Mereka menganggap bahwa informasi yang akurat adalah informasi yang berasal dari orang yang layak dipercaya.
4.3. Cara Pergi
Perjalanan ke daerah tujuan mobilitas dalam aktifitas marripang dimulai pada akhir bulan Februari hingga akhir bulan Maret, serta akhir bulan Agustus
hingga akhir bulan September setiap tahunnya. Perjalanan ini dimungkinkan karena masyarakat sudah melewati perayaan Natal dan Tahun Baru yang
merupakan hari raya agama mereka. Selain itu, tanaman padi di daerah asal sedang mengalami masa pertumbuhan jadi tidak membutuhkan tenaga kerja yang
cukup banyak, seiring dengan hal itu, pada bulan-bulan tersebutlah padi dapat dipanen di daerah tujuan. Informasi yang mereka terima, baik dari kenalanteman
atau familikeluarga menjadi faktor penunjang pokok untuk merencanakan kepergian ini. Hal ini sangat logis dimana dengan demikian mereka dapat
menentukan kerumah siapakah mereka akan menumpangngekos untuk sementarapermanen ketika pertama kali datang dan bagaimana cara kerja mereka.
Biasanya mereka berangkat secara berombongan walaupun tidak dengan jumlah yang tertentu, namun sangat jarang dijumpai mereka pergi sendiri-sendiri.
Apalagi bagi mereka yang pertama kali bepergian, dia akan selalu bersama dengan teman atau saudaranya yang sudah pernah ke daerah tujuan tersebut. Hal
ini tentunya karena adanya perasaan terlindung dan aman karena bersama dengan orang yang dipercayai.
Universitas Sumatera Utara
4.4. Pola Hubungan Sosial para Parripang
4.4.1. Hubungan para Parripang dengan Keluarga dan Masyarakat di Daerah Asal.
Sebagian dari
parripang adalah kepala rumah tangga disamping adanya anggota keluarga yaitu laki-laki yang belum menikah. Tentunya mereka
mempunyai tanggungjawab sosial kepada keluarganya juga kepada masyarakatnya. Karena memiliki keterikatan dan tanggungjawab kepada
keluarganya sehingga setiap tingkah laku maupun tindakannya didasari oleh “Peraturan” yang digariskan keluarga. Dengan kata lain, setiap tindakan mereka
disetujui oleh anggota keluarga lainnya. Pada umumnya seorang kepala keluarga memberi keputusan tentang kebijaksanaan yang akan ditempuh oleh keluarga.
Demikian juga halnya dengan parripang, mereka adalah anggota keluarga yang mempunyai tanggungjawab terhadap peraturan-peraturan yang digariskan
oleh keluarga. Dalam hal ini, bisa juga mereka bertanggung jawab atas penghidupan keluarga namun, bisa juga mereka bertanggung jawab atas
pengadaan dana untuk dirinya sendiri. Seorang kepala keluarga memberikan informasi sebagai berikut:
“Sabotulna, martanggung jawab do iba laho manjaga gelleng niba, alai molo tingki marripang tinggalhonon do nasida laho mangalului pancarian
tu luat ni halak. Sipata lungun do roha ni gelleng, alai aturon do antong halaki asa diantusi aha na niulahon i. Namangalului ngolu-ngolu do.
Ianggo pardijabu setuju sambaing do i, Alana nungga massiantusan iba antong Sebenarnya saya bertanggung jawab untuk menjagaimengawasi
anak-anak. Tetapi bila musim marripang mereka akan ditinggalkan guna mencari nafkah ke kampong orang. Terkadang hati anak-anak sedih, tetapi
mereka akan mengerti bila dijelaskan untuk apa saya pergi. Tentang istri, dia akan setuju karena ia akan mengerti apa yang saya lakukan.
Terjemahan bebas, wawancara dengan Op. Lidia.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil wawancara di atas, seorang kepala keluarga yang bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dia akan mengusahakan bagaimana
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dengan berbagai pertimbangan resiko seperti meninggalkan anak-anak dan keluarganya, yang tentunya sangat
membutuhkan perhatiannya. Namun dipihak lain, tentunya seseorang ingin pergi oleh karena
mempertimbangkan berbagai faktor, dimana faktor keluarga sangat mempengaruhi keputusan untuk marripang. Jadi keputusan tersebut merupakan
keputusan yang rasional, dengan mempertimbangkan berbagai faktor. Berikut data mengenai tanggapan keluarga terhadap aktifitas marripang.
