selalu merindukanmu, bunda.

Dan terakhir untuk adikku Jasmen Ebenezer Sihotang yang selalu mendukungku dan

mengingatkanku untuk menjadi seorang kakak yang bertanggung jawab.

8. Untuk sahabat-sahabatku sejak SMA yang selalu mendukungku dan mengingatkanku

untuk terus berjuang dalam mengerjakan tugas akhir ini: Mosarina, Vivi, Diastin,

Geisela, Yudhi, Denhas.

9. Untuk rekan-rekan seperjuangan yang sudah saya anggap sebagai saudara: Mariance,

Maria, Sumihar, Plani, Desi, Elisa, Manna Grace, Sahala, Wahyu, Frengky, Jimmy,

Jostar, Hasoloan, Agrifa, Bembeng, John, Ovit, Suparta, Edwin, Abraham yang telah


(5)

dilewati bersama selama 4 tahun lebih ini, banyak canda bahkan tangis yang telah kita

lewati bersama. Dan kubersyukur pada Tuhan aku dipertemukan dengan kalian.

10. Dan untuk seluruh rekan-rekan stambuk 2009 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Rekan-rekan seperjuangan yang telah banyak membantu selama proses perkuliahan

bahkan dalam pengerjaan tugas akhir ini.

11. Adik-adik angkatan 2012 yang telah membantu saya dalam proses pengerjaan tugas

akhir ini: Jerry, Albert, Vince, Andre, Alfon.

12. Abang kami, Marshal Gurusinga, ST (PT. SIKA INDONESIA) yang telah memberikan

dukungan berupa bahan yang kami gunakan dalam proses pengerjaan tugas akhir ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu saya menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dalam

penyempurnaan tugas akhir ini.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, November 2013

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR NOTASI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 2

1.1Latar Belakang ... 2

1.2Perumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Metodologi Penelitian ... 7

1.5Batasan Masalah ... 8

1.6 Mekanisme Pengujian ... 9

1.7 Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1Umum ... 12

2.2Bahan Yang Digunakan ... 12

2.2.1 Semen Portland ... 12

2.2.1.1 Sifat dan Karakteristik Semen Portland... 13

2.2.1.2 Jenis-Jenis Semen Portland ... 15

2.2.2 Agregat ... 16

2.2.1.1 Jenis-Jenis Agregat ... 16


(7)

2.2.5 Serat ... 23

2.2.5.1 Serat Ijuk Aren... 24

2.3Sifat Beton ... 28

2.3.1 Beton Segar ... 28

2.3.2 Beton Keras ... 29

2.4Variabel Beton Serat ... 33

2.5Perilaku Mekanis Beton Serat ... 34

2.6Perilaku Regangan-Tegangan Beton ... 35

2.6.1 Regangan-Tegangan Balok Beton Bertulang ... 37

2.7Balok Beton Bertulang ... 37

2.7.1 Baja Tulangan ... 38

2.7.2 Analisa Balok Beton Bertulang ... 39

2.7.2.1 Analisa Balok Terlentur Tulangan Tarik (Tunggal) ... 40

2.7.2.2 Analisa Balok Terlentur Tulangan Tekan - Tarik (Rangkap) ... 42

2.8Retak ... 44

2.9Lendutan ... 45

2.9.1 Perhitungan Lendutan ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 51

3.1Perhitungan Benda Uji Balok Beton Bertulang ... 51

3.1.1 Benda Uji Balok Beton Bertulang Normal ... 51

3.1.2 Benda Uji Balok Beton Bertulang Serat Ijuk Aren ... 55

3.2Pembuatan Benda Uji ... 57

3.2.1 Perencanaan Campuran Beton ... 57

3.2.1.1 Perencanaan Campuran Benda Uji Silinder ... 57

3.2.1.2 Perencanaan Campuran Benda Uji Balok Beton Bertulang ... 59

3.2.2 Persiapan Pembuatan Benda Uji ... 61

3.2.2.1 Persiapan Pembuatan Benda Uji Silinder ... 61

3.2.2.2 Persiapan Pembuatan Benda Uji Balok Beton Bertulang ... 62

3.2.3 Pengecoran Benda Uji ... 63


(8)

3.3Pengujian Benda Uji ... 66

3.3.1 Pengujian Kuat Tekan Benda Uji Silinder ... 66

3.3.2 Pengujian Kuat Tarik Belah Benda Uji Silinder ... 68

3.3.3 Pengujian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang ... 69

3.4Bagan Alir Percobaan (Flowchart) ... 73

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 74

4.1Hasil Pengujian Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Benda Uji Silinder ... 74

4.1.1 Perhitungan Benda Uji Silinder ... 75

4.2Hasil Pengujian Lendutan Balok Beton Bertulang ... 78

4.3Perhitungan Lendutan Balok Secara Teoritis ... 82

4.3.1 Balok Beton Bertulang Tanpa Fiber (Normal) ... 82

4.3.2 Balok Beton Bertulang Serat Ijuk Aren ... 100

4.4Pengujian Regangan Balok Beton Bertulang ... 122

4.4.1 Hubungan Tegangan-Regangan ... 130

4.4.1.1 Hubungan Tegangan-Regangan Beton Balok Beton Bertulang ... 130

4.4.1.2 Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik Balok Beton Bertulang ... 132

4.5Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang ... 135

4.5.1 Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang Tanpa Serat ... 135

4.5.2 Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang Dengan Penambahan Serat Ijuk Aren... 140

4.6Retak Pada Benda Uji Balok Beton Bertulang ... 146

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 148

5.1Kesimpulan ... 148

5.2Saran ... 149

DAFTAR PUSTAKA ... 150


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rencana Benda Uji Silinder ... 10

Tabel 1.2 Rencana Benda Uji Balok Beton Bertulang ... 11

Tabel 2.1 Komposisi Senyawa Kimia Semen Portland ... 14

Tabel 2.2 Batasan Gradasi Pada Agregat Halus ... 17

Tabel 2.3 Syarat Gradasi Agregat Kasar Berdasarkan ASTM ... 18

Tabel 2.4 Jenis Superplasticizer ... 20

Tabel 2.5 Komposisi Kandungan Unsur Kimia Pada Serat Ijuk ... 27

Tabel 2.6 Standard Baja Tulangan Berdasarkan ASTM ... 39

Tabel 2.7 Lebar Retak Yang Diizinkan ... 45

Tabel 2.8 Lendutan Maksimum Yang Diizinkan ... 45

Tabel 2.9 Perhitungan Lendutan Yang Terjadi Pada Beberapa Kondisi Pembebanan 48 Tabel 3.1 Komposisi Rencana Benda Uji Silinder Beton Normal ... 57

Tabel 3.2 Komposisi Rencana Benda Uji Silinder Beton Serat Ijuk Aren ... 58

Tabel 3.3 Komposisi Rencana Balok Beton Bertulang Normal ... 59

Tabel 3.4 Komposisi Rencana Balok Beton Bertulang Serat Ijuk Aren ... 61

Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Benda Uji Silinder ... 74

Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian Lendutan Balok Beton Bertulang Tanpa Fiber (Normal) ... 78

Tabel 4.3 Data Hasil Pengujian Lendutan Balok Beton Bertulang Serat Ijuk Aren 80 Tabel 4.4 Lendutan Berdasarkan Hasil Pengujian dan Lendutan Teoritis Pada Balok Beton Bertulang Tanpa Fiber (Normal) ... 98

Tabel 4.5 Lendutan Berdasarkan Hasil Pengujian dan Lendutan Teoritis Pada Balok Beton Bertulang Dengan Serat Ijuk Aren ... 118

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Regangan Pada Balok Beton Bertulang Tanpa Fiber (Normal) ... 124

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Regangan Pada Balok Beton Bertulang Dengan Serat Ijuk Aren ... 126

Tabel 4.8 Hubungan Tegangan (fc) dan Regangan Beton (��) Pada Balok Beton Bertulang Dengan dan Tanpa Penambahan Serat Ijuk Aren ... 130


(10)

Tabel 4.9 Hubungan Tegangan (fs) dan Regangan Tulangan Tarik(�) Pada Balok Beton Bertulang Dengan dan Tanpa Penambahan Serat Ijuk Aren... 133

Tabel 4.10 Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang Tanpa Serat (Normal) ... 139


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Potongan Memanjang Benda Uji Balok Beton Bertulang ... 7

Gambar 1.2 Penempatan beban, pen pembaca regangan, dan dial indicator pada balok beton bertulang tanpa serat (normal) ... 8

Gambar 1.3 Penempatan beban, pen pembaca regangan, dan dial indicator pada balok beton bertulang dengan penambahan serat ijuk aren pada daerah tarik ... 8

Gambar 2.1 Pohon Aren (Arenae Pinnafa Merr) ... 25

Gambar 2.2 Serat Ijuk Aren ... 27

Gambar 2.3 Tegangan Tekan Benda UJi Beton ... 30

Gambar 2.4 Berbagai Kuat Tekan Beton ... 31

Gambar 2.5 Diagram Kuat Beton-Umur Beton ... 31

Gambar 2.6 Pembebanan Pada Pengujian Tarik Belah Beton Silinder ... 32

Gambar 2.7 Hubungan Tegangan-regangan Linear ... 36

Gambar 2.8 Hubungan Tegangan-regangan non-Linear ... 36

Gambar 2.9 Deformasi Lentur Balok Beton Bertulang ... 37

Gambar 2.10 Diagram Tegangan-Regangan Saat Beton Dalam Kondisi Regangan Seimbang ... 39

Gambar 2.11 Diagram Tegangan Ekivalen Whitney ... 40

Gambar 2.12 Analisa Balok Bertulangan Tarik ... 41

Gambar 2.13 Analisa Balok Bertulangan Rangkap ... 43

Gambar 3.1 Sketsa Perencanaan Balok Beton Bertulang Tanpa Fiber (Normal) ... 51

Gambar 3.2 Sketsa Pembebanan Balok Beton Bertulang... 54

Gambar 3.3 Sketsa Perencanaan Balok Beton Bertulang Serat Ijuk Aren ... 55

Gambar 3.4 Dimensi Balok Beton Bertulang ... 59

Gambar 3.5 Dimensi Balok Beton Bertulang ... 60

Gambar 3.6 Cetakan Benda Uji Silinder ... 61

Gambar 3.7 Bahan Adukan Benda Uji ... 62

Gambar 3.8 Potongan Memanjang Benda Uji Balok Beton Bertulang ... 62

Gambar 3.9 Potongan Melintang Benda Uji Balok Beton Bertulang... 62


(12)

Gambar 3.11 Mesin Pengaduk / Molen ... 63

Gambar 3.12 Pengujian Slump ... 64

Gambar 3.13 Perawatan Benda Uji Silinder Beton Dengan Cara Merendam ... 66

Gambar 3.14 Pengujian Kuat Tekan Benda Uji Silinder... 67

Gambar 3.15 Benda Uji Setelah Diberi Beban ... 67

Gambar 3.16 Alat Splitting Test ... 68

Gambar 3.17 Benda Uji Silinder Dalam Keadaan Terbelah ... 69

Gambar 3.18 Penempatan Beban, Pen Pembaca Regangan, Dan Dial Indikator Pada Balok ... 70

