Gaya Bahasa Pada Beberapa Puisi Karya Du Fu

(1)

GAYA BAHASA PADA BEBERAPA PUISI KARYA

DU

FU

杜甫诗歌修辞格

析(

Dùfǔ shīgē xiūcí gé fēnxī

)

SKRIPSI SARJANA

OLEH:

ANITA KESUMA

NIM: 110710002

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

GAYA BAHASA PADA BEBERAPA PUISI KARYA

DU

FU

杜甫诗歌修辞格 析

(Dùfǔ shīgē xiūcí gé fēnxī)

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Cina.

Oleh:

ANITA KESUMA 110710002

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

GAYA BAHASA PADA BEBERAPA PUISI KARYA

DU

FU

杜甫诗歌修辞格 析

(Dùfǔ shīgē xiūcí gé fēnxī) SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Cina.

Oleh:

Anita Kesuma 110710002

Pembimbing I, Pembimbing II

Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A Liu Feng,

Ph.D

NIP. 19630109 198803 2 001

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA


(4)

2015

Disetujui oleh

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi Sastra Cina Ketua,

Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. NIP. 19360109 198803 2 001

PENGESAHAN Diterima oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sastra dalam Bidang Ilmu Sastra Cina Pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.


(5)

Tanggal :

Hari :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP. 19511013 197603 1 001 Panitia Ujian

No. Penguji Tanda Tangan

1. Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. ( )

2. Dr. Rohani Ganie, M.Hum ( )

3. Vivi Adryani Nasution, S.S., MTCSOL ( )

4. Niza Ayuningtias, S.S., MTCSOL ( )

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila penyataan yang saya buat ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar sarjana yang saya peroleh.


(6)

Medan, Juli 2015 Penulis,


(7)

ABSTRACT

The title of this thesis is “Gaya Bahasa Pada Beberapa Puisi Karya

Du Fu” (“Du Fu Selected Poems based on Figure of Speech”). The thesis

is focused on figure of speech in Du Fu’s poems in Tangshi Jingcui Lisi. Du Fu (712-770) is the classic poet who lives in the period of Tang Dynasty in China. The classic poet of China has a long history, it has 3000 years of history. The writer only analyse the fifteen poems that exist in this book. The semantic leksical applied in this thesis to examine the language meaning of Du Fu’s poems. The result of this thesis shows that five m

ost-common-use of different figure of speech found in fifteen Du Fu’s poems.

They are metapor, personification, hyperbole, dui’ou and erotesis question. This thesis also shows that the function of each four figure of speech in Du Fu’s poems is make the abstract things more specifically, add beauty or emotional intensity of the poem, make his poems become more interesting and touching.

Keywords: Puisi; Puisi China Klasik; Du Fu; Gaya Bahasa; Gaya Bahasa Puisi


(8)

ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah “Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi Karya

Du Fu”. Dalam penelitian ini, penulis menganalisis 15 buah puisi dan 5 gaya bahasa yaitu Biyu (perumpamaan), Bini (personifikasi), Kuazhang

(hiperbola),Dui’ou (pararelisme) dan Shewen (erotesis). Konsep yang

digunakan dalam penelitian ini adalah konsep gaya bahasa oleh Huang dan

Liao. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif deskriptif. Data berupa puisi-puisi karya Du Fu yang terdapat di

dalam kumpulan puisi berjudul Tángshī jīngcuì (Lǜshī) 唐诗精萃 (律

诗).Untuk menganalisis makna pada gaya bahasa digunakan semantik

leksikal. Lima gaya bahasa pada puisi karya Du Fu yang dominan pada

level pertama adalah gaya bahasa Bini (personifikasi) 23%, Kuazhang

(hiperbola) 23% dan Shewen (erotesis) 23%; level kedua adalah Dui’ou

(pararelisme) 18% dan level ketiga adalah Biyu (perumpamaan) 13%.

Kata kunci: Puisi; Puisi China Klasik; Du Fu; Gaya Bahasa; Gaya Bahasa Puisi


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi Karya Du Fu”. Berkat dukungan dan bantuan dari banyak pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Drs. Syahron Lubis, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara,

2. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, MA,. selaku Ketua Program Studi Sastra Cina

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, yang sekaligus merupakan Dosen Pembina Akademik dan Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya membimbing penulis selama masa perkuliahan dan dalam mengerjakan penyelesaian skripsi,

3. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si., selaku Sekretaris Program studi

Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,

4. Bapak Liu Feng, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing II penulis yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu untuk membimbing dan mendukung dalam mengerjakan penyelesaian skripsi,


(10)

5. Para dosen Fakultas Ilmu Budaya, Sastra Cina, dan dosen tamu dari Jinan University, Republik Rakyat China yang pernah memberikan mata kuliah selama penulis kuliah dan jasa-jasa dalam mengajarkan ilmu pengetahuan, budi pekerti, dan moral kepada penulis.

6. Keluarga penulis, Ayah, Ibu, Kakak, Adik dan teman spesial penulis, atas

perhatian, kasih sayang dan dukungan baik dalam materi dan non-materi selama proses penyelesaian skripsi,

7. Teman-teman seangkatan dari stambuk 011 yang memberikan dukungan,

saran, kritik, bantuan lainnya, dan teman-teman lain yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap agar penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Terima Kasih.

Medan, 27 Juli 2015


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACK... i

ABSTRAKSI... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 6

1.3Rumusan Masalah... 8

1.4Tujuan Penelitian ... 8

1.5Manfaat Penelitian ... 8

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 8

1.5.2 Manfaat Praktis... 9

BAB II KONSEP, KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 10

2.1 Konsep ... 10

2.1.1 Pengertian Gaya Bahasa... 10

2.1.2 Jenis-jenis Gaya Bahasa Mandarin 11 ... 11

1. Gaya Bahasa Biyu (比喻) ... 11

2. Gaya Bahasa Bini (比拟) ... 14

3. Gaya Bahasa Kuazhang (夸张) ... 16

4. Gaya Bahasa Dui’ou (对偶) ... 16

5. Gaya Bahasa Shewen (设问) ... 17

2.1.3 Pengertian Puisi... 18

2.1.3.1 Pengertian Puisi China... 18


(12)

2.2 Tinjauan Pustaka ... 23

2.3 Landasan Teori ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Data dan Sumber Data ... 28

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.3 Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Hasil ... 32

4.1.1 Hasil Penelitian Terhadap Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi Karya Du Fu... 32

4.1.2 Hasil Penelitian Terhadap Makna Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi Karya Du Fu ... 34

4.2 Pembahasan ... 35

4.2.1 Analisis Gaya Bahasa pada Puisi Du Fu ... 36

4.2.1.1 Gaya Bahasa Bǐyùpada Puisi Du Fu ... 36

4.2.1.2 Gaya Bahasa Bǐnǐpada Puisi Du Fu ... 38

4.2.1.3Gaya Bahasa Kuāzhāng pada Puisi Du Fu ... 40

4.2.1.4Gaya Bahasa Duì’ǒu pada Puisi Du Fu ... 42

4.2.1.5Gaya Bahasa Shè wèn pada Puisi Du Fu ... 45

4.2.2 Analisis Makna Gaya Bahasa Pada Puisi Karya Du Fu ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 63 5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(13)

ABSTRACT

The title of this thesis is “Gaya Bahasa Pada Beberapa Puisi Karya

Du Fu” (“Du Fu Selected Poems based on Figure of Speech”). The thesis

is focused on figure of speech in Du Fu’s poems in Tangshi Jingcui Lisi. Du Fu (712-770) is the classic poet who lives in the period of Tang Dynasty in China. The classic poet of China has a long history, it has 3000 years of history. The writer only analyse the fifteen poems that exist in this book. The semantic leksical applied in this thesis to examine the language meaning of Du Fu’s poems. The result of this thesis shows that five m

ost-common-use of different figure of speech found in fifteen Du Fu’s poems.