Tabel 13 “Sikap Keluarga terhadap Aktifitas marripang”
N = 16 No Sikap
Keluarga Jumlah
Persentase
1 Baiksangat baik
9 56.75
2 Baik tetapi acuh saja
1 6.25
3 biasa saja
6 37.50
4 Buruk -
-
Jumlah 16 100
Sumber : Kuesioner Hasil Penelitian Lapangan 2010
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pria menikah memberikan jawaban bahwa sikap keluarganya adalah baik dan sangat mendukung sedangkan jawaban
yang lain menunjukkan bahwa sikap keluarga adalah biasa saja. Dalam hal ini dapat kita lihat bahwa keluarga biasanya mendukung kepergian seorang kepala
Universitas Sumatera Utara
keluarga. Jawaban kedua biasa saja, bila dihubungkan dengan data hasil wawancara dapat dijelaskan bahwa keluarga khususnya anak-anak akan
menyerahkan keputusan marripang atau tidak, sepenuhnya kepada kepala keluarga mereka dalam arti bahwa bila ayah mereka pergi mereka akan menerima
saja. Selanjutnya responden pria yang belum menikah memberikan jawaban yang heterogen dimana 50 menyebutkan bahwa tanggapan keluarga mereka biasa
saja, dalam arti semuanya terserah kepada si responden tersebut. Sedangkan seorang menjawab bahwa tanggapan keluarga mereka adalah sangat mendukung
keberangkatan mereka dengan baik. Sebagai anggota masyarakat luas tentunya seseorang mempunyai tugas
atau kewajiban serta hak-hak yang dimiliki pada masyarakat tersebut. Untuk itu ada peranan-peranan yang harus dia mainkan baik dalam interaksi sosial maupun
dalam bidang sosial lainnya. Sebagai anggota masyarakat dia mempunyai tujuan yang sama dengan anggota lainnya sehingga dia bersama-sama dengan anggota
lainnya atau dia sendiri memainkan peranan. Peranan itu bisa berupa aktifitas sosial, aktifitas budaya, maupun aktifitas agama atau aktifitas lainnya. Tentunya
sebagai seorang manusia seseorang tidak ingin dipisahkan atau terkucil dari sistem sosial atau masyarakatnya, sehingga dia akan selalu berusaha memenuhi
peranannya sesuai dengan status yang dia miliki dalam masyarakat. Marion J. Levi mengatakan dalam Soekanto, 1984 bahwa peranan-peranan tertentu harus
dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya. Tetapi bukankah peranan hanya dapat diperankan dalam ruang waktu dan tempat
supaya peranan itu nyata mengingat dalam waktu-waktu tertentu mereka pergi ke
Universitas Sumatera Utara
daerah yang lain? Bagaimana dengan aktifitas agama, sosial dan budaya ini? Seorang pengetua agama Pendeta Gereja Pentakosta Indonesia mengatakan:
“Ala halak Kristen do nasida ingkon marminggu do ari Minggu, ai anggo parmingguon adong do di Percut Sei Tuan jadi dang pola lola nasida
marminggu. Taringot tu ari pesta Natal manang taon baru ndang targanggu Alana di bulan I di son do nasida jala ndang adong ulaon di
hauma dipunsu di bulan Desember. Mereka orang Kristen mereka harus kebaktian pada hari Minggu namun ibadah minggu tidak akan terganggu
karena di daerah tujuan terdapat beberapa gereja. Tentang perayaan Natal atau Tahun Baru itupun tidak terganggu karena bulan Desember mereka
berada di daerah ini dan pekerjaan di sawah pun tidak ada pada akhir Desember tersebut: Terjemahan bebas.