Gambar 3.19Hydraulic Jack Kapasitas 25 Ton ... 70

Gambar 3.20 Dial Indikator ... 71

Gambar 3.21 Penempatan Tiga Pasang Pointer (Cincin) ... 71

Gambar 3.22 Seperangkat Alat Strain Meter ... 72

Gambar 3.23 Pembagian Segmen Pengamatan Posisi Retak ... 72

Gambar 4.1 Pembebanan Terpusat ... 82

Gambar 4.2 Pembebanan Akibat Berat Sendiri Balok ... 83

Gambar 4.3 Pembebanan Terpusat ... 100

Gambar 4.4 Pembebanan Akibat Berat Sendiri Balok ... 101

Gambar 4.5 Pengujian Regangan Balok ... 122

Gambar 4.6 Diagram Momen Balok Beton Bertulang ... 135

Gambar 4.7 Pola Retak Balok Beton Bertulang Tanpa Fiber (Normal) ... 146

Gambar 4.8 Retak Yang Terjadi Pada Balok Beton Bertulang Tanpa Fiber Pada Pembebanan 6000 Kg ... 146

Gambar 4.9 Pola Retak Balok Beton Bertulang Serat Ijuk Aren ... 147

Gambar 4.10 Retak Yang Terjadi Pada Balok Beton Bertulang Dengan Serat Ijuk Aren Pada Pembebanan 7000 Kg ... 147


(13)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Hubungan Beban-Lendutan Balok Beton Bertulang Tanpa Fiber (Normal) 79 Grafik 4.2 Hubungan Beban-Lendutan Balok Beton Bertulang Dengan Serat Ijuk

Aren ... 81

Grafik 4.3 Hubungan Beban-Lendutan Berdasarkan Hasil Pengujian dan Teoritis

Pada Balok Beton Bertulang Tanpa Fiber (Normal) ... 99

Grafik 4.4 Hubungan Beban-Lendutan Berdasarkan Hasil Pengujian dan Teoritis Pada Balok Beton Bertulang Dengan Serat Ijuk Aren... 119

Grafik 4.5 Hubungan Beban-Lendutan Hasil Pengujian Pada Balok Beton Bertulang Dengan dan Tanpa Serat Ijuk Aren ... 120

Grafik 4.6 Hubungan Beban-Lendutan Secara Teoritis Pada Balok Beton Bertulang Dengan dan Tanpa Serat Ijuk Aren ... 121

Grafik 4.7 Hubungan Beban-Regangan Balok Beton Bertulang Tanpa Fiber (Normal) 125

Grafik 4.8 Hubungan Beban-Regangan Balok Beton Bertulang Dengan Serat Ijuk Aren ... 127

Grafik 4.9 Hubungan Beban-Regangan Beton (��) Pada Balok Beton Bertulang

Dengan dan Tanpa Serat Ijuk Aren ... 128

Grafik 4.10 Hubungan Beban-Regangan Tulangan Tarik (��) Pada Balok Beton

Bertulang Dengan dan Tanpa Serat Ijuk Aren ... 129

Grafik 4.11 Hubungan Tegangan-Regangan Beton () Pada Balok Beton Bertulang

Tanpa Serat Ijuk Aren (Normal) ... 131

Grafik 4.12 Hubungan Tegangan-Regangan Beton (��) Pada Balok Beton Bertulang

Dengan Serat Ijuk Aren ... 132

Grafik 4.13 Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik (��) Pada Balok Beton

Bertulang Tanpa Serat Ijuk Aren (Normal) ... 134 Grafik 4.14 Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik () Pada Balok Beton

Bertulang Dengan Serat Ijuk Aren ... 134

Grafik 4.15 Hubungan Beban-Tegangan Lentur (�) Pada Balok Beton Bertulang


(14)

DAFTAR NOTASI

f’c : kekuatan tekan (kg/cm2)

P : beban tekan (kg)

A : luas permukaan benda uji (cm2)

SD : deviasi standar (kg/cm2)

σ’b : kekuatan masing-masing benda uji (kg/cm2)

σ’bm : kekuatan beton rata-rata (kg/cm2)

N : jumlah total benda uji hasil pemeriksaan / jumlah data

ft : kuat tarik belah (N/mm²)

� : Tegangan Beton (MPa) Ec : modulus elastic beton (MPa)

Wc : berat isi beton (kg/m³), dimana nilai � berkisar 1500 kg/m³ - 2500 kg/m³ ND : resultante seluruh gaya tekan pada daerah di atas garis netral

NT : resultante seluruh gaya tarik pada daerah di bawah garis netral

MR : momen tahanan (Nmm)

z : jarak antara resutante tekan dan tarik (mm)

c : jarak serat tekan terluar ke garis netral (mm)

fy : tegangan luluh tulangan (MPa)

Asb : luas tulangan balok seimbang (mm2)

ρ : ratio penulangan

d : tinggi efektif balok (mm)


(15)

β1 : konstanta yang merupakan fungsi dari kelas kuat beton

�� : Momen inersia efektif (mm4)

�� : Momen beban layan maksimum yang terjadi pada kondisi yang diharapkan �� : Momen inersia penampang (mm4)

��� : Momen inersia transformasi pada penampang retak (mm4) ��� : Momen retak (Nmm)

fr : Modulus retak beton (MPa) = 0,7��

yt : jarak dari garis netral penampang utuh ke serat tepi tertarik (mengabaikan tulangan baja) = 1

2ℎ

q : berat sendiri baok (N/mm)

��′ : regangan tulangan tekan (mm/mm) �� : regangan tulangan tarik (mm/mm) �� : regangan beton (mm/mm)

��1 : regangan beton yang diukur pada jarak 62,5 mm dari sisi atas balok ��2 : regangan beton yang diukur pada garis tengah penampang balok ��3 : regangan beton yang diukur pada jarak 62,5 mm dari sisi bawah balok Mn : Momen nominal (Nmm)

∆� : lendutan (mm) fc : tegangan beton


(16)

ABSTRAK

Dalam beberapa tahun terakhir ini, penggunaan serat alami sebagai campuran dalam beton sudah semakin meluas. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa dengan penambahan serat ke dalam beton konvensional mampu meningkatkan karakteristik beton secara signifikan. Salah satunya adalah meningkatkan kekuatan tarik beton. Pada penelitian ini dilakukan pada 2 buah balok beton bertulang, dimana 1 buah merupakan beton bertulang normal (tanpa penambahan serat) dan yang lain merupakan balok beton bertulang dengan penambahan serat ijuk aren sebesar 2% di daerah tarik balok beton bertulang (di bagian bawah). Pengujian yang dilakukan berupa pengujian lentur dan pengujian regangan. Dari hasil pengujian diperoleh bahwa dengan menambahkan serat ijuk aren sebesar 2% dari volume semen pada daerah tarik beton bertulang meningkatkan kuat tekan beton sebesar 34,958 %, meningkatkan kuat tarik belah sebesar 31,814%, mengurangi lendutan sebesar 13,308 %, penurunan regangan beton (�) sebesar 11,937%, penurunan regangan tulangan baja tarik (��) sebesar 30,634%, Peningkatan kapasitas lentur balok beton bertulang sebesar 12,295%, Koefisien kapasitas lentur balok beton bertulang dengan dan tanpa penambahan serat ijuk aren berturut-turut adalah 0,875 dan 0,9903. Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa penambahan serat ijuk aren dapat meningkatkan kinerja beton khususnya balok beton bertulang.

Kata kunci: Balok Beton Bertulang, Serat Ijuk Aren, Kuat Tekan, Kuat Tarik Belah, Regangan, Lendutan, Kapasitas Lentur.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beton merupakan material yang sudah sangat familiar bagi manusia, khususnya bagi kita yang berkecimpung di dunia teknik sipil. Di masa sekarang ini manusia tidak pernah jauh dari bangunan yang terbuat dari beton. Sebagai seorang engineer kita harus paham benar mengenai beton dan bahkan tahu akan sejarah dan perkembangannya. Pengetahuan tertua tentang beton adalah di temukan di Timur Tengah dan tertanggal pada 5600 SM; bangsa Mesir (pada abad 26 SM) telah menggunakan campuran dengan jerami untuk mengikat batu kering, gypsum, dan semen kapur dalam pertukangan batu (berdasarkan fakta-fakta dalam konstruksi Pyramid). Masyarakat Yunani yang tinggal di Crete dan Cyprus menggunakan semen kapur sebaik mungkin (abad ke-8 SM), mengingat Bangsa Babilonia dan Syria menggunakan “bitumen” untuk membangun bebatuan dan bangunan batu. Sama halnya pada Bangsa Yunani Kuno, menggunakan batu kapur calcined, ketika orang Roma membuat beton pertama; yang dicampur kapur putty dengan debu bebatuan atau abu vulkanik. Mereka menggunakannya dengan batu untuk membangun jalan, bangunan-bangunan, dan saluran air (terowongan air).

Pada perkembangannya, orang Romawi berusaha memberi tulangan berupa strip dan batangan dari kuningan pada bangunannya. Usaha ini kurang berhasil karena kuningan memiliki kecepatan ekspansi thermal yang lebih tinggi dibandingkan beton dimana menyebabkan beton mengalami retak dan pecah.

Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan (Jack C. McCormac, 2004).

Beton sangat menjadi primadona diantara material yang lain. Ini dikarenakan beton memiliki banyak kelebihan dibandingkan material yang lain. Dari pemakaian yang begitu luas maka dapat diduga sejak dini bahwa struktur beton mempunyai banyak keunggulan dibanding materi struktur yang lain.


(18)

Keunggulan beton diantaranya adalah sebagai berikut (Paul Nugraha dan Antoni, 2007):

1. Ketersediaan (availability) material dasar

2. Kemudahan untuk digunakan (versatility); masing-masing bahan dapat diangkut secara terpisah dan bisa dipakai untuk berbagai struktur tergantung kepada kebutuhan penggunaannya.

3. Kemampuan beradaptasi (adaptability); beton bersifat monolit sehingga tidak memerlukan sambungan seperti baja, dapat dicetak dengan bentuk dan ukuran berapapun serta dapat diproduksi dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan situasi sekitar.

4. Kebutuhan pemeliharaan yang minimal; ketahanan (durability) beton cukup tinggi, lebih tahan karat, dan lebih tahan terhadap bahaya kebakaran.

Disamping keunggulan beton yang telah disebutkan di atas, beton sebagai struktur juga memiliki beberapa kelemahan yang perlu dipertimbangkan, diantaranya adalah sebagai berikut (Paul Nugraha dan Antoni, 2007):

1. Berat sendiri beton yang besar, sekitar 2400 kg/m3

2. Kekuatan tariknya rendah, meskipun kekuatan tekannya besar 3. Beton cenderung untuk retak, karena semennya hidraulis.

4. Kualitasnya sangat tergantung cara pelaksanaan di lapangan. Beton yang baik maupun yang buruk dapat terbentuk dari rumus dan campuran yang sama

5. Struktur beton sulit untuk dipindahkan. Pemakaian kembali atau daur ulang sulit dan tidak ekonomis. Dalam hal ini struktur baja lebih unggul, misalnya tinggal melepas sambungannya saja.