They are metapor, personification, hyperbole, dui’ou and erotesis question. This thesis also shows that the function of each four figure of speech in Du Fu’s poems is make the abstract things more specifically, add beauty or emotional intensity of the poem, make his poems become more interesting and touching.

Keywords: Puisi; Puisi China Klasik; Du Fu; Gaya Bahasa; Gaya Bahasa Puisi


(14)

ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah “Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi Karya

Du Fu”. Dalam penelitian ini, penulis menganalisis 15 buah puisi dan 5 gaya bahasa yaitu Biyu (perumpamaan), Bini (personifikasi), Kuazhang

(hiperbola),Dui’ou (pararelisme) dan Shewen (erotesis). Konsep yang

digunakan dalam penelitian ini adalah konsep gaya bahasa oleh Huang dan

Liao. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif deskriptif. Data berupa puisi-puisi karya Du Fu yang terdapat di

dalam kumpulan puisi berjudul Tángshī jīngcuì (Lǜshī) 唐诗精萃 (律

诗).Untuk menganalisis makna pada gaya bahasa digunakan semantik

leksikal. Lima gaya bahasa pada puisi karya Du Fu yang dominan pada

level pertama adalah gaya bahasa Bini (personifikasi) 23%, Kuazhang

(hiperbola) 23% dan Shewen (erotesis) 23%; level kedua adalah Dui’ou

(pararelisme) 18% dan level ketiga adalah Biyu (perumpamaan) 13%.

Kata kunci: Puisi; Puisi China Klasik; Du Fu; Gaya Bahasa; Gaya Bahasa Puisi


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bahasa tidak lain merupakan sarana manusia untuk mencapai berbagai tujuan. Bahasa diartikan sebagai sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi. (Kushartanti & Multamia RMT Lauder, 2005). Dengan kata lain, tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai dengan bahasa.

Bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian,yang baik maupun yang buruk; tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa; tanda yang jelas dari budi kemanusiaan. (Samsuri, 1994:4). Dari pembicaraan seseorang dapat diketahui kepribadiannya melalui motif keinginannya, latar belakang pendidikannya, pergaulannya, adat istiadatnya, dan lain sebagainya.

Menurut pakar bahasa Mandarin, Huang dan Liao. (2007: 1), bahasa merupakan produk dari masyarakat, yang dihasilkan dengan munculnya masyarakat, dan berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat. Dilihat dari strukturnya, bahasa merupakan suatu sistem yang berbentuk dari tiga unsur utama yaitu tata bunyi, tata bentuk kata (kosa kata) dan tata bahasa. Dilihat dari fungsinya, pengertian bahasa terdiri atas tiga, yaitu (i)


(16)

merupakan alat komunikasi yang sangat penting, (ii) dilihat dari hubungan masyarakat dengan dunia luar, bahasa merupakan alat untuk mengenal dunia luar, dan (iii) dilihat dari hubungan masyarakat dengan budaya, bahasa merupakan sarana pengembangan kebudayaan, masyarakat menggunakan bahasa untuk meneruskan dan membina kebudayaan.

Jika berbicara mengenai bahasa, maka tidak lepas dari berbicara mengenai unsur-unsur bahasa. Unsur-unsur bahasa yang dapat membangun atau menceritakan teknik bercerita dinamakan gaya bahasa. (Zulfahnur, 1996: 38). Gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. (Keraf, 2007: 113)

Gaya bahasa dapat digunakan dalam segala ragam bahasa, baik ragam lisan, tulis, nonsastra, maupun ragam sastra, karena gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu untuk maksud tertentu. Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas, citraan dan pola rima, yang digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalam sebuah karya sastra.

Karya sastra telah melekat dalam kehidupan sehari-hari manusia, karena karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang meliputi kehidupan manusia. Permasalahan itu dapat berupa apa yang terjadi dalam dirinya sendiri atau orang lain. Karya sastra memiliki dunianya sendiri yang merupakan hasil pengamatan sastrawan terhadap


(17)

kehidupan yang diciptakan, baik berupa novel, puisi maupun drama yang dipahami dan dimanfaatkan oleh para penikmat karya sastra sebagai media hiburan dan apresiasi. (Wellek dan Warren, 1990: 51)

Wellek dan Warren (1990: 48), menggolongkan karya sastra menjadi dua yaitu karya sastra tertulis dan karya sastra lisan. Sastra lisan adalah sastra yang diekspresikan langsung secara verbal dengan bahasa sebagai media penyampaiannya. Sastra tulisan adalah karya sastra yang dipopulerkan melalui tulisan-tulisan yang sering ditemui seperti prosa, puisi, roman dan cerpen. Sementara menurut Pradopo (1999: 5), karya sastra terdiri atas dua jenis sastra (genre), yaitu prosa dan puisi. Prosa disebut juga karangan bebas yang berarti prosa tidak terikat oleh aturan-aturan ketat, sementara puisi disebut sebagai karangan terikat karena puisi terikat oleh aturan-aturan ketat.

Puisi merupakan bentuk kesusastraan yang menggunakan

penggulangan suara sebagai ciri khasnya. (Damayanti, 2013: 12). Negeri China terkenal dengan pepatah atau puisi klasik yang memiliki arti, amanat dan manfaat yang mendalam dalam kehidupan manusia, serta dapat menjadi pedoman atau prinsip bagi setiap orang yang mendalami makna dari puisi tersebut. Puisi China memiliki sejarah yang panjang dan kaya akan gaya bahasa serta dikembangkan dari zaman ke zaman. Membahas puisi China tidak terlepas dari satrawan Du Fu (712-770), seorang penyair yang terkenal dan bersejarah pada masa Dinasti Tang.


(18)

tokoh pendidikan. Karya puisi Du Fu berjumlah 1.400 buah puisi, puisi-puisinya mengekspresikan jiwa kearifan yang terdapat dalam dirinya.

Beliau sangat menghargai kaum buruh pada masa Dinasti Tang, dan terus

membela rakyat untuk mendapatkan hak atau perlakuan yang lebih layak bagi buruh. Oleh karena itu, puisi-puisinya dikenang dan menjadi inspirasi bagi para sastrawan dari dahulu hingga sekarang.

Sajak dalam puisi Du Fu terdapat banyak gaya bahasa yang memukau

dan mempesona hati para pembacanya. Du Fu memanfaatkan berbagai

gaya bahasa sebagai salah satu cara untuk memperindah sajak dalam puisinya. Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk

meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta

memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. (Tarigan, 1985: 5). Berikut adalah salah satu bait

dari puisi karya Du Fu yang menggunakan gaya bahasa, puisi yang

berjudul Wàng yuè (望岳) ini terdapat di dalam kumpulan puisi berjudul Tángshī jīngcuì (Lǜshī) 唐诗精萃 (律诗).

会当凌绝顶,一 山小銔

Huì dāng líng juédǐng, yīlǎn zhòng shān xiǎo.

Akhirnya suatu hari dapat mendaki hingga ke puncak gunung,

melihat sekumpulan gunung yang tampak penuh harapan yang

samar-samar. (Jiang, 1996: 52)

Dalam bait tersebut Du Fu menggunakan gaya bahasa Khuazhang atau

hiperbola yang mendeskripsikan puncak gunung dan dilebih-lebihkan dengan menggunakan kata “penuh dengan harapan yang samar-samar”.


(19)

Dalam bait tersebut penyair menggambarkan sekumpulan gunung yang terlihat seperti saling berbaris.

Gaya bahasa dipakai dalam puisi untuk mengekspresikan pengarang dalam memperindah puisi, menguatkan nilai pada puisi atau menguatkan makna puisi. Gaya bahasa yang digunakan setiap penyair maupun penulis dalam karya sastra mereka berbeda-beda, mencerminkan jalan pikiran dan sudut pandang mereka

yang berbeda. Karya Du Fu lebih banyak menceritakan tentang penderitaan rakyat

dan kesetiaannya pada negara melalui bahasa yang indah, jiwa kearifannya terhadap hak kaum buruh melalui bahasa yang indah, serta menggunakan bahasa yang mudah dipahami.

Gaya bahasa tidak terlepas dari makna yang terkandung di dalamnya, karena melalui gaya bahasa pembaca dapat dengan mudah memahami maksud tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna adalah pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Makna termasuk dalam golongan kata semantik, karena semantik juga membahasa tentang makna. Berdasarkan jenisnya semantik terdiri dari beberapa makna salah satunya adalah makna leksikal,yaitu dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata yang sesuai dengan hasil observasi alat indra atau makna

sesungguhnya di dalam kehidupkan kita. Misalnya leksem kuda memiliki makna

leksikal ‘sejenis binatang berkaki empat yang dapat dikendarai’. (Chaer 1990:62) Penulis sangat tertarik membahas tentang gaya bahasa. Oleh karen itu, penulis terkait untuk mengangkat topik “Analisis Gaya Bahasa pada Beberapa


(20)

buah puisi yang terdapat pada buku Tang Shi Jing Cui (LuShi) 銙唐诗精萃銚(律 诗) yang berisi kumpulan puisi terkenal yang ditulis oleh penyair-penyair pada masa Dinasti Tang. Kelima belas puisi karya Du Fu dapat mewakili 1400 buah puisinya adalah puisi yang termasyur atau terkenal. Gaya bahasa yang terdapat didalam puisi tersebut adalah gaya bahasa yang sering digunakan pada pembelajaran bahasa Mandarin. Dengan demikian diharapkan pembaca dapat lebih memahami penggunaan gaya bahasa dalam puisi China klasik, dan membantu meningkatkan pengetahuan tentang gaya bahasa yang terdapat pada puisi China.

Penelitian ini memfokuskan pada lima jenis gaya bahasa yang sering

digunakan dalam pembelajaran bahasa Mandarin, yakni: gaya bahasa Bǐyù (比喻),

Bǐnǐ (比拟), Kuāzhāng (夸 ), Duì’ǒu (对偶), dan Shè wèn (设问).

1.2Batasan Masalah

Suatu penelitian harus mempunyai batasan masalah. Batasan ini sangat penting dalam suatu penelitian. Hal ini dimaksudkan agar penelitian tersebut terarah dan tidak terjadi kesimpangsiuran masalah yang hendak diteliti, serta tujuan dari penelitian dapat tercapai. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, penulis hanya akan membahas mengenai gaya bahasa yang terdapat didalam

puisi karya Du Fu. Hal ini disebabkan penggunaan gaya bahasa cukupbanyak

ditemukan di dalam puisi beliau

Lima belas buah puisi yang dipilih dan dianalisis adalah: (1) 望岳


(21)

Bēi chén táo, (5) 春望 Chūn wàng, (6) 天 怀李 Tiān mò huái lǐbái, (7) 蜀相 Shǔxiāng, (8) 春夜喜雨 Chūn yè xǐyǔ, (9)

军收河南 Wén guān jūn shōu hénán běi, (10) 旅夜书怀 Lǚ yè

shū huái, (11) 秋兴八首 一 Qiū xìng bā shǒu(Qí yī), (12) 咏

怀 迹五首 Yǒnghuái gǔjī wǔ shǒu (qí sān), (13) 登高 Dēnggāo, (14) 登 岳 楼 Dēng yuèyánglóu dan (15) 登 楼 Dēnglóu.

Gaya bahasa dalam bahasa Mandarin dapat dibagi menjadi 21 jenis, berdasarkan fungsi dan struktur masing-masing. Menurut Huang dan Liao, jenis gaya bahasa Mandarin terdiri atas 21, yakni: Bǐyù (比喻), Bǐnǐ (比拟), Jièdài (借 代), Niān lián (拈连), Kuāzhāng (夸 ), Shuāngguān ( 关), Fǎng cí (仿词), Fǎnyǔ ( 语), Wǎnqū (婉曲), Duì’ǒu (对偶), Páibǐ (排比), Céng dì (层递), Dǐng zhēn (顶真), Huíhuán (回 ), Duìbǐ (对比), Yìngchèn ( 衬), Fǎnfù ( 复), Shè

wèn (设 问), Fǎnwèn ( 问), Tōng gǎn (通感) dan Jǐngcè (警 策). Namun dikarenakan keterbatasan dan kemampuan penulis dalam menganalisis gaya bahasa puisi China, maka penulis membatasi pembahasan pada 5 jenis gaya bahasa saja, yaitu: gaya bahasa Bǐyù (比喻), Bǐnǐ (比拟), Kuāzhāng (夸 ), Duì’ǒu (对偶), dan Shè wèn (设问). Lima jenis gaya bahasa tersebut adalah gaya bahasa yang sering digunakan dalam proses belajar bahasa Mandarin serta sering


(22)

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Gaya bahasa apakah yang terdapat di dalam puisi karya Du Fu ?

2. Makna apakah yang terkandung di dalam gaya bahasa puisi karya Du Fu?

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan gaya bahasa yang terdapat dalam puisi karya Du Fu.

2. Mendeskripsikan makna yang terkandung di dalam gaya bahasa puisi

karya Du Fu.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1.5.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian antara lain, sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai salah satu rujukan

penelitian mengenai kesusasteraan China dan selanjutnya dapat

membantu penelitian-penelitian yang berhubungan dengan

pembahasan gaya bahasa pada beberapa puisi karya Du Fu.

2. Penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi dalam pengembangan

keilmuan, khususnya terhadap kajian sastra, kajian linguistik, struktur dan pengajaran.


(23)

3. Penelitian ini diharapkan mampu mengilhami sastrawan dalam menggunakan gaya bahasa pada puisi.

1.5.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian antara lain, sebagai berikut:

1. Memberikan pemahaman bagi publik tentang penggunaan gaya bahasa

pada puisi.

2. Memberikan kontribusi terhadap ciri khas gaya bahasa pada puisi

karya Du Fu.

3. Memberikan motivasi bagi peneliti selanjutnya untuk lebih giat


(24)

BAB II

KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

2.1 Konsep

Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut. (Kridalaksana, 2001: 117). Konsep yang digunakan di dalam penelitian ini yakni: pengertian gaya bahasa, puisi, penyair Du Fu dan landasan teori.

2.1.1 Pengertian Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk

meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta

memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. (Tarigan, 1985: 5). Gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. ( Keraf, 2007: 113)

Huang dan Liao (1991: 208), menyatakan bahwa gaya bahasa memiliki tiga makna, yakni: (1) Gaya bahasa merupakan teknik, cara, dan aturan dalam menggunakan bahasa; (2) Gaya bahasa pada saat berbicara atau menulis karya sastra berfungsi untuk mengatur tingkah laku bahasa, dikenal sebagai kegiatan


(25)

retoris; (3) Gaya bahasa merupakan salah satu cara untuk memperkuat ekspresi atau perasaan penulis pada hasil karya sastra.

Gaya bahasa merupakan salah satu unsur dari sebuah puisi. Gaya bahasa adalah cara khas menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan. (Moelino, 1989). Dalam puisi, penyair berusaha menyampaikan ide, perasaan dan pikirannya dengan menggunakan bahasa yang dibuat sedemikian rupa sehingga tampak indah dan penuh makna. Oleh karena itu, untuk dapat membaca puisi dengan baik,memahami, memaknai, menganalisis, dan mengajarkan puisi, kita harus memahami gaya bahasa tersebut.

2.1.2.1 Jenis-jenis Gaya Bahasa

Huang dan Liao (1991: 240), membagi gaya bahasa menjadi 21 jenis, antara lain:

1. Gaya Bahasa Bǐyù (比喻)

Huang dan Liao (1991:240), menjelaskan Bǐyù adalah perumpamaan, yakni menggunakan benda atau hal yang berbeda satu sama lain namun memiliki titik persamaan untuk menggambarkan suatu hal atau benda lain. Benda yang dibandingkan disebut “Benti” dapat diterjemahkan menjadi “noumenon”, dan benda yang digunakan sebagai pembanding disebut “Yuti” dapat diterjemahkan sebagai “pembanding”, kata yang

menghubungkan kedua benda disebut dengan “Yuci” yang diterjemahkan


(26)

benda atau hal yang sifatnya berbeda, namun menggunakan satu sisi kemiripan untuk melakukan perbandingan.

Gaya bahasa perumpamaan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni:

Míngyù, Ànyù dan Jièyù.

a. Gaya Bahasa Míngyù (明喻)

Míngyù sama dengan gaya bahasa simile/perumpamaan pada bahasa Indonesia. Menurut Tarigan (1985: 9), perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Perbandingan ini secara eksplisit ditandai oleh pemakaian kata “seperti” dan sejenisnya (ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, penaka (seolah-olah), serupa, dan lain-lain).

Menurut Huang dan Liao (1991: 241-242), pada gaya bahasa Míngyù

(perumpamaan), noumenon (benda yang dibandingkan), dan Yuti (pembanding)

muncul bersamaan diantaranya terdapat kata banding seperti: “像xiàng, rú, 似shì,仿 fǎngfú,犹如yóurú, 如 yǒurú, 一般yībān” dan lain-lain.

Contoh: (1)

叶子出水限高,像 舞女裙銔

Yè zǐ chūshuǐ xiàn gāo, xiàng tíngtíng wǔnǚ qún

Daun batasan air tinggi, seperti rok para penari perempuan di paviliun.

Pada contoh (1) di atas yang menjadi noumenon adalah “daun”,


(27)

b. Gaya Bahasa Ànyù (暗喻)

Ànyù sama dengan gaya bahasa metafora pada bahasa Indonesia. Huang

dan Liao dalam buku Xiandai Hanyu mengatakan gaya bahasa Ànyù disebut

juga sebagai gaya bahasa Yinyu. Pada gaya bahasa ini noumenon dan

pembanding muncul, namun kata pembandingnya berupa: “是 shì(adalah), 变

biànchéng (menjadi), chéngwéi (menjadi), 等于děngyú(sama dengan)” dan lain-lain.

Contoh:

(2)

爱护书籍吧,他是知识的源泉。 Àihù shūjí ba, tā shì zhīshì de yuánquán.

Cintailah buku-buku, dia adalahsumber dari pengetahuan.

Pada contoh (2) di atas noumenon adalah “buku”, pembandingnya

adalah “sumber dari pengetahuan”, sementara kata bandingnya “adalah”.

c. Gaya Bahasa Jièyù (借喻)

Pada gaya bahasa ini noumenon tidak muncul, tidak terlihat pada kalimat,

langsung menggunakan pembanding untuk menggantikan noumenon (Huang,

1991: 242). Contoh: (3)

鲁迅在一片文章 , 打落水狗銔他说,如果 打落水狗,它一


(28)

Lǔxùn zài yīpiàn wénzhāng lǐ, zhǔzhāng dǎ luòshuǐgǒu. Tā shuō, rúguǒ bù dǎ luòshuǐgǒu, tā yīdàn tiào qǐlái, jiù yào yǎo nǐ, zuìdī xiàndù yě yào jiàn nǐ yīshēn de wū ní

Luxun (novelis) dalam satu karyanya menganjurkan, pukulah anjing yang jatuh ke parit. Dia mengatakan, jika tidak memukulnya, maka saat ia keluar melompat, pasti berniat mengigitmu, kemungkinan paling kecil juga ingin mencipratmu dengan lumpur kotor.

Pada contoh (3) di atas perumpamaan menggunakan klausa “anjing yang jatuh ke parit” sebagai pembanding untuk menyatakan “musuh yang terpukul”. Pada contoh tersebut tidak muncul noumenon dan tidak ada kata banding, tetapi langsung menggunakan pembanding sebagai

noumenon-nya.

2. Gaya Bahasa Bǐnǐ (比拟)

Berdasarkan imajinasi membuat manusia seolah-olah seperti benda maupun sebaliknya, membuat benda seolah-olah memiliki jiwa seperti

manusia (Huang, 1991: 246). Dalam bahasa Indonesia disebut juga

sebagai gaya bahasa personifikasi. Gaya bahasa ini dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni: personifikasi dan depersonifikasi.

a. Membuat benda seolah-olah menjadi manusia (personifikasi)

Gaya bahasa ini mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir dan sebagainya seperti manusia. (Rahmad, 1987: 75)


(29)

Contoh: (4)

春风 胆来流柳,夜雨瞒人去润花

Chūnfēng fàngdǎn lái liú liǔ, yè yǔ mán rén qù rùn huā.

Angin musim semi memberanikan diri untuk menyisir pohon willow, hujan malam hari diam-diam menyirami bunga.

Pada contoh (4) di atas “angin musim semi” adalah pelaku dan kata kerja yang mengikuti “yaitu menyisir pohon”. “hujan malam hari” adalah pelaku dan kata kerja yang mengikuti yaitu “menyirami bunga”, contoh (4) merupakan benda namun dibuat seolah-olah menjadi manusia yang

dapat bergerak untuk menyisir pohon willow dan memiliki perasaan

memberanikan diri.

b. Membuat manusia seolah-olah menjadi benda (depersonifikasi)

Gaya Bahasa ini merupakan kebalikan dari gaya bahasa

personifikasi,yakni membedakan manusia. Dalam bahasa Mandarin, gaya bahasa ini membuat manusia seolah-olah adalah hewan atau binatang.

Contoh:

(5)

骄傲自满, 巴都翘 来了 Tā jiāo'ào zìmǎn, wěibā dōu qiào shàngláile.

Dia(laki-laki) sombong dan berpuas diri, sampai-sampai ekornya


(30)

“Ekor” merupakan bagian tubuh yang hanya dimiliki oleh hewan dan tidak terdapat pada manusia. Pada contoh (5) di atas manusia digambarkan seolah-olah memiliki ekor.

3. Gaya Bahasa Kuāzhāng ()

Kuāzhāng sama dengan gaya bahasa hiperbola pada bahasa Indonesia. Gaya bahasa ini sengaja membuat pernyataan tentang hal atau sesuatu benda menjadi berlebih-lebihan dari sifat, ukuran, maupun jumlah aslinya.

Contoh:

(6)

隔壁千家醉,开坛十 香銔

Gébì qiānjiā zuì, kāi tán shílǐxiāng.

Araktetangga sebelah memabukkan ribuan orang, membuka tutup arak aromanya tercium sampai ribuan meter.

Pada contoh (6) aroma arak dilebih-lebihkan sehingga membuat mabuk ribuan orang dan tercium sampai ribuan meter, menandakan aromanya yang sangat kental.

4. Gaya Bahasa Duì’ǒu (对偶)

Duì’ǒu hampir sama dengan gaya bahasa pararelisme dalam bahasa Indonesia. Gaya bahasa ini menggunakan kelompok kata atau kalimat yang memiliki bentuk yang sama atau mirip, jumlah kata yang sama, dan memiliki arti yang berkaitan erat untuk menyatakan maksud yang sama ataupun berlawanan. (Huang, 1991: 264)


(31)

Contoh (7)

风声銓雨声銓读书声銓声声入耳

家 銓国 銓 銓 关心銔

Fēngshēng,yǔshēng,dúshūshēng,shēngshēngrù'ěr; jiāshì, guóshì, tiānxià shì, shì shì guānxīn.

Suara angin, suara hujan, suara baca buku, semua didengar jelas oleh telinga;

Masalah keluarga, masalah negara, masalah di dunia, semua dicemaskan oleh hati.

Pada contoh (7) di atas kalimat bagian atas dan kalimat bagian bawah memiliki jumlah karakter yang sama, yakni sebelas karakter per-baris. Bentuk kedua kalimat di atas juga sama, yakni bagian atas merupakan kata benda “suara angin” dan bagian bawah “masalah keluarga”. Makna kalimat di atas adalah selaras yakni suara apapun yang disekitar kita selalu didengar dan begitu juga dengan masalah yang ada akan selalu dicemaskan.

5. Gaya Bahasa Shè wèn (设问)

Gaya bahasa Shè wèndalam bahasa Indonesia disebut juga dengan

erotesis, yang menggunakan pertanyaan namun langsung dijawab dalam kalimat, memiliki fungsi untuk mencuri perhatian pembaca, agar lebih

memperhatikan dan memikirkan makna dari pertanyaan. (Huang, 1991:


(32)

Contoh:

(8)

是谁创造了人类世界?是 们劳动群人銔

Shì shuí chuàngzàole rénlèi shìjiè? Shì wǒmen láodòng qún rén.

Siapakahyang telah menciptakan dunia manusia? Adalah kita para pekerja.

Pada contoh (8) di atas terdapat pertanyaan pada awalnya, namun langsung dilanjutkan dengan jawaban dari pertanyaan tersebut. Kata “siapakah” menunjukkan pertanyaan kemudian diberi pemerkah “tanda tanya”. Fungsinya agar pembaca memikirkan makna dari pertanyaan tersebut.

2.1.3 Pengertian Puisi

Pengertian pusis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

“puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima,

serta penyusunan larik dan bait”. Puisi adalah ungkapan perasaan atau pikiran penyair yang dirangkai menjadi suatu bentuk tulisan yang mengandung makna.

Menurut Waluyo dalam Damayanti (2013: 12), puisi merupakan bentuk kesusastraan yang menggunakan penggulangan suara sebagai ciri khasnya. Penggulangan kata tersebut menghasilkan rima, irama atau ritme.Seperti yang diungkapkan Ahmad dalam Pradopo (1999: 3-4), puisi memiliki tiga unsur pokok. Pertama, hal yang meliputi pemikiran, ide atau


(33)

emosi; kedua, bentuknya; dan ketiga, kesannya. Semua unsur-unsur tersebut diungkapkan dengan menggunakan media bahasa.

2.1.3.1 Puisi China

Puisi China kuno dibagi menjadi dua jenis, yakni:

1. Gǔtǐshī ( 体诗)

Gǔtǐshī merupakan pola puisi pra-Dinasti Tang, biasanya setiap baris terdiri dari empat, lima, enam atau tujuh kata, kalimatnya tidak terbatas dan jumlah aksaranya boleh tidak sama atau tidak bersajak, susunannya bebas.

2. Jìntǐshī ( 体诗)

Jìntǐshī disebut juga puisi gaya “modern”, yakni puisi klasik yang mulai tumbuh sejak era Dinasti Tang (618-907), yang mempunyai ketentuan yang ketat mengenai kata atau kalimat, nada dan rima. Jìntǐshī dibedakan menjadi dua jenis yakni:

a. Sajak delapan baris (Lǜshī律诗)

Merupakan salah satu jenis puisi klasik pada zaman Dinasti Tang, terkenal

dengan aturan komposisi yang ketat. Pada umumnya setiap syair terdiri dari delapan kalimat, setiap kalimat terdiri dari lima aksara disebut Wulu

dan kalimat yang terdiri dari tujuh aksara disebut Qilu.

b. Puisi empat seuntai (Juégōu绝 )

Puisi empat seuntai telah ada pada zaman Dinasti Han, mengalami


(34)

Tang. Dinasti Song dan Tang merupakan era dimana puisi klasik mengalami masa kejayaan, puisi-puisi banyak ditulis pada zaman ini.

(http://wenku.baidu.com/view/9b3bc51c59eef8c75fbfb35e.html).

2.1.4 Penyair Du Fu

Du Fu (Hanzi: 杜甫), 12 Februari, 712-770, merupakan seorang

penyair China yang terkenal pada masa Dinasti Tang. Ia bernama lengkap

Dùziměi (杜子美). Ia sering kali disebut sebagai penyair terbesar China. Walaupun pada awalnya ia tidak terlalu dikenal, namun karya-karyanya membawa pengaruh yang besar bagi budaya China dan Jepang. Ia disebut sebagai penyair sejarah dan penyair bijak oleh para kritikus China. Di dunia barat karya-karyanya disetarakan dengan Shakespeare, Hugo, Horace, dan penyair besar lainnya. Ia terkenal dengan karyanya “Tiga Pembesar” dan “Tiga Perpisahan”.

Seperti kebanyakan penyair China lainnya, Du Fu berasal dari keluarga bangsawan yang telah jatuh miskin. Tidak lama setelah ia lahir,

ibunya meninggal, Du Fu pun dibesarkan oleh bibinya. Ia mempunyai

seorang kakak lelaki yang meninggal dunia ketika masih muda. Ia juga mempunyai 3 saudara tiri laki-laki dan seorang saudara tiri perempuan yang sering disebutkannya dalam puisi-puisi karangannya, meskipun ia tak pernah menyebut ibu tirinya di dalam puisinya.


(35)

Sebagai seorang anak sarjana dan pejabat kecil, masa kecilnya dihabiskan dengan pendidikan standar bagi calon pejabat negara, yaitu mempelajari dan menghafalkan tulisan-tulisan klasik Kong Hu Cu tentang filsafat sejarah dan puisi. Du Fu mengatakan bahwa, ia telah membuat beberapa puisi yang baik pada masa remajanya, namun puisi-puisi tersebut hilang.

Du Fu meninggal pada tahun 770 M, saat ia berusia 59 tahun di Tanzhou

dan sekarang Changsha. Karya-karya Du Fu terpusat pada alur sejarah, pengaruh

moral dan keahliannya dalan menulis. Sejak zaman Dinasti Song, Du Fu sering disebut sebagai “Penyair Sejarah” (诗史). Puisi-puisinya mengomentari taktik militer atau kesuksesan atau kegaggalan dari pemerintah, juga puisi nasihat yang ditulisnya untuk kaisar. Secara tidak langsung, ia menulis mengenai pengaruh ketidakstabilan politik yang terjadi pada saat itu untuk dirinya dan juga rakyat China lainya.

Pada masa hidupnya karya-karya Du Fu tidak banyak dikenal dan

lebih banyak tidak dihiraukan. Namun karya-karya beliau mulai dinikmati pada abad ke 9 M dan setelah memasuki abad ke 11 yaitu pada masa

Dinasti Song Selatan, puisi dan tulisan karya Du Fu mencapai puncaknya.

Perkembangan neo-Konfusisme pada masa itu juga memengaruhi

kepopuleran karya-karya Du Fu. Ia dianggap sebagai contoh puitis dari


(36)

Pada masa negara China sebagai Republik, Du Fu menghasilkan karya-karya tentang penderitaan rakyat dan kesetiaannya kepada negara. Puisinya juga menggunakan bahasa rakyat sehingga menjadi salah satu daya tarik masyarakat China. http://id.wikipedia.org/wiki/Du_Fu

2.1.4.1 Puisi Karya Du Fu

Du Fu telah banyak menulis puisi pada masa Dinasti Tang, berikut adalah puisi terkenal karya Du Fu.

Tabel 1. Puisi Karya Du Fu

No Judul Puisi Tahun

1. 望岳 Wàng yuè 735

2. 画鹰 Huà yīng 735

3. 夜 Yuèyè 756

4. 悲陈 Bēi chén táo 756

5. 春望 Chūn wàng 759

6. 天 怀李 Tiān mò huái lǐbái 759

7. 蜀相 Shǔxiāng 760

8. 春夜喜雨 Chūn yè xǐyǔ 761

9. 军收河南 Wén guān jūn

shōu hénán běi

763

10 旅夜书怀 Lǚ yè shū huái 765

11. 秋兴八首 一 Qiū xìng bā

shǒu(Qí yī)


(37)

12. 咏怀 迹五首 Yǒnghuái gǔjī wǔ shǒu (qí sān)

766

13. 登高 Dēnggāo 767

14. 登岳 楼 Dēng yuèyánglóu 768

15. 登楼 Dēnglóu 764

2.2 Tinjauan Pustaka

Yu Nianhu (2009) dalam Jurnal elektronik Akademik Cina menulis

artikel yang berjudul “Dù shī xiūcí gé de chāocháng yùnyòng” (Gaya Bahasa pada Puisi Du Fu dalam Keistimewaan Penggunaan) yakni lima

jenis gaya bahasa yang ada dalam puisi-puisi karya Du Fu dengan

menggunakan bahasa kiasan yang tidak terbatas pada penggunaan tradisionalnya, puisinya dapat memberikan kesan dan pengertian yang lebih daripada orang-orang biasanya. Penelitian ini memberikan kontribusi positif bagi penulis mengenai keistimewaan dan ciri khas gaya bahasa metafora dan peran penting gaya bahasa hiperbola.

Han Xiaoguang (2011) dalam Jurnal elektronik Akademik Cina menulis artikel yang berjudul “Dùfǔ juégōu zhōng chángyòng jù shì qiǎn xī” (Analisis Penggunaan Kalimat pada Puisi Empat Seuntai Karya Du Fu), menjelaskan karya Du Fu berusaha menunjukkan gaya yang berbeda,


(38)

diantaranya dengan pemilihan kalimat yang dapat dengan sepenuhnya mengapresiasikan keindahan yang diinginkan. Penelitian ini memberikan kontribusi positif bagi penulis mengenai teknik mengapresiasikan keindahan dalam kalimat.

Rao Fanli (2013) dalam Jurnal elektronik akademik Cina menulis artikel yang berjudul “Shì lùn dùfǔ juégōu shī de yìshù tèsè” (Ciri Kesenian pada Puisi Empat Seuntai Karya Du Fu), serta menjelaskan ciri khas dari puisi empat seuntai karya Du Fu, dari struktur puisi, perubahan intonasi, gaya penulisan dan gaya bahasa yang ada pada puisi empat seuntai karya Du Fu. Penelitian ini memberikan kontribusi positif bagi penulis mengenai ciri khas gaya bahasa, struktur puisi yang terdapat pada puisi empat seuntai karya Du Fu.

Rudy (2007) dalam skripsi yang berjudul “Analisis Puisi Penyair Li Bai Berdasarkan Gaya Bahasa” menganalisis empat gaya bahasa pada 12 puisi yang terdapat dalam buku Li Taibai Quanji, dengan menggunakan teori semantik untuk menguji makna pada puisi Li Bai. Keempat gaya bahasa tersebut yaitu Dui’ou, metafora, hiperbola dan litotes. Penelitian ini memberikan kontribusi positif bagi penulis mengenai fungsi dari masing-masing gaya bahasa tersebut.


(39)

2.3 Landasan Teori

Pada penelitian ini penulis menggunakan semantik yaitu semantik leksikal untuk mengupas masalah mengenai makna yang terkandung di dalam karya puisi

Du Fu.

Huang dan Liao (1991: 215) menjelaskan bahwa dengan mempelajari dan menggunakan gaya bahasa, dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengungkapkan perasaan dan dapat dengan sempurna menyampaikan sebuah pemikiran.

Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau lambang (sign). Kata “Semantik” pertama kali digunakan oleh seorang filolog Perancis bernama Michel Breal pada tahun 1883. Kata semantik kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari tentang tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari empat tataran linguistik: fonologi, sintaksis, morfologi dan semantik. (Chaer, 1990: 2)

Menurut Tarigan (1985:7), semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain, dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Oleh karena itu, semantik mencakup makna-makna kata, perkembangannya dan perubahannya.


(40)

jenis sematiknya disebut semantik leksikal. Semantik leksikal ini diselidiki makna yang ada pada leksem-leksem dari bahasa tersebut. Oleh karena itu makna yang ada pada leksem-leksem itu disebut leksem leksikal. (Chaer, 1990:7)

Chaer (2002:60) menyatakan bahwa leksikal adalah bentuk ajektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabuleri, kosa kata, perbendaharaan kata). Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna. Makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Oleh karena itu,dapat dikatakan makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Misalnya, kata ‘tikus’, makna leksikalnya adalah sejenis binatang yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tipes. Makna ini tampak jelas dalam kalimat ‘Tikus itu mati diterkam kucing’, kata ‘tikus’ merujuk kepada ‘binatang tikus’, bukan kepada yang lain. Di dalam kalimat, ‘yang menjadi tikus di gudang kami ternyata berkepala hitam’ bukanlah dalam makna leksikal sehingga kata ‘tikus’ sudah bermakna konotasi. Dengan kata lain, kata tikus tidak merujuk kepada ‘binatang tikus’ melainkan kepada ‘seorang manusia’, yang perbuatannya memang mirip dengan perbuatan tikus.

Gaya bahasa sering dan banyak dibicarakan dalam bidang sastra, tetapi yang dipentingkan bukan gaya bahasanya, melainkan makna kata atau kalimat yang menggunakan gaya bahasa tersebut. Penulis mengaplikasikan kajian semantik


(41)

khususnya semantik leksikal pada rumusan masalah kedua dengan menjelaskan makna pada puisi sesuai dengan makna leksikalnya atau makna yang sesungguhnya.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan, dsb); cara kerja yangbersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. (Djadjasudarma, 1993: 1)

Menurut Djadjasudarma (1993: 3), metode penelitian merupakan alat, prosedur dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian (dalam mengumpulkan data). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah metode yang bertujuan membuat deskripsi, maksudnya membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti. (Djajasudarma, 1993: 8-9)

Penulis juga menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana penelitian adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. (Sugiono, 2013: 218)

Metode lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode


(43)

data dan informasi yang bersumber dari buku-buku, penelitian, jurnal yang terkait dengan gaya bahasa pada puisi China.

3.1 Data dan Sumber Data

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, data adalah keterangan

atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan). Data dalam penelitian ini adalah kata dan frasa yang

membentuk gaya bahasa pada 15 puisi China karya Du Fu. Data ini

diambil dari sumber data berupa kata Tang Shi Jing Cui (LuShi),

kumpulan puisi dari penyair-penyair terkenal pada Dinasti Tang.

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer penelitian ini adalah sebagai berikut:

Sumber Data Utama :Tángshī jīngcuì (Lǜshī) 銙唐诗精萃銚(律诗).

Cover : Warna abu-abu dengan tulisan berwarna hijau.

Halaman : 159.

Terbitan : Shanxi Guji Chubanshe.

Tahun Terbit : 1996.

Selain itu penulis juga menggunakan sumber data sekunder sebagai data pendukung. Sumber data sekunder adalah informasi yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari


(44)

sumber-diambil dari buku Dùfǔ shī xuǎn yì 杜甫诗选译 yaitu berisi puisi karya Du Fu yang telah dimodifikasi, selain itu jurnal, artikel, makalah, skripsi dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan gaya bahasa

puisi karya Du Fu, baik bahan yang berbahasa Mandarin maupun bahasa

Indonesia.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiono (2013: 224), teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penulis tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah tahapan/langkah yang dilakukan penulis pada teknik pengumpulan data.

1. Mengumpulkan puisi karya Du Fu yang terdapat pada buku Tángshī

jīngcuì (Lǜshī) yang ditulis pada tahun 1996.

2. Berulang-ulang membaca puisi-puisi terkenal karya Du Fu. Apabila

terdapat arti kata yang tidak dimengerti maka penulis merujuk kepada

Kamus Praktis Indonesia-Tionghoa Tionghoa-Indonesia karangan Dian Rakyat terbitan tahun 2001.

3. Mengidentifikasi puisi-puisi terkenal karya Du Fu yang terdapat di dalam

buku tersebut.

4. Menyeleksi 15 puisi karya Du Fu yang terdapat di dalam buku Tángshī jīngcuì (Lǜshī).


(45)

5. Memberi tanda kata dan frasa dengan cara menggarisbawahi aksara China pada puisi karya Du Fuyang memiliki gaya bahasa.

3.3Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses untuk pengorganisasian data dalam rangka mendapatkan pola-pola atau bentuk-bentuk keteraturan lainnya dalam sebuah penelitian. Teknik analisis data yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis gaya bahasa yang terdapat didalam puisi karya Du Fu

berdasarkan jenis gaya bahasa menurut Huang dan Liao. Misalnya:

感时花溅泪,恨别鸟惊心銔銙Chūn wàng春望銚

Gǎn shí huā jiàn lèi, hèn bié niǎo jīng xīn. Bunga yang mengeluarkan percikan air mata

Dalam puisi tersebut Du Fu mendeskripsikan suatu masalah yang

penyampaiannya dilebih-lebihkan dengan menggunakan kata “bunga

yang mengeluarkan percikan air mata”. Penyair menganggap bunga seolah-olahseperti manusia karena dapat mengeluarkan air mata. Seperti yang diketahui bahwa bunga tidak dapat mengeluarkan air mata, hanya manusia yang dapat mengeluarkan air mata. Manusia sebagai cipatan Tuhan yang merupakan makhluk paling sempurna.


(46)

Melalui analisis di atas dapat dinyatakan bahwa gaya bahasa yang

terdapat pada bait puisi tersebut adalah gaya bahasa Niren atau

personifikasi.

2. Menganalisis makna yang terkandung di dalam gaya bahasa pada puisi

karya Du Fu. Misalnya:

岱 如何?齐鲁青未了銔銙Wàng yuè望岳銚

Dài zōngfū rúhé? Qílǔ qīng wèiliǎo.

Gunung yang tertinggi dan menakutkan adalah gunung Taishan, mulai dari negara Qi hingga negara Lu, pegunungan yang berwarna hijau masih belum dapat terlihat. Melalui gaya bahasa erotesis, penyair Du Fu ingin

menyampaikan bahwa gunung Taishan yang terkenal sangat tinggi puncak

gunungnya. Sehingga mengandung makna yang menakutkan bagi

pembaca ketika menyebutkan gunung Taishan. Secara pengetahuan umum

Republik Rakyat China, gunung Taishan merupakan gunung yang terkenal


(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis memaparkan hasil dan pembahasan mengenai penelitian tentang “Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi Karya Du Fu”. Penulis

membahas gaya bahasa yang terdapat pada 15 buah puisi karya Du Fu dan makna

yang terkandung di dalam gaya bahasa 15 puisi tersebut. Hasil dan pembahasan dijelaskan sebagai berikut.

