memutuskan untuk kembali ke daerah asal atau pindah ke desa lain yang mereka pikir lebih baik untuk dijadikan tempat menetap.
Pindahnya sebagian besar dari warga transmigran Jawa itu akan meninggalkan tempat bermukim dan lahan pertanian mereka, maka hal ini menyebabkan tempat
bermukim dan lahan pertanian mereka dapat dikuasai oleh sekelompok warga elit desa. Penguasaan lahan ini dapat mereka lakukan dengan mudah dan tanpa perlu
mengeluarkan modal materi yang besar. Penguasaan ini mereka lakukan dengan cara pengajuan warga pengganti ataupun pengajuan pembelian lahan kepada pemerintah
desa sebagai pihak pelaksana program transmigrasi di desa, sementara orang-orang yang duduk di pemerintahan desa itu tidak lain adalah mereka sendiri dan daftar
warga pengganti itu tidak lain adalah sanak keluarga yang masih di dalam lingkar kerabat mereka.
4.3.5.2. Praktik Ekspansi Lahan pada Warga Transmigran Jawa
Praktik penguasaan lahan pada warga transmigran Jawa tidak dapat berlangsung secara maksimal seperti yang diterapkan oleh warga asli di desa. Latar
belakang keberadaan mereka sebagai pendatang, cukup membatasi ruang gerak ekspansi terhadap lahan potensial yang terdapat di desa. Ruang gerak ekspansi mereka
lebih pada sekitar lokasi pemukiman transmigrasi yang merupakan wilayah konsentrasi pemukiman mereka.
Tidak banyak dari mereka yang mampu menembus batas ruang gerak ekspansi lahan tersebut. Sekelompok orang dari mereka yang mampu menembus batas ruang
gerak ekspansi ini adalah mereka yang secara individu memiliki kemampuan untuk melihat sisi peluang yang berada di antara batas ruang gerak ekspansi tersebut.
Peluang untuk menembus batas ruang gerak ekspansi itu dapat mereka raih dengan beberapa cara, seperti misalnya; ikut terlibat dalam pemerintahan desa, menikah
Universitas Sumatera Utara
dengan salah seorang dari keturunan warga asli, dan memiliki pekerjaan sebagai seorang pegawai negeri.
a. Strategi Ekspansi dengan Keterlibatan dalam Pemerintahan Desa
Mereka yang dapat terlibat dalam pemerintahan desa adalah yang memiliki kapasitas SDM yang cukup baik dan mengerti tentang administrasi pemerintahan
desa. Salah seorang dari warga transmigran Jawa yang terlibat dalam pemerintahan desa adalah Rupono 51 Thn. Dia memiliki SDM yang cukup baik dan menguasai
administrasi pemerintahan desa dibandingkan warga transmigran Jawa lainnya. Keterlibatannya dalam pemerintahan desa membuat dia dapat melakukan
ekspansi lahan di luar wilayah konsentrasi pemukiman warga transmigran Jawa. Dia dapat dikatakan sebagai perwakilan dari warga transmigran Jawa yang dipercayai oleh
kelompok elit dari warga asli desa, sehingga dia dapat mengetahui informasi yang berkembang terkait dengan keberadaan dan orientasi pengembangan lahan potensial
di desa. Keterlibatan dalam pemerintahan desa dan kepercayaan kelompok elit pada dirinya, membuat dia dapat bertindak untuk kepentingan diri dan keluarganya dalam
praktik ekspansi lahan tanpa tekanan dan halangan, yang selama ini cenderung berasal dari mereka yang merupakan kelompok elit dari warga asli desa.
b. Strategi Ekspansi dengan Pernikahan
Selain dengan cara terlibat dalam pemerintahan desa untuk dapat menembus batas ruang gerak ekspansi lahan, ada juga yang berupaya menembus batas ruang
gerak ekspansi lahan tersebut dengan cara melakukan pernikahan dengan salah seorang dari keturunan warga asli di desa. Dengan menikahi salah seorang dari warga
asli desa, maka mereka akan terikat secara emosional dan masuk dalam kekerabatan warga asli. Hal ini kemudian memberi mereka kesempatan untuk bertindak
sebagaimana warga asli lainnya. Hak waris atas lahan yang dimiliki oleh orang yang dinikahinya akan dapat digunakan sebagai strategi untuk melakukan ekspansi lahan
yang berada di luar wilayah konsentrasi pemukiman warga transmigran Jawa.
Universitas Sumatera Utara