Seiring dengan perkembangan zaman, banyak dilakukan penelitian untuk mengatasi kelemahan beton seperti yang disebutkan diatas. Salah satunya adalah mengatasi kekuatan tarik beton yang rendah dengan menambahkan tulangan besi yang sering disebut beton betulang.

Ide pertama tentang beton bertulang adalah pada tahun 1830, dimana batang tarik ditanam dalam beton untuk atap. Pada tahun 1848 Jean-Louis dari Perancis untuk pertama kalinya membuat perahu beton bertulang dan dipamerkan dalam Paris Exhibition pada tahun


(19)

penulangan dipasang berjarak 60 cm pada plat beton. Sejak saat itu, pemakaian beton semakin luas hingga saat ini.

Dewasa ini, penelitian beton semakin dieksplorasi. Harga tulangan besi yang mahal membuat biaya produksi beton bertulang sangat besar. Hal ini mendorong dilakukannya beberapa penelitian yang menggunakan material lain sebagai pengganti tulangan tarik dari besi. Ada beberapa material lain yang mampu menggantikan tulangan tarik dari besi. Salah satunya adalah serat. Beton yang menggunakan serat bukanlah sesuatu yang baru bagi dunia konstruksi. Sudah banyak dilakukan penelitian mengenai beton dengan penambahan serat. Serat yang biasa digunakan adalah serat baja, serat kaca, serat kawat, serat karbon, serat polyethylene, serat polypropylene, serat alami (antara lain, sisal, jute, ramie, ijuk, serat serabut kelapa, dan lain-lain).

Dalam beberapa tahun terakhir ini, penggunaan serat alami sebagai campuran dalam beton sudah semakin meluas. Ini dikarenakan serat alami mudah diperoleh dan harga beli yang relatif murah. Salah satu serat alami yang mudah diperoleh dan harga beli yang relatif murah adalah serat ijuk aren, ijuk diperoleh dari pohon aren yang banyak tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Ijuk merupakan helaian benang-benang yang berwarna hitam, bersifat kaku dan ulet (tidak mudah putus). Ijuk mempunyai kuat tarik setara dengan serat Polyprophelene dan keawetannya sangat baik, selain itu ijuk merupakan serat yang dapat menyerap air sehingga dapat digunakan sebagai bahan campuran dengan semen (Nely Wahyuni, 2010).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa dengan penambahan serat ke dalam beton konvensional mampu meningkatkan karakteristik beton secara signifikan. Salah satunya adalah meningkatkan kekuatan tarik beton. Kuat tarik beton konvensional berkisar antara 8% sampai 15 %. Alasan utama dari kuat tarik yang kecil adalah kenyataan bahwa beton dipenuhi oleh retak-retak halus. Retak-retak ini berpengaruh besar bila beton menerima beban tekan karena beban tekan menyebabkan retak menutup sehingga memungkinkan terjadinya penyaluran tekanan. Dan jelas hal ini tidak akan terjadi bila balok menerima beban tarik. (Jack C. McCormac, 2004)

Namun ketika terjadi retak pada beton serat, serat memberikan ketahanan terhadap retak tersebut karena serat sedapat mungkin merekatkan retak yang terjadi. Keadaan ini akan membuat daktilitas dan kekerasan beton menjadi naik. Selain itu, penggunaan serat telah


(20)

terbukti akan meningkatkan umur lelah (fatigue) dari balok dan mengurangi lebar retak ketika batang-batang beton menerima beban lelah. (Istimawan Dipohusodo, 1996)

Nilai kuat tekan beton relatif tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya. Kuat tekan beton diawali oleh tegangan tekan maksimum f’c dengan satuan N/m atau MPa (Mega Pascal). Kuat tekan beton umur 28 hari berkisar antara nilai ± 10 – 65 MPa. Untuk struktur beton bertulang pada umumnya menggunakan beton dengan kuat tekan berkisar 17-30 Mpa. Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian standard, menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban tekan bertingkat dengan kecepatan peningkatan beban tertentu atas benda uji silinder beton (diameter 150 mm, tinggi 300 mm) sampai hancur. Tata cara pengujian yang umumnya dipakai adalah standard ASTM (American Society for Testing Materials) C39-86.

Nilai kuat tariknya hanya berkisar 9% - 15% saja dari kuat tekannya. Kuat tarik bahan beton yang tepat sulit untuk diukur. Nilai pendekatan yang diperoleh dari hasil pengujian berulang kali mencapai kekuatan 0,5 – 0,6 kali √f’c, sehingga untuk beton normal digunakan nilai 0,57√f’c. Pengujian menggunakan benda uji yang sama seperti uji kuat tekan. Benda uji diletakkan pada arah memanjang di atas alat penguji kemudian beban tekan diberikan merata arah tegak. Apabila kuat tarik terlampaui, benda uji terbelah dua. Tegangan tarik yang timbul sewaktu benda uji terbelah disebut sebagai kuat tarik belah (split cilinder strength), diperhitungkan sebagai berikut7:

��= 2�

��� Dimana: ft = kuat tarik belah (N/mm²)

P = beban pada waktu belah (N) L = panjang benda uji silinder (m) D = diameter benda uji silinder (m)

Kekuatan beton bertulang-serat tidak berbeda jauh dari beton bertulang tidak memakai serat. Meskipun demikian, beton yang dihasilkan dengan penambahan serat ini mengalami peningkatan kekerasan yang substansial dan mempunyai daya tahan yang lebih tinggi terhadap retak dan tumbukan. (Jack C. McCormac, 2004).

Jack C. McCormac (2004) juga mengatakan perlu dicatat bahwa suatu tulangan hanya menyediakan penguatan pada arah tulangan saja, sementara serat yang disebarkan secara


(21)

Berdasarkan pernyataan Jack C. McCormac tersebut, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan serat pada beton konvensional. Dan pada penelitian ini, serat yang akan digunakan adalah serat alami (serat ijuk aren) dimana serat akan disebar hanya di daerah tarik beton. Dan sifat karakteristik beton yang akan ditinjau adalah kekuatan tarik beton dengan perlakuan seperti yang telah disebutkan (penyebaran serat hanya di daerah tarik).

1.2Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Berapakah besar peningkatan kuat tekan dan kuat tarik belah beton silinder dengan penambahan serat ijuk aren?

2. Berapakah besar peningkatan kapasitas balok beton bertulang dengan penambahan serat ijuk aren pada daerah tarik?

3. Bagaimana perbandingan lendutan balok beton bertulang dengan dan tanpa penambahan serat ijuk aren pada daerah tarik?

4. Bagaimana perbandingan regangan balok beton bertulang dengan dan tanpa penambahan serat ijuk aren pada daerah tarik?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui besar peningkatan kuat tekan dan kuat tarik beton silinder dengan penambahan serat ijuk aren.

2. Untuk mengetahui besar peningkatan kapasitas balok beton bertulang dengan penambahan serat ijuk aren pada daerah tarik.

3. Untuk mengetahui dan membandingkan lendutan balok beton bertulang dengan dan tanpa penambahan serat ijuk aren pada daerah tarik.

4. Untuk mengetahui dan membandingkan regangan balok beton bertulang dengan dan tanpa penambahan serat ijuk aren pada daerah tarik.


(22)

1.4Metodologi Penelitian

Adapun metodologi dan tahapan pelaksanaan yang digunakan dalam eksperimen tugas akhir ini adalah :

1. Uji Material beton, yaitu:

• Analisa Ayakan Pasir dan Kerikil

• Berat Jenis Pasir dan Kerikil

• Berat Isi Pasir dan Kerikil

• Kadar Lumpur Pasir dan Kerikil

2. Pendesainan (Mix Design) benda uji sebanyak 2 buah balok beton bertulang (1 buah balok beton bertulang dan 1 buah balok beton bertulang dengan penambahan serat ijuk aren pada daerah tarik) dan 12 buah beton silinder (6 buah beton silinder tanpa serat ijuk aren dan 6 buah beton silinder dengan penambahan serat ijuk aren) yang dilakukan di Laboratorium Bahan Rekayasa Program Strata Satu (S-1) Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara.

3. Pengujian Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah beton dengan benda uji 12 buah beton silinder yang dilakukan di Laboratorium Bahan Rekayasa Program Strata Satu (S-1) Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara.

4. Pengujian Kuat Lentur dengan benda uji 2 buah balok beton bertulang yang dilakukan di Laboratorium Struktur Program Magister (S-2) Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara. Pengujian kuat tarik dilakukan dengan cara meletakan balok diatas dua tumpuan (sendi-rol), kemudian diberi beban statis dengan menggunakan Hydraulic Jack dengan kondisi dimana beton sudah mencapai umur 28 hari sampai terjadi belah.


(23)

Gambar 1.2 Penempatan beban, pen pembaca regangan dan dial indikator pada balok beton bertulang tanpa serat (normal)

Gambar 1.3 Penempatan beban, pen pembaca regangan dan dial indikator pada balok beton bertulang dengan penambahan serat ijuk aren pada daerah tarik

1.5Batasan Masalah

Dalam penelitian ini ada beberapa lingkup masalah yang dibatasi, yaitu karakteristik bahan sebagai benda uji sebagai berikut:

1. Benda uji yang digunakan berupa beton berbentuk balok dengan ukuran penampang 15 cm x 25 cm dan panjang 320 cm.

2. Beton yang digunakan adalah beton K-225. 3. Tulangan yang digunakan adalah tulangan polos. 4. Tulangan yang digunakan:


(24)

 Tulangan tarik : 2D12

 Tulangan sengkang : D6-100

5. Serat ijuk aren yang digunakan bergeometri lurus diameter ± 1,0 mm yang dipotong-potong sepanjang 60 mm.

6. Konsentrasi serat ijuk aren 2% dari volume semen. Serat ijuk aren ditaburkan secara acak dan merata dibagian tarik balok.

7. Perletakan balok beton adalah perletakan sederhana (sendi-rol).

8. Dimensi cetakan silinder yang digunakan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.

9. Hasil kuat tarik belah beton silinder dengan penambahan serat ijuk aren diperhitungkan dalam menentukan tinggi garis netral balok beton bertulang dengan penambahan serat ijuk aren.

10.Dilakukan dua kali kegiatan pengecoran pada balok beton bertulang dengan penambahan serat ijuk aren pada daerah tarik.

 Pengecoran pertama dilakukan dengan penambahan serat ijuk aren sebesar 2% dari volume semen. Volume beton pada pengecoran pertama dihitung dengan memperhitungkan dimensi balok dan letak garis netral dari dasar balok.

 Pada pengecoran kedua dilakukan tanpa penambahan serat ijuk aren (beton normal). Beton normal dituang di atas beton dengan serat ijuk aren (bisa dianalogikan seperti membuat kue lapis). Tetapi perlu sangat diperhatikan rentang waktu pengecoran pertama kepada pengecoran kedua. Beton normal sudah harus dituang di atas beton serat ijuk aren sebelum terjadi setting pada semen agar pengecoran pertama dan pengecoran kedua menjadi homogen. Tetapi, ketika merojok beton normal harus sangat diusahakan tidak merusak beton serat ijuk aren yang di lapisan bawah.