Sedangkan hasil kuesioner terbuka menyebutkan hal yang hampir sama dengan data dari wawancara. Berikut sajian mengenai informasi aktifitas
marripang terhadap pelaksanaan adat:
Tabel 14 Pengaruh Marripang Terhadap Pelaksanaan Aktifitas AdatAgama
n = 16 No Jawaban
Jumlah Persentase
1 Tidak sama sekali
6 37.50
2 Kadang-kadangbisa diatur
7 42.75
3 Terhambat 3
18.75 4
Dll sebutkan -
-
Jumlah 16 100
Sumber : Kuesioner Hasil penelitian lapangan 2010
Universitas Sumatera Utara
4.4.2. Hubungan Inter Parripang Manusia adalah makhluk sosial karenanya ia sangat tergantung kepada
manusia lainnya di dalam ia mengerjakan tugas-tugas maupun aktifitas penghidupannya yang lain. Supaya ia bisa bertahan atau eksis dalam hidupnya
maka ia harus mengadakan kontak dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya di dalam masyarakatnya sendiri ataupun masyarakat lain yang ditujunya, ia harus
mengadakan kontak-kontak sosial atau interaksi sosial. Adakalanya interaksi tersebut dilakukan oleh dua orang saja tetapi ada juga interaksi itu yang dilakukan
di dalam kelompok. Demikian juga halnya dengan marripang, di dalam melakukan
pekerjaannya ia melakukan kontak baik kontak antar pribadi maupun kontak dengan orang lain di luar kelompoknya atau dalam kelompoknya sendiri. Didalam
mengerjakan pekerjaannya ia membentuk kelompok akan dibahas selanjutnya yang terdiri dari satu orang atau lebih. Tentunya sebagai seorang anggota ia akan
berusaha keras supaya tujuannya atau tujuan kelompoknya dapat tercapai. Sebagai contoh, tentunya ia harus berusaha untuk saling menolong dengan anggota
kelompoknya guna kelancaran interaksi sosialnya. Berikut data mengenai hubungan antar sesama anggota kelompok.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 15 Hubungan Antar Sesama Anggota Kelompok
n = 16 No
Jenis Hubungan Jumlah
Persentase
1 Erat sekali
4 25.00
2 Erat 9
56.25 3 Biasa
saja 3
18.75 4 Buruk
- 0.00
Jumlah 16
100 Sumber : Kuesioner Hasil Penelitian Lapangan 2010
Dari data di atas dapat dilihat bahwa sebahagian besar menunjukkan hubungan yang baik eraterat sekali yaitu 81.75, sedangkan hubungan yang biasa ada
18.75. Tetapi tidak ada jawaban yang menunjukkan bahwa hubungan antar mereka adalah buruk. Tentunya mereka menjalin hubungan yang baik dan
menjadi seperti saudara karena mereka berasal dari daerah yang sama, selain itu selama marripang mereka bekerja diladang yang sama serta tinggal dirumahkost
yang sama pula.. Ketika ditanya mengenai perasaan mereka di daerah tujuan mereka memberikan respon yang hampir sama seperti diuraikan pada data berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 16 Perasaan Parripang di Daerah Tujuan
n = 16 No Jenis
Hubungan Jumlah Persentase
1 Selalu takuwas-was
- 0.00
2 Biasa saja
8 50.00
3 Tenang, aman dengan satu kelompok
2 12.50
4 Tenang, karena percaya pada Tuhan
6 37.50
Jumlah 16 100
Sumber : Kuesioner Hasil Penelitian Lapangan 2010
Data di atas menunjukkan bahwa tidak seorangpun dari mereka yang selalu takut tetapi mereka mempunyai perasaan yang tenang karena percaya pada Tuhan
35.50 maupun karena percaya pada kawan satu kelompok yang akan selalu siap menolong. sedangkan 50 yaitu jawaban yang lainnya menunjukkan
bahwa jawaban mereka biasa-biasa saja. Hal ini berarti bahwa mereka menjalankan pekerjaan itu dengan tenang.
Umumnya hubungan mereka adalah hubungan antara sesama anggota kelompok kerja yang bersama-sama mengerjakan pekerjaan yang sama maupun
menginapmakan bersama di satu rumah.
