Persepsi Warga Pendatang Transmigran Jawa Persepsi Warga Pendatang Lainnya

melakukan pembagian hak atas lahan yang dimiliki oleh setiap kelompok keluarga yang mewarisi suatu areal lahan. Hal ini kemudian menjadikan lahan yang awalnya merupakan properti bersama yang mencakup keluarga luas pada satu kelompok keluarga, menjadi hanya mencakup keluarga inti saja. Tujuan dari pembagian hak atas lahan itu tidak lain adalah untuk membuka areal-areal perkebunan kelapa sawit yang dapat mereka usahai dan manfaatkan hasilnya secara pribadi individu. Konsep awal yang terkonstruksi pada diri mereka masing-masing terhadap lahan sebagai bentuk properti bersama, secara ekonomi tidak lagi dianggap dapat memberi kontribusi yang cukup baik. Lahan-lahan bersama yang hanya berupa hutan karet dan areal perladangan tanaman palawija, mereka anggap tidak lagi menguntungkan dan dapat mengakomodir kepentingan serta kebutuhan hidup. Cara pandang ini juga tidak terlepas dari rendahnya nilai produksi dari hasil getah karet dan kondisi tanaman karet yang sudah cukup tua serta jumlah batang pohon karet pada satu areal lahan yang tidak lagi maksimal.

4.3.2. Persepsi Warga Pendatang Transmigran Jawa

Persepsi warga transmigran Jawa terhadap keberadaan lahan di desa tidak begitu berbeda dengan persepsi warga asli. Mereka melihatnya sebagai aset yang begitu potensial secara ekonomi untuk dikembangkan menjadi areal perkebunan kelapa sawit. Persepsi warga transmigran ini tidak memiliki keterikatan secara langsung dengan konsep lokal atas lahan yang terdapat pada warga asli, hal ini disebabkan cara kepemilikan lahan mereka yang terlegitimasi secara juridis oleh pemerintah sebagai bentuk kompensasi dengan mengikuti program transmigrasi “TRANSBANGDEP”. Meskipun mereka tidak terikat secara langsung dengan tatanan konsep lokal atas lahan di desa, tetapi mereka menghargai keberadaan konsep lokal tersebut dan Universitas Sumatera Utara memanfaatkan keberadaannya ketika hendak melakukan ekspansi lahan yang secara faktual dikuasai oleh warga asli. Tujuan dari ekspansi lahan juga tidak lain adalah untuk memperluas areal kepemilikan lahan yang secara bersamaan adalah untuk membuka areal-areal perkebunan kelapa sawit.

4.3.3. Persepsi Warga Pendatang Lainnya

Persepsi warga pendatang lainnya yang juga merupakan bagian dari warga di desa, tidak begitu berbeda dalam memaknai keberadaan lahan potensial yang terdapat di desa. Mereka melihat lahan-lahan ini sebagai suatu aset yang secara ekonomi dapat meningkatkan taraf kehidupan mereka. Peningkatan taraf kehidupan ini adalah dengan memanfaatkan lahan-lahan tersebut untuk membuka areal perkebunan kelapa sawit. Perbedaan yang mendasar antara warga pendatang lainnya ini dengan warga pendatang yang hadir di desa dengan melalui program transmigrasi, adalah dalam hal cara kepemilikan lahan di desa. Ketika mereka mulai menetap dan melakukan aktivitas ekonomi pertanian di desa, mereka memiliki lahan bukan karena pemberian dari pihak pemerintah, melainkan dengan cara membeli lahan. Mereka memperoleh lahan dengan membelinya dari beberapa orang warga desa yang merupakan bagian dari warga asli di desa. Meskipun mereka juga tidak terikat secara langsung dengan konsep lokal yang mengatur tentang kepemilikan lahan, tetapi mereka tetap bersentuhan dengan konsep lokal itu ketika mereka mencoba mendapatkan lahan tersebut dengan melalui proses pembelian. Hal ini karena ketika lahan yang akan dibeli adalah properti bersama dari suatu kelompok keluarga, maka hak-hak dari anggota keluarga yang melekat atas lahan tersebut harus terlebih dahulu dibagi sesuai dengan besar bagian haknya masing-masing. Setelah proses pembagian hak atas lahan itu telah selesai dan Universitas Sumatera Utara dianggap tidak akan memunculkan masalah lagi nantinya, barulah kemudian dapat dilakukan pembayaran atas lahan tersebut. Maka dapat dipahami, bahwa cara pandang warga pendatang lainnya ini terhadap keberadaan lahan di desa, lebih berorientasi kepada pemanfaatan secara ekonomi meskipun pemilikan atas lahan harus tetap bersentuhan dengan konsep lokal yang berlaku pada warga asli di desa.

4.3.4 Ekspektasi Warga dengan Berkebun Kelapa Sawit