1.6Mekanisme Pengujian

Pelaksanaan penelitian dan pengujian ini dilakukan berdasarkan SNI-03-6827-2002. 1. Bahan

Bahan-bahan yang dipergunakan adalah: a. Semen, semen tipe I

b. Agregat kasar, diameter minimum 4,76 mm. c. Agregat halus, diameter maksimum 4,76 mm.


(25)

e. Serat Ijuk aren, menggunakan serat ijuk aren bergeometri lurus diameter ±1,0 mm yang dipotong-potong sepanjang 60 mm.

f. Tulangan besi sebanyak 2 buah dengan diameter 12 mm sebagai tulangan tarik. g. Tulangan besi sebanyak 2 buah dengan diameter 12 mm sebagai tulangan tekan h. Tulangan sengkang dengan dimensi D6-100

i. Vaseline

2. Peralatan Mix Design dan Pembuatan Benda Uji Balok

a. Molen, untuk mencampur adukan beton dengan kapasitas 200 liter. b. Ember, untuk mengangkat air

c. Sekop, untuk mengambil agregat d. Mistar, untuk mengukur nilai slump

e. Kerucut abhrams, untuk mengukur nilai slump f. Batang perojok, untuk mengukur nilai slump g. Kain yang dibasahi, untuk perawatan benda uji

h. Bekisting, terdiri dari papan dan kayu sebagai pencetak balok beton yang berukuran 15 cm x 25 cm dengan panjang benda uji 320 cm

3. Peralatan Uji Lentur Balok Beton

a. Seperangkat alat uji lentur balok (Hydraulic Jack dan Dial Indikator) dengan perletakan sederhana (sendi-rol) di Laboratorium Struktur Program Magister (S-2) Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara.

4. Peralatan Uji Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Beton a. Seperangkat Compressive Machine

b. Alat Splitting Test 5. Rencana Benda Uji

Tabel 1.1 Rencana Benda Uji Silinder

Kode Benda Uji Panjang Bentang (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm) Tulangan Tekan Tulangan Tarik Volume Serat pada daerah tarik Jumlah

BLKBB 320 15 30 2Ø12 mm 2Ø12 mm - 2

BLKSI 320 15 30 2Ø12 mm 2Ø12 mm 2% 2


(26)

Kode

Benda Uji Diameter (cm) Tinggi (cm) Volume Serat Jumlah

CYL1 15 30 - 6

CYL2 15 30 2% 6

Dimana:

BLKBB = Balok Beton Bertulang Konvensional (tanpa penambahan serat).

BLKSI = Balok Beton Bertulang dengan penambahan serat ijuk aren pada daerah tarik. CYL1 = Beton Silinder tanpa penambahan serat ijuk aren

CYL2 = Beton Silinder dengan penambahan serat ijuk aren

1.7Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini bertujuan memberikan gambaran secara garis besar isi setiap bab yang dibahas pada tugas akhir ini. Sistematika penulisan adalah sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, metodologi penelitian, pembatasan masalah, mekanisme pengujian dan sistematika penulisan.

BAB II. STUDI PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian umum dan khusus mengenai beton dan serat bendrat yang akan diteliti berdasarkan referensi-referensi yang didapat oleh penulis.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang persiapan penelitian mencakup penyediaan bahan yang digunakan dalam penelitian, pekerjaan pertukangan hingga pelaksanaan pengujian.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi analisa dan hasil pengujian benda uji dalam penelitian di laboratorium, yaitu hasil pengujian kuat tarik balok dengan tulangan tarik dan balok dengan serat bendrat sebagai pengganti tulangan tarik serta pembahasannya.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian yang dilakukan dari seluruh kegiatan tugas akhir ini dengan menitikberatkan pada perilaku struktur terkhusus kuat tarik pada balok beton dan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Umum

Beton merupakan material yang paling popular digunakan. Ini disebabkan keunggulan-keunggulan beton dibanding material yang lain. Namun, dibalik keunggulannya beton memiliki beberapa kelemahan salah satunya adalah beton sangat mampu tahan terhadap tekan, namun sangat lemah terhadap tarik. Salah satu solusi untuk kelemahan beton ini adalah dengan perkuatan menggunakan besi tulangan, yang sering disebut dengan beton bertulang. Hanya saja dalam pelaksanaannya, beton bertulang pun masih memiliki kelemahan, yaitu terdapat keretakan pada beton. Solusi untuk mengatasi masalah keretakan ini adalah dengan penambahan serat dalam beton.

Pemakaian serat dalam beton dapat meningkatkan kuat tarik karena serat memberikan ketahanan terhadap retak tersebut sehingga pertumbuhan retak menjadi lambat. Keadaan ini akan membuat daktilitas dan kekerasan beton menjadi naik.

2.2. Bahan yang digunakan

Beton tersusun atas tiga bahan penyusun utama, yaitu semen, agregat, dan air. Jika memerlukan bahan tambah (additive) maka dapat ditambahkan dalam adukan beton.

2.2.1 Semen Portland

Semen berasal dari bahasa latin caementum yang berarti bahan perekat. Maka secara sederhana, semen adalah bahan perekat yang dapat merekatkan bahan-bahan padat menjadi kesatuan yang kompak dan kuat.

Berdasarkan SNI 15-2049-2004, semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak (Clinker) Portland terutama yang terdiri dari kalsium silikat (xCaO.SiO2) yang bersifat hidrolis dan digiling bersama – sama dengan bahan

tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat (CaSO4.xH2O) dan


(28)

2.2.1.1 Sifat dan Karakteristik Semen Portland

Sifat semen portland dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sifat fisika dan sifat kimia.

1. Sifat Fisika Semen Portland

a. Kehalusan Butir (Fineness)

Kehalusan butir semen sangat mempengaruhi proses hidrasi. Semakin halus butiran semen, maka proses hidrasinya akan semakin cepat sehingga kekuatan awal tinggi dan kekuatan akhir akan berkurang. Hal ini dikarenakan waktu ikat (setting time) akan menjadi semakin cepat jika butir semen lebih halus. Kehalusan butir semen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya bleeding (naiknya air ke permukaan), tetapi justru menambah kecenderungan beton mengalami retak susut.

b. Kepadatan (Density)

Berdasarkan ASTM, berat jenis semen yang disyaratkan adalah 3,15 Mg/m3. Namun pada kenyataannya, berat jenis semen yang diproduksi dan beredar di pasaran berkisar antara 3,05 Mg/m3 sampai 3,25 Mg/m3.

c. Konsistensi (Consistency)

Konsistensi semen Portland lebih berpengaruh saat pencampuran awal, yaitu saat terjadi pengikatan sampai beton mengeras. Dan bergantung pada perbandingan antara semen dan air (pasta segar), dan aspek bahan semen seperti kehalusan dan kecepatan hidrasi.

d. Waktu Pengikatan (Setting Time)

Waktu Pengikatan adalah waktu yang terhitung dari semen mulai bereaksi dengan air dan menjadi pasta hingga pasta mengeras dan cukup kaku. Waktu pengikatan dibedakan atas dua jenis, yaitu: 1) Waktu ikat awal (initial setting time), yaitu waktu antara bercampurnya semen dan air menjadi pasta hingga sifat plastis hilang. Biasanya berkisar 1,0 – 2,0 jam dan tidak boleh kurang dari 1,0 jam. 2) Waktu ikat akhir (final setting time), yaitu waktu


(29)

antara terbentuknya pasta semen hingga mengeras. Biasanya tidak boleh lebih dari 8,0 jam.

e. Panas Hidrasi (Heat of Hydration)

Panas hidrasi adalah panas yang dihasilkan saat semen bereaksi dengan air. Panas yang dihasilkan bergantung pada jenis semen yang dipakai (komposisi kimia) dan kehalusan butiran semen.

f. Kekalan (Perubahan Volume)

Kekalan pasta yang mengeras merupakan suatu indikasi yang menyatakan kemampuan pengembangan bahan-bahan campurannya dan kemampuan untuk mempertahankan volume setelah pengikatan terjadi.

g. Kekuatan Tekan (Compressive Strength)

Pengujian kuat tekan semen dilakukan dengan cara membuat mortar yang akan ditekan sampai hancur. Kuat tekan semen dipengaruhi oleh tipe semen, komposisi semen, dan kehalusan butir semen.

2. Sifat Kimia Semen Portland

a. Susunan Kimia

Tabel 2.1 Komposisi Senyawa Kimia Semen Portland

Oksida Persen (%)

Kapur (CaO) 60 - 65

Silika (SiO2) 17 – 25

Alumina (Al2O3) 3 – 8

Besi (Fe2O3) 0,5 - 6

Magnesia (MgO) 0,5 – 4


(30)

Soda / Potash, Na2O + K2O 0,5 - 1

Secara garis besar ada empat senyawa kimia utama penyusun semen portland, yaitu: a. Trikalsium Silikat (3CaO. SiO2), yang biasanya disingkat menjadi C3S.

b. Dikalsium Silikat (2CaO. SiO2), yang biasanya disingkat menjadi C2S.

c. Trikalsium Aluminat (3CaO. Al2O3), yang biasanya disingkat menjadi C3A.

d. Tetrakalsium Aluminoferrit (4CaO. Al2O3. Fe2O3), yang biasanya disingkat

menjadi C4AF.

Komposisi C3S dan C2S berkisar antara 70%-80% dari berat semen. Senyawa

tersebut merupakan senyawa paling dominan yang memberikan sifat semen.

b. Kesegaran Semen

Pengujian kehilangan berat akibat pembakaran pada semen dilakukan pada suhu 900-1000oC. Kehilangan berat dapat terjadi karena adanya kelembapan dan karbon dioksida ataupun magnesium yang menguap. Kehilangan berat ini merupakan ukuran dari kesegaran semen.

c. Sisa Yang Tak Larut (Insoluble Residue)

Sisa bahan yang tidak habis bereaksi merupakan sisa bahan yang tidak aktif pada semen. Semakin sedikit sisa bahan, maka semakin baik kualitas semen. Jumlah maksimum sisa bahan tidak larut yang disyaratkan adalah 0.85%.

2.2.1.2 Jenis-jenis Semen Portland

American Society for Testing and Materials (ASTM) mengenal lima jenis semen portland, yaitu:

1) Tipe I : semen serbaguna yang digunakan pada pekerjaan konstruksi biasa.

2) Tipe II : semen modifikasi yang mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah daripada semen Tipe I dan memiliki ketahanan terhadap sulfat yang cukup tinggi. Umumnya dipakai mencegah serangan sulfat dan pada lingkungan system drainase yang memiliki kadar konsentrat tinggi.


(31)

3) Tipe III : semen dengan kekuatan awal yang tinggi yang akan menghasilkan, dalam waktu 24 jam, beton dengan kekuatan sekitar dua kali semen Tipe I. Semen ini memiliki panas hidrasi yang jauh lebih tinggi. Semen ini cocok digunakan pada pekerjaan dengan waktu yang mendesak.

4) Tipe IV : semen dengan panas hidrasi rendah yang menghasilkan beton yang melepaskan panas dengan sangat lambat. Semen jenis ini digunakan untuk struktur-struktur beton yang sangat besar.

