keturunan yang banyak, kemuliaan. Hal ini masih hidup dalam masyarakat Batak, namun sudah dikurangi dengan ajaran Injil.
Kemiskinan itu sendiri dipandang karena kemalasan, sehingga orang malas disuruh belajar kepada semut Ale sigurbak ulu tu porhis ho marguru.
Orang Batak menganut falsafah mencari hidup yang makmur dan sebagai “manusia yang bertaqwa” mereka malu bermalas-malasan dan mengusahakan
pekerjaan untuk mencukupi kebutuhannya. Tetapi walaupun demikian ukuran kemakmuran tersebut bukanlah hanya terpenuhinya kebutuhan ekonomi, tetapi
juga kebutuhan sosial budaya dan sebagainya. Agaknya falsafah hidup ini mendorong mencari alternatif lainpekerjaan di daerah lain dan sebagainya, guna
memenuhi kebutuhan tersebut.
3.2. Faktor-Faktor Penarik dari Daerah Tujuan Push Factors
Disamping adanya faktor-faktor pendorong, Naim mengemukakan juga adanya faktor-faktor penarik yang digambarkan sebagai keadaan yang berlawanan
dengan apa yang menjadi faktor pendorong di daerah asal, misalnya kesempatan kerja yang lebih baik di daerah lain. Seorang informan yang sudah lama menekuni
bidang ini mengatakan sebagai berikut: “Hinorhon ni otik ni pancarian do di huta on umbahen na laho iba tu
Percut dung binege angka cerita ni dongan na ro sian i. Didok na ro ido bidang do tano siulaon disan jala godang do upa ni angka parkarejo.
Karena kecilnya pendapatan di kampung makanya saya pergi ke Percut setelah mendengar cerita kawan yang sudah pernah pergi ke sana. Menurut
berita yang di sanaupah termasuk tinggi; Terjemahan bebas.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan informan yang kedua mengatakan:
“Naeng didok roha nian martamba pancarian niba, lapatanna molo adong hasil sian an, bahenon mai manuhor barang nadi lomohon ni roha.
Alai jolo adongdo barita sian halak asa laho iba antong. Saya ingin menambah pendapatan artinya bila hasil marripang lumayan maka saya
akan mempergunakannya untuk membeli kebutuhan yang diingini. Tetapi semua diawali dengan adanya sebuah informasi sebelum saya pergi;
Terjemahan bebas. Dari kedua wawancara di atas kita melihat bahwa tidak selamanya
kemiskinan tidak dapat memenuhi kebutuhan primer menjadi faktor pendorong, namun keinginan untuk menambah mata pencaharian guna menambah
kemakmuranpendapatan menjadi faktor pendorong. Cerita mengenai keberhasilan orang lain yang pulang dari daerah tujuan mobilitas menjadi salah
satu faktor penarik bagi mereka ketika pertama kali pergi ke daerah lain dalam mobilitas, tetapi selanjutnya yang menjadi faktor penarik adalah karena hasil yang
dicapai pada tahun sebelumnya pengalaman. Pada bagian berikut kita akan melihat tabel mengenai faktor-faktor yang
menarik minat mereka dalam melakukan aktifitas marripang, dimana penulis mengajukan 4 kategori jawaban seperti yang tertera pada bagian berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 11 Faktor-Faktor Penarik 10
n=16 No Faktor-faktor
Penarik Jumlah Persentase
1 Cerita orang
8 50.00
2 Pengalaman sebelumnya
4 25.00
3 Dorongan dari keluarga
1 6.25
4 Ingin sekedar mencoba
3 18.75
Jumlah 16 100
Sumber: Kuesioner Hasil Penelitian Lapangan 2010
Data di atas menunjukkan bahwa yang menjadi faktor penarik adalah cerita orang yang sudah pernah ke daerah tujuan tersebut sebanyak 50 ,
sedangkan 25 jawaban yang lain menyebutkan bahwa yang menjadi faktor penarik adalah pengalaman yang sudah didapat pada tahun sebelumnya. Hanya
6.25 dari jawaban yang menyebutkan bahwa faktor penarik adalah dorongan dari keluarga yang dilatarbelakangi oleh berbagai sebab, sedangkan 18.75 data
menyebutkan bahwa faktor penarik adalah ingin mencoba karena melihat keberhasilan orang-orang yang pergi ke sana atau karena faktor yang lain.
