Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator P2TP2A dana yang tersedia untuk menangani korban sangat kurang. Seperti yang diungkapkan berikut
“...sumber dana berasal dari APBD, kita juga membangun kepedulian semua pihak. Kita coba memotivasi orang untuk membantu. Kalo ditanya cukup atau tidak, ketika
korban membludak banyak ya tidak...” Wawancara dengan Kepala Bagian Perlindungan dan Kualitas Hidup Perempuan
Biro Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Keluarga Berencana Setdaprovsu, Senin 17 April 2015 di Kantor Gubernur Sumatera Utara Lantai VI
“...dananya kurang. Kalo dana kurang, koordinasi jadinya sama mitra-mitra tetapi hanya dengan mitra yang memiliki hubungann baik, misalnya Pusaka atau cari dari
donatur yang peduli. Pernah ada korban yang tidak dijemput- jemput dari Jawa Tengah dan Banten, sementara Biro PPAKAB tidak mampu dan tidak bersedia
memulangkan akhirnya kita cari jalan sendiri...” Wawancara dengan Koordinator P2TP2A Provinsi Sumatera Utara, Jumat 19 Juni
2015 di Yayasan Pusaka
c. Fasilitas
Sarana dan prasarana sudah disediakan untuk korban trafficking berupa rumah aman yang disediakan Biro PPAKB melaui P2TP2A bagi korban kekerasan tak terbatas hanya pada
korban trafficking yang membutuhkan tempat tinggal. “Sebenarnya bukan rumah aman, tetapi shelter, tempat penampungan sementara cuma
dua minggu. Karena kemampuan budgeting Biro PPAKB masih kecil”. Wawancara dengan Koordinator P2TP2A Provinsi Sumatera Utara, Jumat 19 Juni
2015 di Yayasan Pusaka
“rumah aman itu sebenarnya hanya sebatas rumah sewa. Yang kita bayar setiap tahunnya dari anggaran biro PPAKB yang sumbernya dari APBD. Belum menjadi
milik pemerintah, karena keterbatasan anggaran”. Wawancara dengan pegawai di Bagian Perlindungan dan Kualitas Hidup
Perempuan Biro Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Keluarga Berencana Setdaprovsu, Senin 29 April 2015 di Kantor Gubernur Sumatera Utara Lantai VI
“...sarana prasarana dalam mobilitas pendampingan korban berupa kendaraan bermotor...”
Wawancara dengan pegawai di Bagian Perlindungan dan Kualitas Hidup Perempuan Biro Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Keluarga Berencana
Setdaprovsu, Senin 29 April 2015 di Kantor Gubernur Sumatera Utara Lantai VI
P2TP2A dibentuk berdasarkan keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor: 260464.KTahun 2007. Idealnya tempat penampungan tersebut berbentuk rumah aman
Universitas Sumatera Utara
sebagai fasilitas pelayanan yang disediakan bagi korban. Namun sejak tahun 2007 awal berdirinya P2TP2A sampai sekarang masih berupa drop in center sampai sekarang rumah
tersebut masih berstatus sewa. Keberadaan rumah ini juga dirahasiakan untuk menjamin keamanan para korban Selain shelter, fasilitas atau sarana lain yang disediakan dalam
memenuhi kebutuhan korban adalah dengan adanya Pusat Informasi Perempuan, Anak dan Keluarga Woman, Child and Family Infomation Center di Biro PPAKB yang dapat
memberikan data mengenai kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak serta informasi yang dibutuhkan keluarga atau korban perdagangan orang.
Gambar 5.7 Pusat Informasi Pusat Informasi Perempuan, Anak dan Keluarga Biro PPAKB
Sumber : Dokumentasi Lapangan, 12 Januari 2015 Ketersediaan jumlah pegawai di Biro PPAKB terkait implementasi perda secara
kuantitas cukup. Hal ini juga didukung oleh data sekunder mengenai tingkat pendidikan yang didominasi oleh lulusan Sarjana S1 yang berjumlah 18, S2 sebanyak 7 orang, D3 sebanyak
2 orang, SLTA sebanyak 3 orang. Meskipun latarbelakang tidak sesuai dengan pengetahuan gender, mapun HAM, narasumber selaku Kepala Bidang Bagian Perlindungan dan Kualitas
Universitas Sumatera Utara
Hidup Perempuan berkata beliau telah diberikan pelatihan dan diklat dan sudah cukup dibekali
dengan pengetahuan pendampingan terhadap korban korban trafficking. Namun sumber dana yang terbatas pada akhirnya juga mengakibatkan keterbatasan
Biro PPAKAB dalam melengkapi sarana yang dibutuhkan dalam mengimplementasikan perda. Belum ada alokasi dana khusus dari pemerintah provinsi untuk penanganan kasus
trafficking sehingga akhirnya keterbatasan dalam pemberian pelayanan pada shelter P2TP2A. Menurut pengakuan narasumber selaku koordinator P2TP2A Provsu, tempat
penampungan shleter seringkali kekurangan bantuan, sehingga harus bekerja sendiri dalam memenuhi kebutuhan korban di shelter. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perda
nomor 6 tahun 2014 tentang Upaya Penghapusan Perdagangan Trafiking Perempuan dan Anak belum dapat memenuhi standar atau variabel sumberdaya belum cukup baik.
5.4 Disposisi