5) Tipe V : semen untuk beton-beton yang akan ditempatkan di lingkungan dengan konsentrasi sulfat yang tinggi. Biasanya dipakai pada pekerjaan beton di dalam tanah yang mengandung banyak sulfat dan pelapisan saluran air dalam terowongan.

2.2.2 Agregat

Berdasarkan SK.SNI T-15-1991-03, agregat merupakan material granular misalnya pasir, kerikil, batu pecah, dan kerak tungku besi yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk beton semen hidrolik atau adukan. Agregat dalam beton menempati sekitar ¾ bagian dari volume beton. Dikarenakan proporsi agregat yang besar dalam beton, maka peran agregat sangatlah penting. Sehingga pemilihan agregat merupakan hal yang penting karena akan berpengaruh terhadap kualitas beton. Oleh karena itu, agregat yang digunakan harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

1. Agregat dalam keadaan bersih 2. Keras

3. Bebas dari sifat penyerapan

4. Tidak bercampur dengan tanah liat atau lumpur

5. Distribusi/gradasi ukuran agregat memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku

Pada prakteknya, agregat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1. Batu, untuk butiran dengan diameter lebih dari 40 mm.

2. Kerikil, untuk butiran dengan diameter antara 5 mm dan 40 mm. 3. Pasir, untuk butiran dengan diameter antara 0,15 mm dan 5 mm.

2.2.2.1Jenis-Jenis Agregat

Penggolongan agregat terdiri dari banyak klasifikasi, diantaranya adalah sebagai berikut:


(32)

1. Agregat berdasarkan asalnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

a. Agregat Alam, merupakan agregat hasil dari batu alam atau penghancurannya. Agregat alam dibedakan menjadi: kerikil dan pasir alam, agregat batu pecah, dan agregat batu apung.

b. Agregat Buatan, merupakan agregat yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu misalkan untuk memenuhi kebutuhan akan agregat yang tidak dapat dipenuhi oleh agregat alam.

2. Agregat berdasarkan besar butiran dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: a. Agregat Halus

Agregat halus (pasir) merupakan mineral alami pengisi beton yang memiliki diameter butiran kurang dari 5 mm.

Pasir yang digunakan sebagai bahan beton haruslah memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan ASTM sebagai berikut:

i. Susunan Butiran (Gradasi)

Pasir yang digunakan haruslah memiliki gradasi yang baik, karena pasir diharapkan dapat mengisi kekosongan yang tidak dapat diisi material lain sehingga akan menghasilkan beton yang padat.

Berdasarkan ASTM C33-74a, terdapat batasan gradasi pada agregat halus (lihat tabel 2.2)

Tabel 2.2 Batasan Gradasi pada Agregat Halus

Ukuran Saringan ASTM Persentase berat yang lolos pada tiap saringan

9.5 mm (3/8 in) 100

4.76 mm (No.4) 95 - 100

2.36 mm (No.8) 80 – 100

1.19 mm (No.16) 50 - 85

0.595 mm (No.30) 25 – 60

0.300 mm (No.50) 10 - 30


(33)

ii. Bersifat kekal, yaitu tidak mudah lapuk atau hancur oleh perubahan cuaca, seperti terik matahari dan hujan.

iii. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat keringnya. Jika kandungan lumpur lebih dari 5%, maka pasir harus dicuci.

iv. Kadar liat tidak boleh melebihi 1% dari berat kering.

v. Pasir harus bebas dari zat organik yang akan merugikan beton.

vi. Tidak boleh mengandung bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali dimana akan mengakibatkan pemuaian berlebihan dalam beton.

vii. Tidak boleh digunakan pasir laut karena pasir laut memiliki kadar garam tinggi yang akan merusak beton maupun tulangan.

b. Agregat Kasar (Kerikil)

Kerikil merupakan agregat yang mempunyai ukuran butiran berdiameter 5 mm – 40 mm. Sebagai pengganti kerikil dapat pula digunakan batu pecah (split). Kerikil atau batu pecah yang memiliki ukuran diameter lebih dari 40 mm tidak baik dalam pembuatan beton. Agregat kasar (kerikil) sebaiknya memiliki gradasi yang baik, maksudnya sebaiknya terdiri dari butiran yang bervariasi besarnya, agar dapat mengisi rongga yang kosong yang tidak dapat diisi oleh agregat yang berukuran besar sehingga mengurangi pemakaian semen.

Agregat kasar (kerikil) yang digunakan sebagai bahan beton sebaiknya memenuhi spesifikasi sebagai berikut:

i. Susunan Butiran (Gradasi)

Batasan gradasi agregat kasar dapat dilihat dalam tabel 2.3 berikut

Tabel 2.3 Syarat Gradasi Agregat Kasar berdasarkan ASTM

Lubang Ayakan (mm)

Persen Berat Tembus Kumulatif Ukuran Butir Nominal (mm)

37.5 – 4.75 25 – 4.75 19 – 4.75 12 – 4.75

50 100 - - -


(34)

25 - 95 - 100 100 -

19 35 - 70 - 90 - 100 100

12.5 - 25 - 60 - 90 - 100

9.5 30 - 60 - 20 - 55 40 – 70

4.75 0 - 5 0 - 10 0 - 10 0 – 15

2.36 - 0 - 5 0 - 5 0 - 5

ii. Agregat kasar harus bersifat padat dan keras, serta tidak berpori

iii. Agregat kasar harus bersih, tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%, jika melebihi 1% maka agregat kasar harus dicuci

iv. Tidak boleh mengandung bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali dimana akan mengakibatkan pemuaian berlebihan dalam beton.

v. Pada keadaan terpaksa, dapat dipakai kerikil bulat.

3. Agregat berdasarkan bentuk butiran dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:

a. Angular, agregat kasar tidak memiliki keausan. Dan merupakan bentuk terbaik untuk kelecakan beton

b. Well rounded, yang berarti bulat, bentuk aslinya sudah tidak kelihatan namun untuk beton merupakan bentuk yang memiliki kekuatan yang unggul.

c. Pipih (flaky), memanjang (elongated), dan pipih memanjang (flaky and elongated), merupakan bentuk kurang baik bagi beton karena akan sulit dipadatkan. Agregat dengan bentuk ini tidak boleh memiliki komposisi lebih dari 20% dari volume beton.

4. Agregat berdasarkan berat jenisnya dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: a. Agregat Berat

i. Agregat yang dipakai : batu barit (berat jenis 4,15-4,45) dan bijih besi (berat jenis 4,4-5,00)

ii. Berat jenis beton yang akan diperoleh menggunakan agregat berat >2400 kg/m3. Biasanya beton ini digunakan pada konstruksi reaktor.


(35)

i. Agregat yang dipakai : berasal dari batuan beku, endapan malihan dengan berat jenis 2,6 – 2,7.

ii. Berat jenis beton yang akan diperoleh menggunakan agregat normal 1800-2400 kg/m3. Biasanya beton ini digunakan pada konstruksi secara umum, jembatan, bangunan, jalan, dan sebagainya.

c. Agregat ringan

iii. Agregat yang dipakai : batu apung.

iv. Berat jenis beton yang akan diperoleh menggunakan agregat ringan 300-1800 kg/m3. Biasanya beton ini digunakan pada konstruksi beton ringan.

2.2.3 Air

Air diperlukan dalam campuran beton sebagai pemicu reaksi kimia dengan semen, membasahi agregat, dan mempermudah pengerjaan beton karena air akan membuat beton menjadi lecak.

Air merupakan bahan yang juga sangat penting dalam mempengaruhi kekuatan beton. Jumlah dan kualitasnya harus sangat diperhatikan karena akan sangat mempengaruhi kekuatan beton yang diperoleh. Air yang dapat diminumlah yang sangat baik digunakan dalam campuran beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa berbahaya, tercemar garam, minyak, gula, bahan-bahan kimia lainnya akan menurunkan kualitas beton yang dihasilkan. Air yang digunakan dalam campuran beton sebaiknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (PBI 1971):

a. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gram/liter b. Tidak mengandung garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik, dan

lainnya).

c. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter

d. Tidak mengandung senyawa-senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter

Selain kandungan air yang harus memenuhi syarat, jumlah air dalam campuran beton juga harus sangat diperhatikan. Jumlah air pada campuran beton pada umumnya dihitung berdasarkan nilai perbandingan antara berat air dan berat semen Portland pada campuran beton, dan dikenal dengan istilah faktor air semen atau disingkat dengan fas.


(36)

Superplasticizer merupakan bahan tambah (admixture). Bahan tambah, additive dan admixture adalah bahan selain semen, agregat dan air yang ditambahkan pada adukan beton, sebelum atau selama pengadukan beton untuk mengubah sifat beton sesuai dengan keinginan perencana. Penambahan additive atau admixture tersebut ke dalam campuran beton ternyata telah terbukti meningkatkan kinerja beton hampir disemua aspeknya, yaitu kekuatan, kemudahan pengerjaan, keawetan dan kinerja-kinerja lainnya dalam memenuhi tuntutan teknologi konstruksi modern. Mengacu pada klasifikasi ASTM C494-82, dikenal 7 jenis admixture sebagai berikut :

Tabel 2.4 Jenis Superplasticizer

Jenis Kegunaan

Tipe A : Water Reducer (WR) atau plasticizer

Bahan kimia tambahan untuk mengurangi jumlah air yang digunakan. Dengan pemakaian bahan ini diperoleh adukan dengan faktor air semen lebih rendah pada nilai kekentalan adukan yang sama, atau diperoleh kekentalan adukan lebih encer pada faktor air semen yang sama.

Tipe B : Retarder Bahan kimia untuk memperlambat proses ikatan beton. Bahan ini diperlukan apabila dibutuhkan waktiu yang cukup lama antara pencampuran/pengadukan beton dengan penuangan adukan. Atau dimana jarak antara tempat pengadukan betondan tempat penuangan adukan cukup jauh.

Tipe C : Accelerator

Bahan kimia untuk mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton. Bahan ini digunakan jika penuangan adukan dilakukan dibawah permukaan air, atau pada struktur beton yang memerlukan pengerasan segera.


(37)

(WRR) mengurangi air dan memperlambat proses ikatan.

Tipe E : Water Reducer

Accelerator

Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan mempercepat proses ikatan.

Tipe F : High Range Water Reducer

(Superplasticizer)

Bahan kimia yang berfungsi mengurangi air sampai 12 % atau bahkan lebih. Penjelasan mengenai superplasticizer akan dibahas lebih lanjut.

Tipe G : High Range Water Reducer (HRWR)

Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton. Bahan kimia tambahan biasanya dimasukkan dalam campuran beton dalam jumlah yang relatif kecil dibandingkan dengan bahan-bahan utama, maka tingkatan kontrolnya harus lebih besar daripada pekerjaan beton biasa. Hal ini untuk menjamin agar tidak terjadi kelebihan dosis, karena dosis yang berlebihan akan bisa mengakibatkan menurunnya kinerja beton bahkan lebih ekstrem lagi bisa menimbulkan kerusakan pada beton.