Dari data hasil penelitian lapangan menunjukkan lihat lampiran bahwa pria yang sudah menikah memberikan jawaban yang heterogen dimana cerita
orang yang membawa keuntungan dari daerah tujuanlah yang menjadi faktor penarik ditambah dengan adanya dorongan dari keluarga yang disertai dengan
pengalaman yang sudah di dapat pada tahun sebelumnya. Dari hal tersebut dapat
Universitas Sumatera Utara
disimpulkan bahwa banyak sekali faktor yang mempengaruhi perginya seorang kepala keluargaayah. Pada pihak lain, pria yang belum menikah memberikan
jawaban yang bervariasi. Tiga dari 8 responden mengatakan bahwa pengalaman pada tahun sebelumnyalah yang menjadi faktor penarik, sedangkan dua orang
responden menyebutkan bahwa cerita oranglah yang menarik minatnya dan satu orang lagi menjawab bahwa keluargalah yang mendorong kepergiannya,
sedangkan tiga orang yang lain menyebutkan bahwa mereka ingin sekedar mencoba.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pria yang menikah mempunyai pertimbangan atas beberapa faktor sebelum mereka memutuskan
untuk pergi dan umumnya pertimbangan tersebut didasarkan pada pertimbangan rasional karena faktor-faktor tersebut. Pada pihak lain mereka yang belum
menikah memberikan jawaban yang variatif, agaknya mereka tidak begitu mempertimbangkan banyak faktor sehingga mereka lebih berani menanggung
resiko yang bakal diterima di dalam melakukan perjalanan ke daerah lain. Koentjaraningrat 1984, Mantra 1978, Naim 1982, menggambarkan
alasan-alasan yang hampir sama dengan yang terjadi dengan masyarakat Dusun XV Desa Kota Datar. Namun untuk dapat lebih menjelaskan mengenai fenomena
migrasi ini, kita akan melihat suatu uraian yang diberikan oleh J J Mangalam mengenai mobilitas yakni, bahwa suatu organisasi sosial yang lebih kurang
stabil dan sedang berlanjut terus mempunyai arti bahwa sekelompok menusia hidup dengan pemuasan minimal atas kebutuhannya sesuai dengan nilai-nilai
yang mereka punyai. Apabila kebutuhan minimum ini tidak terpenuhi oleh kondisi yang ada dalam masyarakat itu, segolongan anggota-anggota tertentu akan
Universitas Sumatera Utara
meninggalkan masyarakat itu dan pergi ke masyarakat lain sama sekali atau ke satu bagian yang berlainan dengan masyarakat itu dimana mereka melihat kondisi
yang lebih memungkinkan untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi itu, atau deprivasi yang mereka alami, dengan lebih memuaskan. . .
.deprivasi ini merupakan nilai yang penting dalam suatau studi migrasi. Penduduk Dusun XV Desa Kota Datar merasa mereka harus mempunyai
hidup yang lebih baik lagi sehingga ketika mereka mendengar adanya jawabanpemenuh kebutuhan mereka di daerah lain, maka mereka berpikir atau
bahkan memutuskan untuk pergi ke sana dalam hal ini Percut Sei Tuan. Hal tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya baik kebutuhan
primer maupun kebutuhan sekunder, tersier atau kebutuhan akan kepuasan batin, dan sebagainya. Berikut petikan wawancara terhadap seorang ibu yang
mempunyai tetangga seorang lajang yang turut marripang, mengenai pandangan terhadap si lajang tersebut:
“Memang hebat do si anu i, dung mulak ibana sian namarripang pintor dituhor do kursi na di jabuna dohot manuhor hpna sandiri. Angka I ma
nian ditiru angka naposoi unang sai marmalas-malas di huta Memang si anu, setelah ia pulang dari marripang, ia langsung membeli kursi
dirumahnya dan membeli hpnya sendiri. Biarlah ia ditiru lajang yang lain, jangan bermalas-malas saja di kampung.
Keberhasilan seseorang menjadi daya tarik bagi orang lain sehingga ia akan berusaha untuk mencari tahu akan informasi sehingga sekiranya mungkin ia
akan turut melakukan mobilitas pada tahun berikutnya. Dalam hal ini informasi langsung dari orang perorang atau didengar dari orang lain akan menjadi sarana
yang efektif untuk mendukung ketertarikan seseorang akan aktifitas marripang tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV POLA MOBILITAS SIRKULER MARRIPANG