wacana persaingan kepemilikan barang-barang baru yang sedang menjadi trend di warga, dan berbagai barang itu juga harus berkesan mewah bagi mereka.
Beberapa jenis barang yang menjadi nilai ukur dalam persaingan kepemilikan barang itu adalah seperti interior rumah, perhiasan, sepeda motor, mobil, hingga jenis
bahan bangunan rumah tempat tinggal mereka. Kecenderungan berlangsungnya fenomena ini paling utama karena didukung oleh hasil pendapatan dari berkebun
kelapa sawit yang cukup tinggi. Tidak banyak orang tua dari suatu keluarga pada warga asli di desa yang
berinisiatif untuk menggunakan perolehan hasil pendapatannya untuk kepentingan pendidikan anak mereka. Justru yang terjadi adalah terlibatnya anak dalam kegiatan
berkebun kelapa sawit tersebut. Ketika anak ikut terlibat dalam aktivitas berkebun, maka mereka akan memperoleh upah dari apa yang mereka kerjakan, dan hal ini
kemudian membentuk pemikiran bagi anak, bahwa lebih menguntungkan ikut terlibat dalam aktivitas berkebun dari pada harus bersekolah, yang justru mereka atau orang
tua mereka harus mengeluarkan biaya untuk hal itu. Pengharapan mereka dengan kepemilikan lahan kebun kelapa sawit yang
cukup luas tentunya akan mendukung mereka dalam menambah peningkatan kepemilikan berbagai barang yang dapat menaikkan harkat dan martabat mereka di
hadapan kelompok keluarga lainnya. Mereka beranggapan bahwa dengan semakin banyaknya berbagai barang yang secara ekonomi bernilai tinggi dan memiliki kesan
mewah yang dapat mereka miliki, maka akan menempatkan masing-masing dari keluarga mereka pada posisi yang mapan dan tentunya akan membuat mereka
memperoleh status sosial yang tinggi di warga.
4.3.4.2. Ekspektasi Warga Transmigran Jawa
Ekspektasi yang melekat pada warga pendatang transmigran Jawa di desa tidak begitu berbeda dengan apa yang menjadi ekspektasi pada warga asli dari
Universitas Sumatera Utara
aktivitas ekonomi berkebun kelapa sawit. Warga transmigran Jawa ini juga memiliki pengharapan yang cukup besar untuk meningkatkan jumlah lahan yang dapat mereka
kuasai dan miliki. Kebanyakan dari mereka yang berupaya memperluas lahan perkebunan kelapa sawit, juga berkeinginan menggunakan perolehan dari hasil
berkebun kelapa sawit itu untuk meningkatkan kategori kebutuhan ekonomi mereka yang awalnya hanya sebatas kebutuhan ekonomi primer, meningkat menjadi
kebutuhan ekonomi sekunder dan juga tersier. Keantusiasan untuk memiliki barang baru dan mewah yang berlangsung pada
warga asli, juga dialami oleh mereka. Tetapi yang berbeda dalam hal kepemilikan barang itu adalah yang menjadi ruang ekspresi dari pemilikan barang. Ruang ekspresi
pemilikan barang hanya berlangsung di antara kalangan mereka saja, dan cara mereka menampilkan kepemilikan barang juga cukup berkesan menutupi atas apa saja yang
mereka miliki. Hal ini disebabkan status mereka sebagai kelompok warga pendatang yang dapat dikatakan adalah warga tamu di desa, sehingga membuat mereka menjaga
munculnya pandangan yang tidak baik dari kelompok warga asli yang notabene adalah sebagai tuan rumah di desa.
Warga pendatang transmigran Jawa ini jauh lebih baik dalam hal menginvestasikan perolehan hasil pendapatan mereka dibandingkan dengan warga
asli. Selain untuk kepentingan pemenuhan kepemilikan barang, mereka juga memiliki pengharapan untuk meningkatkan jenjang pendidikan bagi anak-anak mereka. Upaya
peningkatan jenjang pendidikan itu adalah dengan mengalokasikan sebagian dari hasil pendapatan mereka untuk menyekolahkan anak, dan tidak sedikit dari mereka yang
menyekolahkan anak-anaknya di berbagai sekolah di Kota Jambi yang dianggap jauh lebih baik dan berkualitas.
Ekspektasi lainnya yang ingin mereka peroleh dari hasil berkebun kelapa sawit adalah untuk menunjukkan bagaimana eksistensi mereka di daerah perantauan. Cara
Universitas Sumatera Utara
mengekspresikan keberhasilan mereka di daerah perantauan kepada kaum kerabat di daerah asal adalah dengan melakukan aktivitas pulang kampung. Aktivitas ini
dilakukan paling tidak satu kali dalam satu atau dua tahun. Biasanya mereka pulang ke daerah asal dengan membawa beberapa barang yang dapat dibagi-bagikan kepada
kaum kerabat. Selain itu, mereka juga akan membawa beberapa orang sanak famili ketika kembali ke daerah perantauan, untuk melihat bagaimana kondisi kehidupan
mereka di daerah perantauan.
4.3.4.3. Ekspektasi Warga Pendatang Lainnya