Menurut ASTM C494 dan British Standard 5075, Superplasticizer adalah bahan kimia tambahan pengurang air yang sangat effektif. Dengan pemakaian bahan tambahan ini diperoleh adukan dengan faktor air semen lebih rendah pada nilai kekentalan adukan yang sama atau diperoleh adukan dengan kekentalan lebih encer dengan faktor air semen yang sama, sehingga kuat tekan beton lebih tinggi.

Superplasticizer juga mempunyai pengaruh yang besar dalam meningkatkan workabilitas bahan ini merupakan sarana untuk menghasilkan beton mengalir tanpa terjadi pemisahan (segregasi/bleeding) yang umumnya terjadi pada beton dengan jumlah air yang besar, maka bahan ini berguna untuk pencetakan beton ditempat-tempat yang sulit seperti tempat pada penulangan yang rapat. Superplasticizer dapat memperbaiki workabilitas namun tidak berpengaruh besar dalam meningkatkan kuat tekan beton untuk faktor air semen yang diberikan. Namun kegunaan superplasticizer untuk beton mutu tinggi secara umum sangat berhubungan dengan pengurangan jumlah air dalam campuran


(38)

beton. Pengurangan ini tergantung dari kandungan air yang digunakan, dosis dan tipe dari superplasticizer yang dipakai. (L. J. Parrot,1998).

Untuk meningkatkan workability campuran beton, penggunaan dosis superplasticizer secara normal berkisar antara 1-3 liter tiap 1 meter kubik beton. Larutan superplasticizer terdiri dari 40% material aktif. Ketika superplasticizer digunakan untuk menguarangi jumlah air, dosis yang digunakan akan lebih besar, 5 sampai 20 liter tiap 1 meter kubik beton.(Neville, 1995)

Menurut (Edward G Nawy, 1996), Superplasticizer dibedakan menjadi 4 jenis : 1. Modifikasi Lignosulfonat tanpa kandungan klorida. xxvi

2. Kondensasi Sulfonat Melamine Formaldehyde (SMF) dengan kandungan klorida sebesar 0.005%

3. Kondensasi Sulfonat Nephtalene Formaldehyde (SNF) dengan kandungan klorida yang diabaikan.

4. Carboxyl acrylic ester copolymer.

Jenis SMF dan SNF yang disebut garam sulfonik lebih sering digunakan karena lebih efektif dalam mendispersikan butiran semen, juga mengandung unsur-unsur yang memperlambat pengerasan.

Superplasticizer adalah zat-zat polymer organik yang dapat larut dalam air yang telah dipersatukan dengan mengunakan proses polymerisasi yang komplek untuk menghasilkan molekul-molekul panjang dari massa molecular yang tinggi. Molekul-molekul panjang ini akan membungkus diri mengelilingi partikel semen dan memberikan pengaruh negatif yang tinggi sehingga antar partikel semen akan saling menjauh dan menolak. Hal ini akan menimbulkan pendispersian partikel semen sehingga mengakibatkan keenceran adukan dan meningkatkan workabilitas. Perbaikan workabilitas ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan beton dengan workability yang tinggi atau menghasilkan beton dengan kuat tekan yang tinggi.

2.2.5 Serat

Menurut Sjafei (2005), penambahan serat berarti memberi tulangan pada beton yang disebar merata ke dalam adukan beton dengan orientasi acak dengan maksud untuk mencegah


(39)

terjadinya retakan micro pada beton di daerah tarik akibat pengaruh pembebanan, pengaruh susut atau pengaruh panas hidrasi.

Keuntungan penambahan serat pada beton adalah (Nely Wahyuni, 2010):

1. Serat terdistribusi secara acak di dalam beton pada jarak yang relative sangat dekat satu dengan yang lainnya akan member tahanan terhadap tegangan berimbang ke segala arah dan member keuntungan material struktur yang disiapkan untuk menahan beban dari berbagai arah.

2. Perbaikan perilaku deformasi seperti ketahanan terhadap impak, daktilitas yang lebih besar, kuat lentur, dan kapasias torsi yang lebih baik.

3. Serat meningkatkan ketahanan beton terhadap formasi dan pembentukan retak. 4. Peningkatan ketahanan pengelupasan (spalling) dan retak pada selimut beton akan

membantu pada penghambatan korosi besi tulangan dari serangan kondisi lingkungan yang berpotensi korosi.

Jenis-jenis serat yang sering digunakan dalam campuran beton:

1. Serat Baja

Dari semua jenis serat, serat baja memiliki kekuatan dan modulus yang paling tinggi, tetapi serat ini sangat korosif.

2. Serat Polypropelene

Serat polypropelene merupakan salah satu jenis serat plastic. Serat ini tidak menyerap air semen, memiliki modulus elastisitas yang rendah, mudah terbakar, kurang tahan lama, dan memiliki titik leleh yang rendah.

3. Serat Kaca

Serat ini memiliki berat jenis yang rendah, kurang mampu menahan pengaruh alkali, dan modulus elastisitas rendah.

4. Serat Asbestos

Serat ini memiliki harga yang relatif murah, tahan terhadap panas sehingga sering digunakan dalam pembuatan asbes lembaran, pipa maupun genteng.

5. Serat Kevlar

Serat ini memiliki modulus elastisitas dan kuat tarik yang besar, namun harganya mahal sehingga jarang digunakan.


(40)

6. Serat Karbon

Serat ini pun memiliki harga yang relatif mahal. Serat ini biasa dipakan pada beton yang mempunyai ketahanan terhadap retak yang tinggi.

7. Serat Kawat

Serat ini banyak tersedia di Indonesia dan memiliki harga yang relatif murah. 8. Serat Alami

Serat ini berasal dari alam. Menurut Swamy, 1984, persyaratan dasar serat alami ketika digunakan sebagai perkuatan pada beton adalah meningkatkan kuat tarik dan modulus elastisitas, ikatan yang wajar antar permukaan dengan beton, sifat kimia yang baik, stabilitas geometris dan daya tahan. Beberapa jenis serat alami yang telah diteliti sebagai bahan perkuatan beton adalah serat kelapa, ijuk, sisal, serat ampas tebu, serat bamboo, serat rami, serat kayu, dan beberapa serat sayuran. Sifat kebanyakan serat alami telah dapat dipertanggungjawabkan.

2.2.5.1Serat Ijuk Aren

Ijuk dihasilkan dari pohon aren (Arenae Pinnafa Merr). Pohon aren (Arenae Pinnafa Merr) sama seperti kelapa, seluruh bagian dari batangnya bermanfaat secara ekonomi, mulai dari batang, daun, buah, bunga dan bahkan ijuk. Salah satu produk aren yang menjadi bahan penelitian saya adalah serat ijuk yang merupakan serat alami berwarna hitam yang menempel di ketiak batang. Ijuk membalut batang aren sehingga pohon aren akan terlihat sangat kotor. Setelah pohon berumur lima tahun, ijuk yang tadinya rapi terlipat dibawah ketiak sekarang mulai terlihat berantakan. Belum lagi ijuk kemudian jadi sarang cendawan, bakteri dan tumpangan tanaman liar seperti anggrek dan suplir.


(41)

Gambar 2.1 Pohon Aren (Arenae Pinnafa Merr)

Sekalipun ijuk sering dianggap mengotori pohon aren dan sebagai sarang parasit bagi pohon aren, namun ijuk memiliki banyak keistimewaan, diantaranya:

a. Tahan lama hingga ratusan bahkan ribuan tahun lebih (tidak mudah rapuh) b. Tahan terhadap asam dan garam air laut

c. Mencegah penembusan rayap tanah d. Bersifat lentur

e. Memiliki ketahanan tarik yang cukup

Dengan beberapa keistimewaan di atas, diharapkan serat ijuk dapat memperbaiki sifat mekanikal beton.

Terdapat berbagai macam ijuk yang terdapat di pasaran, dan berikut merupakan

pembagian jenis ijuk berdasarkan kualitas, yaitu

(http://www.warungblogger.org/2012/04/mengenal-ijuk-lebih-dekat.html

1. IJUK KUALITAS NOMOR SATU

):

Untuk ijuk kualitas nomor satu memiliki rambut yang panjang, tebal dan tekstur yang lebih kuat. Kualitas ini lebih bersih daripada kualitas nomor dua, tiga dan empat. Ijuk kualitas nomor satu sudah terkelupas dari kulit ari dan lidinya. Kualitas nomor satu ini dapat diproses untuk berbagai macam kegunaan, diantaranya bisa dibuat untuk kulit luar dari sapu, dan juga pembuatan sikat kamar mandi. Ijuk kualitas nomor satu biasanya termasuk dalam ijuk kualitas ekspor.

Para pembeli dari luar negeri biasanya membeli ijuk kualitas nomor satu ini untuk bahan campuran pembuatan beton, tiang penyangga dari jembatan, dan sebagainya.

Sedangkan unt

diproses dengan cara disisir dan dibersihkan dari kulit ari. Penggunaan kulit luar dari sapu maupun sikat dengan ijuk nomor satu hanya digunakan sebagai pelapis kulit luar dari sapu maupun sikat sehingga membuat kualitas sapu dan sikat menjadi padat, rapi dan tidak mudah rontok.


(42)

2. IJUK KUALITAS NOMOR DUA

Ijuk kualitas nomor dua memiliki rambut yang lebih lembut dari pada kualitas nomor satu. Dengan tekstur yang lebih lembut ini, maka kualitas nomor dua bisa di gunakan untuk berbagai macam produksi. Biasanya ijuk ini terdapat lidi di dalamnya dan dapat digunakan untuk atap rumah. Apabila digunakan sebagai atap rumah maka akan membuat rumah tampak alami.

Ijuk dengan kualitas nomor dua yang sudah di sisir dapat digunakan sebagai lapisan kedua dari pembuatan sapu maupun sikat sehingga lebih padat dan kuat. Ijuk yang sudah disisir tetapi masih dalam bentuk gumpalan digunakan untuk pembuatan tali tambang dengan cara digiling dengan alat bambu dan di padatkan dengan cara digiling oleh alat bantu tertentu.

3. IJUK KUALITAS NOMOR TIGA

Untuk ijuk dengan kualitas nomor tiga ini biasanya mempunyai kualitas yang hampir sama dengan ijuk aren yang berkualitas nomor dua, akan tetapi ijuk nomor tiga lebih banyak mengandung lidi dan kulit ari. Kualitas nomor tiga digunakan untuk pembuatan tali tambang akan tetapi lebih banyak digunakan untuk resapan air, sebagai bahan dasar pondasi bangunan maupun sebagai bahan pondasi kolam ikan.

Apabila dipakai sebagai pondasi bangunan biasanya memberikan manfaat sebagai penyerap air dari dalam tanah agar saat didirikannya bangunan, air tidak akan naik / pasang dan akan mengakibatkan kerusakan dari bangunan tersebut. Dengan ijuk sebagai alas pondasi dari kolam ikan biasanya untuk penyerap dan penyaring air sehingga menjadikan air kolam lebih jernih dan bersih dari lumpur ataupun kotoran lainnya.

