Sistem Kerja dan Bagi Hasil

kepada siapa mereka bergaul. Mereka mengenal pepatah “dimana langit dijunjung disitu bumi dipijak”, hal tersebutlah yang membuat mereka untuk lebih mudah bersosialisasi terhadap masyarakat setempat. Selain itu juga terdapat hubungan yang cukup jelas antara parripang dengan masyarakat di daerah tujuan, yakni hubungan simbiosis mutualisme yaitu hubungan saling menguntungkan antara parripang dengan masyarakat di daerah tujuan, dimana parripang memperoleh uang dari hasil perjalanannya, sementara masyarakat di daerah tujuan memperoleh bantuan untuk memanen hasil padi mereka.

4.5. Sistem Kerja dan Bagi Hasil

Setiap parripanng masuk dalam kelompok kerja yang terdiri dari beberapa orang. Berikut data mengenai jumlah anggota perkelompok kerja. Tabel 18 Jumlah Rata-Rata Per Kelompok Kerja n : 16 No Jumlah Anggota Jumlah Jawaban Persentase 1 15 orang 1 6.25 2 20 orang 6 37.50 3 25 orang 8 50.00 4 30 orang 1 6.25 Jumlah 16 100 Sumber : Kuesioner Hasil Penelitian Lapangan 2010 Universitas Sumatera Utara Umumnya kelompok terdiri dari 20-25 orang, setiap kelompok terdiri dari pria dan wanita dengan jumlah pria lebih banyak dibanding wanita. Hal ini dimaksudkan untuk spesialisasi kerja. Biasanya pria mendapat tugas memasukkan padi ke dalam mesin perontok padi dan mengangkat tibalan tumpukan padi yang telah dipotong ke tikar yang sudah disiapkan untuk tempat merontokkan padi. Kemudian laki-laki juga bertugas merapikanmembagi-bagi padi yang akan dirontokkan, serta mengangkat beban dari sawah ke jalan raya. Sedangkan wanita mendapat tugas membersihkan padi yang telah dirontokkan, serta membuang jerami yang telah selesai dirontokkan. Mengenai pekerjaan memotong padi dikerjakan secara bersama-sama. Setiap kelompok ini biasanya terdiri dari mereka yang berasal dari satu daerah asal tetapi ada juga beberapa kelompok yang terdiri dari anggota yang berasal dari berbagai daerah, mereka mendapat kerja pada si empunya lahan. Informasi mengenai pekerjaan biasanya datang dari empunya lahan dengan satu ajakan supaya kelompok tersebut bekerja ke ladangnya pada kesempatan berikutnya. Ada kalanya si pengajakempunya ladang datang langsung kepada orang-orang yang sedang bekerja di ladangsawah. Tetapi ada sebagian kecil si empunya ladang langsung memesankan ketika mereka masih di daerah asal lewat seorang “agen”. Biasanya pekerjaan menyabit padi dilakukan pada pukul 7.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB, hal itu tergantung pada keinginan kelompok karena kelompok tidak terikat pada majikan secara langsung sebab sistem kerja mereka adalah borongan. Ada kalanya bila pekerjaan selesai dengan cepat, merekakelompok bekerja di dua ladanglahan. Sedangkan biaya minum atau sarapan ditanggulangi Universitas Sumatera Utara oleh siempunya ladanglahan, sementara biaya biaya makan ditanggung oleh masing-masing pekerja. Ada kalanya si empunya lahan garapan menyediakan tempat berlindung atau penginapan bagi para pekerja selama masa pekerjaan mereka di ladang atau ngekost dirumah para penduduk setempat namun sebagai posko atau penginapan tetap adalah rumah saudara atau temannya di daerah tersebut. Biasanya setiap kelompok manggarap satu lahan selama dalam satu hari dengan ukuran lahan 1-2 hektar. Biasanya upah kerja mereka bukanlah berdasarkan luasnya lahan yang digarap pada setiap panen, tetapi berdasarkan hasil yang diperoleh. Upah kelompok adalah berdasarkan sistem cabutan, yakni 23 kaleng cabut 3 kaleng. Yaitu setiap 23 kaleng dari keseluruhan padi bersih yang sudah dibersihkan dengan kipas padi maka dicabutdiambil 3 kaleng, jadi 20 kaleng untuk pemilik lahan dan 3 kaleng untuk para pekerja. Misalnya bila para pekerja menggarap lahan dengan ukuran 1 hektar dengan hasil kurang lebih 250 kaleng, maka mereka mendapat sekitar 32 kaleng sebagai upahnya. Pendapatan sekali pada penggarapanpanen akan dibagi sama rata antara sesama anggota kelompok, artinya bila mereka mendapat 50 kaleng maka masing- masing mendapat 2 kaleng sebagai bagiannya. Biasanya setiap kelompok mendapat hasil 250-500 kaleng padi bersih per hari. Hasil itu akan dibagi langsung kepada masing-masing anggota tetapi setelah padi tersebut dijual kepada toke sesuai dengan harga padi di pasaran, lalu kemudian uang dari hasil penjualan dibagi rata. Universitas Sumatera Utara Selama masa 1 bulan marripang setiap anggota mendapat 51 kaleng padi dengan rata-rata pendapatan perhari sebanyak 2.5 kaleng dikali 20 hari kerja. Pada tahun 2010 ini harga padi bersih rata-rata Rp.3.500.-Kg. Sehingga bila dirata- ratakan dan diukur dengan nilai rupiah maka pendapatan setiap anggota adalah sebanyak Rp.2.300.000.- selama 1 bulan. Rata-rata hari kerja mereka adalah 20 hari dalam sebulan, hal ini dimungkinkan karena 4 hari dalam sebulan adalah hari minggu yang mana mereka melakukan ibadah di gereja dan tidak bekerja. Sedangkan 6 hari yang lain dalam satu bulan dipakai untuk berkunjung ke rumah familikenalan atau menunggu pekerjaan berikutnya. Berikut kita akan melihat data mengenai hasil marripang dari beberapa orang responden: Tabel 19 Jumlah Pendapatan Rata-Rata selama Marripang n = 16 No Jumlah Pendapatan 1 bulan Jumlah Persentase 1 Rp.100.000,- - Rp.500.000,- - 0,00 2 Rp. 500.000,- - Rp.1.000.000,- 2 12,50 3 Rp.1.000.000,- - Rp.1.500.000,- 7 43,75 4 Rp.1.500.000,- - …… 7 43,75 Jumlah 16 100,00 Sumber : Kuesioner Hasil Penelitian Lapangan 2010 Bila dibandingkan jumlah antara pendapatan selama marripang yaitu sekitar Rp.2.300.000.- dengan hasil yang dibawa pulang yaitu sekitar Rp.1.500.000.- terlihat hampir sebagian dari pendapatan tidak dibawa pulang ke Universitas Sumatera Utara daerah asal. Dari hasil wawancara diketahui bahwa Rp.800.000.- yang lain adalah biaya “operasional” selama marripang termasuk di dalamnya biaya transportasi selama di daerah tujuan, biaya perjalanan pulang pergi, dan biaya hidup lainya ketika ia berada di daerah tujuan, biaya perjalanan pulang pergi, dan biaya hidup lainnya ketika ia bekerja di ladang. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN