terhadap kebijakan, 3 Sikap dari kelompok pemilih constituent groups, 4 Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor “
Gambar 2.8 Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Menurut Mazmanian dan Sabatier
2.1.4 Model Kebijakan yang Digunakan
Dari berbagai model yang telah dipaparkan di atas terdapat varibael-variabel yang dapat digunakan untuk menentukan suatu kebijakan sudah berhasil diimplementasikan atau
belum. Untuk melihat proses implementasi Perda Nomor 6 Tahun 2004 tentang Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak melalui Biro Pemberdayaan Perempuan, Anak dan
Keluarga Setdaprovsu penulis menggunakan varibel-variabel sebagai berikut 1.
Komunikasi Untuk menjamin terlakasananya implementasi kebijakan dengan baik, dikatakan
faktor komunikasi menjadi hal yang penting yang berpengaruh terhadap proses implementasi. Kejelasan isi dari suatu kebijakan akan mempengaruhi bagaimana kecakapan badan
pelaksana dalam mengimplementasikan kebijakan. Dalam hal ini, kebijakan harus mampu
Tractability of the problem 1. Availability of valid technical theory and technology
2. Diversity of target-group behavior 3. Target group as a percentage of the population
4. Extent of behavioral change required
Ability of statute to structure implementation
1. Clear and consistent objectives 2. Incorporation of adequate causal theory
3. Financial resources 4. Hierarchical integration with and among
implementing agencies 5. Decision-rules of implementing agencies
6. Recruitment of implementing officials 7. Formal access by outsiders
Nonstatutory variables affecting implementation
1. Socioeconomic condition and technology 2. Media attention to the problem
3. Public support 4. Attitudes and resources of constituency groups
5. Support from sovereigns 6. Commitment and leadership skill of implementing
officials
Stages dependent variables in the implementation process
Policy outputs of implementing
agencies Compliance
with policy outputs by
target groups Actual impacts
of policy outputs
Perceived impacts of
policy outputs Major revision
in statute
Universitas Sumatera Utara
menginstruksikan proses implementasi untuk mencapai tujuan dengan jelas sehingga mampu dipahami oleh implementor. Kejelasan isi atau tujuan-tujuan kebijakan ini juga berarti bahwa
isi kebijakan akan semakin mudah diimplementasikan karena implementor mudah memahami dan menterjemahkan dalam tindakan nyata. Sebaliknya, ketidakjelasan isi kebijakan
merupakan potensi lahirnya distorsi atau penolakan dalam implementasi kebijakan. Selanjutnya isi tujuan kebijakan disampaikan atau disosialisasikan kepada penerima program
kebijakankelompok sasaran target group. Melalui variabel ini peneliti akan mengetahui bagaimana kejelasan dari kebijakan perda sehingga dapat dipahami oleh implementor dan
disampaikan kepada kelompok sasarannya.
2. Struktur Birokrasi
Mengutip teori dari Edward bahwa struktur birokrasi terdiri dari standard operational procedure SOP dan fragmentasi. Sedangkan fragmentasi berkaitan dengan penyebaran
tanggung jawab dari suatu kebijakan pada beberapa unit organisasi. Melalui variabel ini, peneliti akan mengetahui apakah ada SOP yang digunakan terkait dengan dalam upaya penanganan.
Fragmentasi merupakan penyebaran tanggung jawab dari suatu kebijakan pada beberapa unit organisasi. Menurut teori Edward menjelaskan bahwa setiap penyebaran tanggungjawab suatu
kebijakan kepada beberapa badanstaf memerlukan koordinasi. Melalui variabel ini peneliti akan keberadaaan SOP dan pelaksanaannya serta bagaimana koordinasi terkait fragamentasi pada
organisasi yang terlibat dalam penghapusan trafficking. 3.
Sumber daya Variabel sumber daya adalah hal penting dalam proses implementasi. Tanpa sumber
daya, kebijakan berakhir di kertas saja. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, sumberdaya finansial anggaran dan fasilitas.
4. Disposisi
Universitas Sumatera Utara
Variabel disposisi implementor digunakan untuk mengetahui sikap dan implementor dalam mengimplementasikan kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif
yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.
Gambar 2.9 Model Implementasi yang digunakan
2.2 Perdagangan Orang Human Trafficking