4. IJUK KUALITAS NOMOR EMPAT

Kualitas nomor empat ini biasanya mengandung lebih banyak lidi dan kulit ari. Diusahakan apabila melakukan pembelian ijuk kualitas nomor empat gunakanlah sebagai pondasi dan penyerapan didalam septic tank. Bukan hanya dengan kegunaan tersebut diatas, tetapi untuk ijuk kualitas nomor empat ini bisa juga digunakan untuk alas dasar dari atap rumah sebelum di pasang ijuk nomor dua dan tiga.ijuk

Untuk kualitas nomor empat banyak juga di manfaatkan oleh intansi PDAM guna memisahkan antara kotoran dengan air untuk para masyarakat pengguna PDAM. Ijuk ini adalah ijuk yang di letakkan paling dasar dari alas sebuah pondasi, karena manfaat dari


(43)

Dan pada penelitian ini, saya menggunakan serat ijuk aren dengan kualitas nomor empat dimana dapat diperoleh di toko bangunan dengan mudah. Ijuk mempunyai beberapa sifat fisik, seperti: berupa helaian benang(serat) berwarna hitam, berdiameter kurang dari 0,5 mm, bersifat kaku dan ulet (tidak mudah putus), massa jenis serat ijuk 1,136 gram/cm3. Komposisi unsur kimia penyusun serat ijuk dapat dilihat dari table 2.5 berikut:

Tabel 2.5 Komposisi Kandungan Unsur Kimia pada Serat Ijuk Kandungan Unsur Kimiawi Komposisi (%)

Selulosa 51,54

Hemiselulosa 15,88

Lignin 43,09

Air 8,9

Abu 2,54

Gambar 2.2 Serat Ijuk Aren dalam gulungan

2.3. Sifat Beton

2.3.1. Beton Segar

Hal-hal penting yang berkaitan dengan sifat-sifat beton segar, yaitu:


(44)

Dalam pengerjaan beton workability atau sering disebut kelecekan merupakan sifat penting yang harus diperhatikan. Sifat ini merupakan ukuran dari tingkat kemudahan adukan untuk diaduk, diangkut, dituang dan dipadatkan dengan indikasi tidak terjadinya pemisahan (segregation) dan pendarahan (bleeding).

Workability (kelecekan) dapat didefenisikan dari tiga sifat (Wira Kusuma, 2012), yaitu:

a. Kompatibilitas, yaitu kemudahan beton untuk dipadatkan dan mengeluarkan rongga-rongga udara.

b. Mobilitas, yaitu kemudahan beton untuk mengalir ke dalam cetakan dan membungkus tulangan.

c. Stabilitas, yaitu kemampuan beton untuk tetap menjadi massa homogen tanpa pemisahan selama pengerjaan.

Unsur-unsur yang mempengaruhi sifat kemudahan pengerjaan beton segar:

a. Jumlah air yang dipakai dalam campuran adukan beton. Makin banyak air yang dipakai makin mudah beton segar dikerjakan.

b. Penambahan semen kedalam campuran karena pasti diikuti dengan bertambahnya air campuran untuk memperoleh nilai fas tetap.

c. Gradasi campuran pasir dan kerikil.

d. Pemakaian butir maksimum kerikil yang dipakai. e. Pemakaian butir-butir batuan yang bulat.

f. Cara pemadatan adukan beton menentukan sifat pengerjaan yang berbeda.

2. Pemisahan kerikil.

Kecenderungan butir-butir kerikil untuk memisahkan diri dari campuran adukan beton disebut segregation.

Menurut Murdock (1986) segregasi disebabkan oleh hal-hal berikut : a. Penggunaan air pencampur yang terlalu banyak

b. Gradasi agregat yang jelek c. Kurangnya jumlah semen

d. Cara pengelolaan yang tidak memenuhi syarat.

Pemisahan kerikil dari adukan beton berakibat kurang baik terhadap kekuatan beton setelah mengeras. Untuk mengurangi kecenderungan pemisahan kerikil tersebut maka


(45)

a. Air yang diberikan sesedikit mungkin

b. Adukan beton jangan dijatuhkan dari ketinggian terlalu besar.

c. Cara pengangkutan, penuangan maupun pemadatan harus mengikuti cara- cara yang benar (sesuai standard).

3. Pemisahan air

Kecenderungan air campuran untuk naik ke atas (memisahkan diri) pada beton segar yang baru saja dipadatkan disebut bleeding. Menurut Neville (1981:224) penyebab terjadinya bleeding adalah ketidakmampuan bahan padat campuran untuk menangkap air pencampur. Ketika bleeding sedang berlangsung, air campuran terjebak di dalam kantong-kantong yang terbentuk antara agregat dan pasta semen (matriks). Sesudah terjadinya bleeding dan beton mengeras, kantong-kantong tersebut menjadi kering ketika berlangsung perawatan dalam keadaan kering. Akibatnya apabila ada tekanan, kantong-kantong tersebut menjadi penyebab mudahnya retak pada beton, karena kantong-kantong hanya berisi udara dan bahan lembut semacam debu halus.

Kecenderungan pemisahan air ini dapat diatasi dengan cara-cara berikut: a. Memberi lebih banyak semen.

b. Menggunakan air sesedikit mungkin. c. Menggunakan pasir lebih banyak.

2.3.2. Beton Keras

Sifat mekanis beton keras diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu: 1. Sifat jangka pendek atau sesaat, yang terdiri dari:

a. Kekuatan tekan

Kekuatan utama yang dihasilkan beton adalah kekuatan tekannya. Kuat tekan beton dipengaruhi oleh:

i. Perbandingan air–semen dan tingkat pemadatannya.

ii. Jenis semen dan kualitasnya (mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat batas beton).

iii. Type dan gradasi agregat.

iv. Umur (pada keadaan normal kekuatan bertambah sesuai dengan umurnya). v. Suhu (kecepatan pengerasan beton bertambah dengan bertambahnya suhu). vi. Efisiensi dan perawatan.


(46)

Kuat tekan beton dapat didefenisikan sebagai kemampuan beton dalam menahan beban atau gaya mekanis hingga terjadinya kegagalan. Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian standard, menggunakan mesin uji yang dikenal dengan nama Compression Machine dengan cara memberikan beban tekan bertingkat dengan kecepatan peningkatan beban tertentu atas benda uji silinder beton (diameter 150 mm, tinggi 300 mm).

Nilai kuat tekan beton dapat diperoleh melalui rumus sebagi berikut:

�=�

Dimana: � = Tegangan Tekan beton (N/mm²)

P = besar gaya yang diberikan pada silinder (N) A = luasan alas silinder (пd²/4) (mm²)

Kuat tekan masing-masing benda uji ditentukan oleh tegangan tekan tertinggi (f’c) yang dicapai benda uji pada umur 28 hari akibat beban tekan selama percobaan. Dengan demikian dicatat bahwa tegangan f’c bukan pada saat benda uji hancur, melainkan tegangan maksimum pada saat regangan beton (εc) mencapai nilai ± 0,002.


(47)

Gambar 2.4 Berbagai Kuat Tekan Beton

Gambar 2.5 Diagram Kuat Beton – Umur Beton b. Kekuatan tarik

Kekuatan tarik yang dihasilkan beton relatif kecil, hanya berkisar 9%-15% dari kuat tekannya. Kuat tarik merupakan bagian penting di dalam menahan retak-retak akibat perubahan kadar air dan suhu. Agar beton mampu menahan gaya tarik, maka beton diperkuat dengan tulangan baja.

Kuat tarik bahan beton yang tepat sulit untuk diukur. Nilai pendekatan yang diperoleh dari hasil pengujian berulang kali mencapai kekuatan 0,5 – 0,6 kali √f’c, sehingga untuk beton normal digunakan nilai 0,57√f’c. Pengujian menggunakan benda uji yang sama seperti uji kuat tekan. Benda uji diletakan pada arah memanjang di atas alat penguji kemudian beban tekan diberikan merata arah tegak. Apabila kuat tarik terlampaui, benda uji terbelah dua.


(48)

Tegangan tarik yang timbul sewaktu benda uji terbelah disebut sebagai kuat tarik belah (split cilinder strength), diperhitungkan sebagai berikut:

��= 2�

��� Dimana: ft = kuat tarik belah (N/mm²)

P = beban pada waktu belah (N) L = panjang benda uji silinder (m) D = diameter benda uji silinder (m)

Gambar 2.6 Pembebanan Pada Pengujian Tarik Belah Beton Silinder c. Kekuatan geser

Di dalam praktek, geser dalam beton selalu diikuti oleh desak dan tarik oleh lenturan dan bahkan di dalam pengujian tidak mungkin menghilangkan elemen lentur.

2. Sifat jangka panjang, yang terdiri dari: a. Rangkak

Rangkak adalah penambahan terhadap waktu akibat beton yang bekerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi rangkak adalah: kekuatan (rangkak dikurangi bila kenaikan kekuatan semakin besar), perbandingan campuran (bila fas dan volume pasta semen berkurang maka rangkak berkurang), semen, agregat (rangkak bertambah bila agregat makin halus), perawatan, umur (kecepatan rangkak berkurang sejalan dengan umur beton).

b. Susut

Susut adalah berkurangnya volume elemen beton jika terjadi kehilangan uap air karena penguapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya susut adalah: agregat (sebagai penahan susut pasta semen), faktor air semen (semakin besar fas semakin besar pula efek

P


(49)

elemen betonnya semakin besar), kondisi lingkungan, banyaknya penulangan, bahan tambahan.

2.4. Variabel Beton Serat

Menurut ACI (American Concrete Institute) Committee 544, beton serat adalah beton yang terbuat dari semen hidrolis, agregat halus, agregat kasar, dan sejumlah kecil serat yang tersebar secara acak. Dalam perancangan beton berserat ada beberapa variabel yang perlu diperhatiakan karena akan berpengaruh terhadap beton berserat yang akan dihasilkan, diantaranya:

1. Fibre Volume Fraction

Fibre volume fraction adalah volume serat yang ditambahkan padat tiap satuan volume beton. Tiap jenis serat memiliki persentase volume optimal yang dapat memperbaiki sifat-sifat beton berserat tersebut.

2. Fibre Aspect Ratio

Fibre aspect ratio adalah perbandingan antar panjang serat (l) dan diameter (d). jika penggunaan aspek rasio serat tinggi, maka akan terjadi balling effect, yaitu penggumpalan serat membentuk suatu bola serat karena penyebarannya yag tidak merata. Oleh karena itu disarankan penggunaan serat dengan aspek rasio rendah (l/d < 50), tetapi tidak boleh terlalu pendek karena pengaruh serat menjadi kurang signifikan.

3. Mutu Beton

Berbeda pada beton normal, penambahan serat pada beton mutu tinggia akan mengakibatkan tingkat workability yang menjadi rendah karena persentase airnya yang kecil. Hal ini tentu saja akan menyulitkan pengerjaan di lapangan, oleh karena itu diperlukan penambahan additive (bahan tambah) tertentu yang akan menjadikan beton serat lebih mudah dikerjakan.

4. Bentuk Permukaan Serat

Daya lekat (bond) antara serat dan beton sangatlah berpengaruh terhadap kualitas beton serat. Semakin besar lekatannya maka sifat-sifat mekanis beton akan semakin baik, dimana tegangan beton akan ditransfer dari betom ke serat melalui lekatan tersebut sampai beton mengalami retak-retak. Oleh karena itu, semakin kasar permukaan serat maka lekatannya akan semakin kuat.