4.4.3. Hubungan Sosial Antar Parripang Biasanya
para parripang terdiri dari kelompok-kelompok kerja yang
dibentuk di daerah tujuan lebih lanjut akan dibicarakan pada poin selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
Mereka berasal dari berbagai daerah seperti yang diuraikan pada awal bab ini yang membentuk kelompok dalam menggarap sebidang lahantanah. Mungkin
anggota satu kelompok tidak mengenal anggota kelompok lainnya atau tidak selamanya mereka yang satu kelompok berasal dari daerah yang sama. Hal itu
logis karena mereka dating dari berbagai daerah. berikut data mengenai hubungan antara kelompok kerja yang ada.
Tabel 17 Hubungan Antar Kelompok
n = 16 No Jenis
Hubungan Jumlah
Persentase
1 Erat sekali
- 0.00
2 Erat 5
31.25 3 Biasa
saja 11
68.75 4 Buruk
- 0.00
Jumlah 16 100
Sumber : Kuesioner Hasil Penelitian Lapangan 2010
Jawaban di atas menunjukkan hubungan mereka adalah biasa saja sebanyak 68.75, hal ini berhubungan dengan sangat sibuknya mereka bekerja di
lahan masing dan tidak banyak waktu untuk berkenalanberamah tamah. Sedangkan bagi mereka yang berasal dari satu desa daerah asal hubungan
mereka cukup baik apabila mereka bekerja di daerah yang sama karena bisa saja para parripang yang berasal dari satu daerah, berada di lain daerah pada daerah
tujuan dalam arti mereka tidak dapat untuk bertatap muka tiap hari.
Universitas Sumatera Utara
4.4.4. Hubungan para Parripang dengan Pemilik Rumah dan Masyarakat di Daerah Tujuan.
Penduduk di lokasi tempat tinggalkost para parripang terdiri dari beberapa suku bangsa dengan suku bangsa Batak Toba yang dominan. Begitu juga halnya
dengan rumah yang menjadi tempat mereka untuk tinggalkost, pemiliknya adalah suku bangsa Batak Toba.
Hubungan antara pemilik rumah dengan para parripang, tidak terdapat hubungan keluarga baik sebagai anggota keluarga inti nuclear family, sebagai
anggota keluarga luas extended family, namun semata-mata karena hubungan marga saja. Walaupun ada juga diantara mereka yang tinggal di tempat
mertuanya. Peranan marga begitu kuat dalam mengikat persaudaraan pada sesama
orang Batak Toba. Hal ini terlihat pada saat mereka tiba di tempat tujuan hal yang pertama sekali yang mereka lakukan adalah mencari orang yang satu marga
dengannya. Yang dengan demikian akan dianggap kerabatnya dan yang bukan orang Batak Toba dianggap bukan kerabat istilah yang dipakai oleh Edward M.
Brunner, Ihroni 1990. Jadi dengan adanya peran marga tersebut akan membuat mereka menjadi lebih mudah untuk akrap satu sama lain.
Begitu juga halnya hubungan interaksi para parripang dengan masyarakat setempat cukup baik, hal ini terlihat dari keterlibatan para parripang dalam
kegiatan adat yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Apabila ada acara adat misalnya acara pernikahan atau kematian di daerah tersebut para parripang, juga
ikut serta di dalamnya, bahkan setelah mereka berada di daerah asalpun mereka sering diundang. Dari pengakuan beberapa parripang, mereka tidak membedakan
Universitas Sumatera Utara
kepada siapa mereka bergaul. Mereka mengenal pepatah “dimana langit dijunjung disitu bumi dipijak”, hal tersebutlah yang membuat mereka untuk lebih mudah
bersosialisasi terhadap masyarakat setempat. Selain itu juga terdapat hubungan yang cukup jelas antara parripang
dengan masyarakat di daerah tujuan, yakni hubungan simbiosis mutualisme yaitu hubungan saling menguntungkan antara parripang dengan masyarakat di daerah
tujuan, dimana parripang memperoleh uang dari hasil perjalanannya, sementara masyarakat di daerah tujuan memperoleh bantuan untuk memanen hasil padi
mereka.
4.5. Sistem Kerja dan Bagi Hasil