pemerintah provinsi, koordinasi dengan LSM dan kerja sama dengan media massa serta tokoh masyarakat dalam pencegahan trafficking serta integrasi data kasus kekerasan yang
diterima. Namun koordinasi jika dipandang dari segi penanganan kasus antar implementor
yang melibatkan lembaga lintas sektoral masih lemah. Mengingat unit organisasi gugus tugas yang cukup besar yang terdiri dari berbagai instansi dari pemerintah maupun masyarakat
yang diwakili oleh Lembaga Swadaya Masyarakat LSM maka perlu terjalin komunikasi yang tepat dan konsisten. Pada kenyataannya masing-masing narasumber tidak mampu
memberikan keterangan lengkap terkait rapat yang dibangun dalam gugus tugas. Padahal dalam pergub pembentukan gugus tugas sendiri diatur dengan jelas mengenai jenis rapat
koordinasi gugus tugas yakni : -
Rapat Koordinasi Provinsi secara berkala minimal 1 satu kali dalam setahun -
Rapat Kordinasi Pleno secara berkala 1 satu kali dalam 4 empat bulan, Rapat Kordinasi Sub Gugus Tugas yang dilaksanakan 1 satu kali dalam 2 dua bulan
Belum lagi pernyataan salah seorang narasumber bahwa pelaksanaan rapat tidak efektif, memperkuat penyimpulan bahwa koordinasi lintas sektoral yakni antar lembaga -
lembaga pelaksana belum berjalan sesuai dengan harapan. Tentunya peran Biro PPAKB sebagai focal point penggiat dalam upaya pemberantasan perdagangan perempuan dan anak
dalam hal ini dapat dikatakan belum maksimal. Pada akhirnya pihak LSM lah yang kebanyakan turun tangan untuk menangani para korban. Semakin besar koordinasi yang
diperlukan untuk melaksanakan kebijakan, semakin berkurang kemungkinan keberhasilan program atau kebijakan. Penyebaran tanggung jawab yang terlalu luas, mengakibatkan
implementasi kebijakan terkait penanganan korban pada akhirnya tidak berjalan maksimal.
5.3 Sumber daya
Universitas Sumatera Utara
Sumber daya merupakan faktor penting yang mendukung implementasi berjalan efektif. Sumber daya dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi implementor,
dan sumber daya dana finansial.
a. Sumber daya manusia
Upaya penghapusan trafficking terhadap perempuan dan anak secara khusus menjadi program kegiatan dari Bagian Perlindungan dan Kualitas Hidup Perempuan pada Biro
PPAKB. Sedangkan secara keseluruhan terdapat 30 orang pegawai negeri sipil yang berada di Biro PPAKB ditambah dengan 8 tenaga honorer. Namun tidak semua petugas paham dan
mengerti tentang isu-isu perdagangan orang. Mengingat biro PPAKB adalah instansi yang menerima pengaduan dan tak jarang ikut mendampingi korban, maka dari itu para aparat
yang ada diberi pelatihan – pelatihan untuk melakukan pendampingan terhadap korban-
korban kekerasan perempuan dan anak. “...kita di sini semuanya sudah pernah mendapat pelatihan untuk pendampingan.
Kami di bagian Bagian Perlindungan dan Kualitas Hidup Perempuan pada Biro PPAKB petugas maupun PNS sebagian besar sudah dibekali pelatihan
– pelatihan untuk pendampingan dan juga diklat. Jadi mudah-mudahan kita semua sudah paham.
Dan ketika ada korban itu sepertinya sudah paham bahwa ia korban. Jangan sampai ketika kita mengucapkan sesuatu korban justru korban menjadi sakit hati...”
Wawancara dengan Ibu Widya pegawai di Bagian Perlindungan dan Kualitas Hidup Perempuan Biro Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Keluarga Berencana
Setdaprovsu, Senin 29 April 2015 di Kantor Gubernur Sumatera Utara Lantai VI
b. Sumber finansial
Terkait dengan sumber dana, dalam pelaksanaan perda sumber dana berasal dari APBD Provinsi, sekaligus Biro PPAKB berusaha membangun kepedulian semua pihak
terlebih ketika banyak korban yang ditampung. Dalam penanganan kasus, siapa saja boleh memberikan sumbangsihnya. Perda No 6 Tahun 2004 mengamanatkan adanya penanganan
bagi para korban, tentunya dalam hal ini kegiatan penanganan membutuhkan dana.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator P2TP2A dana yang tersedia untuk menangani korban sangat kurang. Seperti yang diungkapkan berikut
“...sumber dana berasal dari APBD, kita juga membangun kepedulian semua pihak. Kita coba memotivasi orang untuk membantu. Kalo ditanya cukup atau tidak, ketika
korban membludak banyak ya tidak...” Wawancara dengan Kepala Bagian Perlindungan dan Kualitas Hidup Perempuan
Biro Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Keluarga Berencana Setdaprovsu, Senin 17 April 2015 di Kantor Gubernur Sumatera Utara Lantai VI
“...dananya kurang. Kalo dana kurang, koordinasi jadinya sama mitra-mitra tetapi hanya dengan mitra yang memiliki hubungann baik, misalnya Pusaka atau cari dari
donatur yang peduli. Pernah ada korban yang tidak dijemput- jemput dari Jawa Tengah dan Banten, sementara Biro PPAKAB tidak mampu dan tidak bersedia
memulangkan akhirnya kita cari jalan sendiri...” Wawancara dengan Koordinator P2TP2A Provinsi Sumatera Utara, Jumat 19 Juni
2015 di Yayasan Pusaka
c. Fasilitas