(50)

5. Metode / Cara Pencampuran

Penyebaran serat pada adukan beton tergantung metode / cara pencampurannya. Ada dua cara pencampuran, yaitu:

a. Pencampuran kering, yaitu pencampuran serat dalam adukan beton sebelum dituang air.

b. Pencampuran basah, yaitu pencampuran serat dalam adukan beton setelah dituang air.

2.5. Perilaku Mekanis Beton Serat

Salah satu kelemahan beton adalah tidak tahan terhadap tarik, dan hal ini dapat diatasi dengan pemberian tulangan pada beton atau sering disebut dengan istilah beton bertulang. Pada keadaan normal dimana beton belum mengalami terjadinya retakan, struktur masih dapat dikatakan stabil. Namun pada beban yang besar, terkadang terjadi keretakan di daerah tarik. Bila retakan yang terjadi cukup lebar atau dalam, hal ini akan membuat struktur menjadi tidak stabil karena tulangan pada beton tidak terlindungi dimana tulangan mengalami kontak langsung dengan udara yang akan membuat terjadinya korosi.

Pada masalah di atas lah sangat dibutuhkan penggunaan serat pada beton. Ini dikarenakan serat pada beton akan berfungsi sebagai tulangan mikro yang disebar secara merata dengan orientasi acak, sehingga dapat mengurangi jumlah retakan pada beton. Selain perbaikan sifat mekanis di atas, ada beberapa perilaku mekanis lainnya pada beton serat, diantaranya (Sukoyo, 2011):

1. Kuat Lentur

Seperti halnya dengan kuat tarik, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kuat tekan beton juga akan berpengaruh terhadap kuat lenturnya. Pada waktu beton menerima beban lentur maka beban tadi ditahan oleh kekuatan tarik pada daerah tarik, dan juga akan ditahan oleh kekuatan tekan di daerah tekan. Sehingga apabila kuat tekan dan tariknya meningkat, maka kuat lentur juga akan meningkat.

2. Regangan Susut

Susut adalah perubahan volume akibat perubahan waktu tanpa dilakukan pembebanan pada suhu kamar. Pada beton yang kuat tekannya besar maka regangan akibat susut akan kecil, dikarenakan pada beton yang kuat tekannya besar maka water cement ratio (faktor air semen) kecil sehingga penguapan yang


(51)

3. Modulus Elastisitas

Modulus elastisitas beton tergantung dari beberapa faktor, diantaranya adalah kuat tekan beton. Semakin tinggi kuat tekan beton maka modulus elastisitas juga semakin besar, dimana perubahan panjang yang terjadi akibat pembebanan tekan akan semakin kecil. Penambahan serat pada beton secara umum akan meningkakan kuat tekan beton. Dengan demikian maka modulus elastisitasnya juga akan meningkat. Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.1.5 digunakan rumus nilai modulus elastisitas beton sebagai berikut:

��= 0,043�1,5√�

Dimana: Ec = modulus elastic beton (MPa)

Wc = berat isi beton (kg/m³), dimana nilai �� berkisar 1500 kg/m³ - 2500 kg/m³

f’c = kuat tekan beton (MPa)

Untuk beton normal dengan massa kira-kira ±2320 kg/m³ digunakan nilai: ��= 4700√�

4. Poisson’s Ratio

Poisson’s ratio adalah perbandingan antara perubahan regangan arah tegak lurus beban dengan perubahan regangan searah beban. Akibat penambahan serat maka regangan yang terjadi baik longitudinal maupun transversal juga mengecil.

2.6. Perilaku Regangan - Tegangan Beton

Tegangan yang terjadi pada beton dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:

=

Dimana: � = Tegangan Beton (MPa) P = Beban (N)

A = Luas Penampang (mm2)

Regangan yang terjadi pada beton dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:

=

∆�

Dimana: � = Tegangan Beton (MPa) ∆� = Beban (N)


(52)

Jika hubungan tegangan dan regangan dibuat dalam bentuk grafik dimana setiap nilai tegangan dan regangan yang terjadi dipetakan dalam bentuk titik-titik, maka titik-titik tersebut terletak dalam suatu garis lurus (linear), seperti terlihat pada gambar berikut:

Gambar 2.7 Hubungan Tegangan – Regangan Linear

Hubungan tegangan – regangan seperti gambar di atas adalah linear, dimana regangan berbanding lurus dengan tegangannya. Namun pada kenyataan, tegangan tidak selalu berbanding lurus dengan regangan, dimana apabila nilai dari tegangan dan regangan dipetakan dalam bentuk titik - titik, maka tidak terbentuk hubungan linear didalamnya, seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.8 Hubungan Tegangan – Regangan non-Linear


(53)

2.6.1 Regangan - Tegangan Balok Beton Bertulang

Gambar 2.9 Deformasi Lentur Balok Beton Bertulang

Apabila suatu gelagar balok bentang sederhana menahan beban yang mengakibatkan timbulnya momen lentur, akan terjadi deformasi (regangan) lentur di dalam balok tersebut. Pada kejadian momen lentur positif, regangan tekan terjadi dibagian atas dan regangan tarik dibagian bawah dari penampang.

Regangan- regangan tersebut menimbulkan tegangan-tegangan yang harus ditahan oleh balok, tegangan tekan di sebelah atas dan tegangan tarik di sebelah bawah.

2.7. Balok Beton Bertulang

Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan.

Pada keadaan dimana beban yang diberikan kepada balok cukup besar, maka serat-serat beton pada bagian bawah akan mengalami tegangan tarik cukup besar pula sehingga dapat terjadi retak beton pada bagian bawah. Untuk menahan gaya tarik yang cukup besar pada serat-serat bagian tepi bawah ini lah maka diperlukan perkuatan dengan tulangan baja. Pada balok beton bertulang ini tulangan baja ditanam sedemikian rupa sehingga gaya tarik yang dibutuhkan untuk menahan momen pada penampang retak dapat ditahan oleh tulangan. Pada keadaan normal atau beban kecil dengan menganggap belum terdapat retakan dan struktur masih stabil, beton dan tukangan akan secara bersama-sama menahan gaya tekan yang ditahan beton saja. Namun pada beban besar atau dikatakan struktur mulai tidak stabil


(1)

Gambar 4.9 Pola Retak Balok Beton Bertulang Serat Ijuk Aren

Jika dilihat, dari gambar di atas dapat disimpulkan jenis retak yang terjadi adalah retak lentur, karena retak yang terjadi hamper tegak lurus terhadap sumbu balok. Dan dapat disimpulkan bahwa retak terjadi di daerah Momen lentur terbesar.

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, retak terpanjang yang terjadi di sepanjang penampang balok beton bertulang normal terdapat pada segmen 256-160 seperti yang terlihat pada gambar berikut:

Retak Terpanja ng

Gambar 4.10 Retak yang Terjadi Pada Balok Beton Bertulang Dengan Serat Ijuk Aren Pada Pembebanan 7000 Kg


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Dengan penambahan Serat Ijuk Aren (Arenae Pinnafa Merr) sebesar 2% dari volume semen pada daerah tarik balok beton bertulang dapat meningkatkan kuat tekan beton sebesar 34,958 %, meningkatkan kuat tarik belah sebesar 31,814%. 2. Balok beton bertulang normal (tanpa fiber) runtuh pada pembebanan 6000 kg. 3. Balok beton bertulang dengan serat ijuk aren runtuh pada pembebanan 7000 kg.

Beban runtuh pada penelitian ini diidentifikasi jika pembacaan pada Manometer Jack yang tidak naik lagi jika diberi beban.

4. Lendutan yang terjadi pada balok beton bertulang serat ijuk aren dengan pembebanan yang sama dengan balok beton bertulang tanpa serat, yaitu P = 5500 kg mengalami penurunan sebesar 13,308 %.

5. Dengan penambahan serat ijuk aren sebesar 2% dari volume semen pada daerah tarik balok beton bertulang dapat menyebabkan penurunan regangan beton (��) sebesar 11,937% dan penurunan regangan tulangan baja tarik (�) sebesar 30,634 %.

6. Peningkatan kapasitas balok beton bertulang dengan penambahan serat ijuk aren sebesar 2% dari volume semen pada balok beton bertulang adalah 12,295%. 7. Perbandingan Beban Pengujian (P) dan Beban Teori (Pn) Balok Beton Bertulang

Tanpa Serat (Normal): Koefisien (�) = 0,9903.

8. Perbandingan Beban Pengujian (P) dan Beban Teori (Pn) Balok Beton Bertulang Dengan Serat Ijuk Aren: Koefisien (�) = 0,875.


(3)

5.2 Saran

Dalam pelaksanaan penelitian ini, banyak kesulitan dan kendala yang dialami. Sehingga untuk penelitian selanjutnya dapat memperhatikan hal-hal berikut:

1. Jumlah benda uji balok perlu ditambah demi mendapatkan data yang lebih akurat

2. Harus sangat diperhatikan proses pengecoran beton. Karena kualitas beton tergantung pada selama proses pengerjaan beton.

3. Gunakan alat yang sudah lebih canggih dengan tingkat keakurasian yang tinggi sehingga data yang diperoleh lebih akurat.

4. Pada proses pengujian regangan, diusahakan strain meter tidak mengalami goncangan (harus dalam keadaan stabil) agar pembacaan dapat lebih akurat. 5. Gunakan serat ijuk aren kualitas nomor satu untuk mendapatkan hasil yang lebih


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1991, Standar SK SNI T-15-1991-03. Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. Bandung: LPMB Dep. Pekerjaan Umum RI.

Dipohusodo, Isti mawan. 1994. Struktur Beton Bertulang. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Laboratorium Beton, Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara. 2009. Panduan Praktikum Bahan Rekayasa. Medan.

McCormac,Jack C. 2004. Desain Beton Bertulang Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

McCormac,Jack C. 2004. Desain Beton Bertulang Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Mulyono, T. 2003. Teknologi Beton. Yogyakarta: Andi.

Nugraha, Paul, dan Antoni. 2007. Teknologi Beton. Yogyakarta: Andi.

Swamy, R.N. 1984. Concrete Technology and Design Volume 2 New Reinforced Concretes. , London: Surrey University Press.

Tjokrodimuljo, Kardiyono. 1994. Teknologi Beton. Yogyakarta.

Vis,W.C dan Gidion Kusuma. 1995. Dasar-Dasar Perencanaan Beton Bertulang. Jakarta : Erlangga.

Apriyatno, Henry. 2009. Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang Dengan Polypropylene Fiber Sebesar 6% Dari Berat Semen.Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Nomor 2 Volume 11, hal:149-160.


(5)

Satwarnirat. 2005. Pengaruh Penambahan Serat Tandan Kosong Kelapa Terhadap Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Beton. Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 1, Nomor 1.

Sukoyo. 2011. Rekayasa Peningkatan Karakteristik Beton Dengan Menggunakan Serat. Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang. Semarang

Vis,W.C dan Gidion Kusuma. 1995. Dasar-Dasar Perencanaan Beton Bertulang. Jakarta : Erlangga.

Wahyuni, Nely. 2010. Pemanfaatan Serat Ijuk Pendek dalam Pembuatan Beton Ringan dan Karakterisiknya. FMIPA USU, Medan.


(6)