Sarana dan Prasarana Desa

tersebut sebagai tempat pemukiman mereka yang baru. Tempat mereka bermukim itu mereka sebut dengan kampung Rantau Badak, yang berasal dari istilah untuk menyebutkan bentuk sungai yang lurus dan tempat dimana badak sering berendam di aliran sungai tersebut. Pemimpin warga pada awal terbentuknya kampung, hanya berlaku di masing- masing dusun lubuk lalang dan tanjung kemang, yang disebut dengan istilah Tuo Kampung. Setelah beberapa waktu kemudian, kedua dusun itu memutuskan untuk bersatu menjadi satu kesatuan wilayah kampung, dan hal ini kemudian menyebabkan perubahan terhadap sistem pemerintahan yang berlaku di warga, yang mana istilah kepemimpinan pada warga tidak lagi disebut dengan Tuo Kampung, tetapi mereka sebut dengan istilah Penghulu. Istilah penghulu sebagai pimpinan warga mengalami perubahan kembali ketika memasuki tahun 1984, dengan berdasarkan pada peraturan perundang- undangan di Negeri ini, yakni dengan memakai Undang-Undang No.5 Tahun 1979, maka istilah bagi pimpinan warga disebut dengan Kepala Desa. Sebagaimana perubahan yang terjadi dalam sistem pemerintahan warga dengan kepala desa sebagai pemimpin warga Rantau Badak, maka wilayah Rantau Badak yang sebelumnya masih merupakan Kampung Rantau Badak, maka turut mengalami perubahan statusnya secara administratif dari Kampung menjadi Desa.

2.4. Sarana dan Prasarana Desa

Desa Rantau Badak masih tergolong minim dalam ketersediaan berbagai sarana umum yang diperuntukkan bagi warga. Seperti sarana pendidikan misalnya, untuk sarana pendidikan tingkat Taman Kanak-Kanak belum tersedia bangunan fisik yang memang merupakan milik pemerintah dan disediakan untuk warga, yang ada hanya Taman Kanak-Kanak milik salah seorang warga yang peduli terhadap Universitas Sumatera Utara pendidikan, dan untuk berlangsungnya proses pembelajaran, mereka masih harus menumpang di rumah salah seorang warga yang dapat menampung siswa dengan jumlah yang tidak sedikit. Sementara untuk sarana pendidikan tingkat sekolah dasar, hanya ada dua sekolah dasar negeri dan satu sekolah dasar Islam swasta, yakni; SD Neg. 038 yang berada di Dusun Lubuk Lalang, SD Neg. 168 yang berada di dusun warga transmigran Rantau Indah, dan Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ulum yang berada di Dusun Lubuk Lalang. Kondisi kedua sekolah dasar negeri ini masih sangat minim dalam hal fasilitas gedung sekolah, jumlah tenaga pengajar, dan juga materi kurikulum pendidikan yang diterapkan. Sementara untuk sekolah dasar Islam swasta MI Nurul Ulum, gedung sekolah sudah cukup baik meskipun dari segi tenaga pengajar dan materi kurikulum pendidikan yang diterapkan juga masih kurang maksimal. Sarana pendidikan untuk tingkat menengah pertama hanya ada satu di desa ini, dan bukan sekolah umum, tetapi sekolah Islam yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Islam Al- Musthafa Sani, yakni Madrasah Tsanawiyah Al-Musthafa Sani. Selain sarana pendidikan untuk tingkat menengah pertama, yayasan pendidikan Islam Al-Musthafa Sani juga mengelola sekolah menengah Islam tingkat atas yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan warga di Desa Rantau Badak, yakni Madrasah Aliyah al-Musthafa Sani. Selain sarana pendidikan, di Desa Rantau Badak juga terdapat sarana umum lainnya. Seperti sarana ibadah misalnya, ada tujuh sarana ibadah umat Islam yang terdiri dari empat Mesjid dan tiga Langgar yang tersebar di tiap dusun di Desa Rantau Badak. Sementara sarana ibadah bagi umat beragama Kristen tidak terdapat di desa. Hal ini disebabkan jumlah warga yang menganut agama Kristen hanya berkisar belasan orang. Universitas Sumatera Utara Sarana kesehatan yang terdapat di Desa Rantau Badak terdiri dari satu unit Posyandu, satu unit Puskesmas Pembantu, satu orang Bidan Desa, dan tiga orang Mantri. Tetapi ketiga mantri itu tidak seluruhnya berdomisili di Desa Rantau Badak, hanya satu orang yang berdomisili di desa ini, sementara dua orang lainnya berdomisili di Desa Merlung. Selain itu, ada juga ahli pengobatan yang masih sering dijadikan warga untuk keperluan pengobatan penyakit yang bersifat tradisional, seperti dukun beranak, dukun kemasukan roh halus, dan lain sebagainya yang sering disebut oleh warga setempat dengan istilah dukun kampung. Dalam mendukung kegiatan ekonomi dan untuk memenuhi kebutuhan warga di desa, ada beberapa sarana ekonomi yang terdapat di desa ini, seperti pasar tempat warga sekitar membeli berbagai jenis kebutuhan sekunder yang hanya berlangsung setiap satu kali dalam seminggu, tepatnya pada hari Kamis dan dimulai sejak sore hari hingga larut malam. Sementara untuk kebutuhan sehari-hari, ada sekitar 20 dua puluh warung yang menyediakan kebutuhan warga yang tersebar di 4 empat dusun di Desa Rantau Badak. Selain itu juga terdapat 3 tiga TPH Tempat Penampungan Hasil bumi yang mendukung warga desa dalam memperlancar kegiatan ekonomi mereka dalam bidang pertanian. Universitas Sumatera Utara

BAB III KONDISI LAHAN DAN PEMANFAATANNYA

3.1. Masa Sebelum Berkebun Kelapa Sawit

Aktivitas ekonomi pertanian warga sebelum memasuki era perkebunan kelapa sawit, lebih dahulu melalui dua tahap atau era pertanian yang berupa era berkebun karet dan juga era berladang yang merupakan tahap awal pada warga dalam melakukan aktivitas ekonomi pertanian sebagai upaya pemenuhan kebutuhan hidup mereka.

3.1.1. Masa Berladang

Masa berladang mulai berlangsung sejak terbentuknya Rantau Badak, yakni sekitar tahun 1930-an. Pada masa berladang, kondisi alam dari hamparan wilayah Desa Rantau Badak masih tergolong luas dengan hutan alam dan berbagai jenis pepohonan, dan juga ragam spesies hewan yang berdiam di sekitar wilayah hutan di desa tersebut. Kondisi alam yang masih berupa hutan dan begitu luas merupakan sumber daya lahan yang begitu potensial bagi warga Desa Rantau Badak pada masa itu, untuk membuka areal-areal perladangan dan juga lokasi tempat tinggal sesuai dengan kemampuan daya jelajah dan juga sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasokan pangan mereka. Cakupan wilayah yang menjadi lokasi pemanfaatan lahan sebagai areal perladangan dan juga pemukiman warga pada masa itu adalah kawasan Lubuk Lalang dan juga Tanjung Kemang. Kedua wilayah ini merupakan lokasi awal keberadaan warga Desa Rantau Badak, yang mana sekarang ini merupakan dua dusun asli dari empat dusun yang diintegrasikan dalam satuan wilayah administratif Desa Rantau Badak. Universitas Sumatera Utara