4.1 Hasil

Pada sub bab hasil penelitian terhadap analisis gaya bahasa pada

puisi karya Du Fu, penulis memaparkan hasil penelitian berdasarkan

rumusan masalah pertama yaitu gaya bahasa apakah yang terdapat didalam

puisi karya Du Fu danrumusan masalah kedua yaitu makna apakah yang

terkandung di dalam gaya bahasa puisi karya Du Fu. Berikut hasil

penelitian tentang gaya bahasa dan makna yang terkandung di dalam gaya bahasa puisi karya Du Fu.

4.1.1 Hasil Penelitian Terhadap Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi Karya Du Fu

Berdasarkan Pada penelitian ini penulis menganalisis lima belas

buah puisi karya Du Fu berdasarkan gaya bahasa, yaitu: (1) 望岳


(48)

lǐbái, (7) 蜀相 Shǔxiāng, (8) 春夜喜雨 Chūn yè xǐyǔ, (9)

军收河南 Wén guān jūn shōu hénán běi, (10) 旅夜书怀 Lǚ yè

shū huái, (11) 秋兴八首 一 Qiū xìng bā shǒu(Qí yī), (12) 咏

怀 迹五首 Yǒnghuái gǔjī wǔ shǒu (qí sān), (13) 登高 Dēnggāo, (14) 登 岳 楼 Dēng yuèyánglóu dan (15) 登 楼 Dēnglóu.

Kelima belas buah puisi pada kumpulan puisiberjudul Tángshī

jīngcuì (Lǜshī) 唐诗精萃 (律诗), maka ditemukan 5 gaya bahasa Mandarin tersebut yaitu: gaya bahasa Bǐyù (比喻), Bǐnǐ (比拟), Kuāzhāng (夸张), Duì’ǒu (对偶), dan Shè wèn (设问).

Du Fu juga mengkaitkan pemandangan yang dilihat atau dirasakan pada saat itu, kemudian dituangkan menjadi puisi yang indah. Gaya bahasa

yang terdapat dalam 15 buah puisi karya Du Fu dapat dilihat dalam tabel

berikut ini.

Tabel 4.1 Frekuensi Gaya Bahasa pada Puisi Karya Du Fu

No. Gaya Bahasa Puisi Jumlah Persen

(%)

1. Bini (personifikasi) 4 23%

2. Kuazhang

(hiperbola)

4 23%

3. She wen (erotesis) 4 23%

4. Duiou

(pararelisme)


(49)

5. Biyu

(perumpamaan)

2 13%

Total 17 100%

Seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.1, Du Fu banyak

menggunakan gaya bahasa pada puisinya dan level pertama yang dominan

adalah gaya bahasa Bini, Kuazhang dan Shewen; level kedua adalah

Dui’ou dan level ketiga adalah Biyu.

4.1.2 Hasil Penelitian Terhadap Makna Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi Karya Du Fu

Berdasarkan analisis makna yang terkandung dalam lima gaya bahasa tersebut, maka berikut adalah hasil penelitian pada makna setiap

lima gaya bahasa seperti: Bǐyù (比喻) mengumpamakan sesuatu yang

abstrak menjadi konkret, pada puisi perasaan penyair tersampaikan dengan baik; Bǐnǐ (比拟) menghidupkan suatu benda atau hal menjadi hidup ataupun sebaliknya, pada puisi penyair dapat membawa rasa segar dan

menyentuh bagi pembaca; Kuāzhāng (夸张) melebih-lebihkan suatu benda

atau hal melalui sifat, ukuran maupun jumlah aslinya, pada puisi terlihat sifat dan kepribadian Du Fu yang penuh percaya diri dan membela kaum buruh yang juga merupakan salah satu karakteristik menonjol Du Fu; Duì’ǒu (对偶) mempunyai bentuk kata yang sama atau mirip, jumlah kata


(50)

maksud yang sama ataupun berlawanan, pada puisi terlihat memiliki suatu gaya yang khas, dengan susunan yang seimbang dari sisi kiri dan kanannya, sehingga puisi-puisi tersebut terasa lebih berirama dan begitu

indah sehingga meninggalkan kesan yang mendalam bagi pembaca; Shè

wèn (设问) mencuri perhatian pembaca, agar lebih memperhatikan dan

memikirkan makna dari pertanyaan tersebut, pada puisi terlihat seperti menegaskan pendapat, pujian, ketidakpuasan, kemarahan dan kesedihan penyair.

Dalam puisi karya Du Fu terdapat banyak gaya bahasa,

mencerminkan Du Fu memiliki kemampuan berbahasa yang tinggi,

menggunakan gaya bahasa yang indah, pikiran dan perasaan menulis dengan nilai seni yang tinggi.

4.2 Pembahasan

Pada subbab pembahasan ini dipaparkan analisis gaya bahasa terhadap

15 buah puisi karya Du Fu yang terdapat di dalam kumpulan puisiberjudul

Tángshī jīngcuì (Lǜshī) 唐诗精 萃 (律诗) . Analisis dilakukan berdasarkan 2 masalah penelitian, yaitu (1) gaya bahasa apakah yang

terdapat puisi karya Du Fu; (2) makna apakah yang terkandung di dalam

gaya bahasa puisi karya Du Fu. Teori Huang dan Liao digunakan untuk menjawab rumusan pertama dan menjawab rumusan masalah kedua menggunakan pendekatan semantik leksikal untuk menganalisis makna gaya bahasa.


(51)

4.2.1 Analisis Gaya Bahasa pada Puisi Du Fu

Analisis gaya bahasa terhadap 15 puisi karya Du Fu dilakukan untuk

menjawab rumusan masalah yang berkenaan dengan gaya bahasa yang terdapat di dalam puisi karya Du Fu. Puisi karya Du Fumerupakan hasil karya sastra yang bersejarah dan dipelajari dari zaman ke zaman. Gaya bahasa yang terdapat dalam puisinya dapat mengekspresikan jiwa kearifan beliau melalui bahasa yang indah.

Sebagaimana yang dinyatakan pada bab II bahwa gaya bahasa yang digunakan pada pembelajaran bahasa Mandarin adalah 5 jenis gaya bahasa, yaitu gaya bahasa Biyu,Bini,Kuazhang, Dui’ou dan Shewen. Berikut adalah analisis gaya bahasa pada 15 puisi karya Du Fu.

4.2.1.1 Gaya Bahasa Bǐyù pada Puisi Du Fu

Gaya bahasa Bǐyùatau disebut juga

perumpamaan,mengumpamakan sesuatu yang abstrak menjadi konkret. Benda yang dibandingkan disebut “Benti atau disebut juga noumenon”, dan benda yang digunakan sebagai pembanding disebut “Yuti atau disebut

juga pembanding”,kata yang menghubungkan kedua benda disebut “Yuci

atau disebut juga kata banding”.Noumenon dan pembanding haruslah

sesuatu benda atau hal yang sifatnya berbeda, namun menggunakan satu sisi kemiripan untuk membandingkannya.

Gaya bahasa perumpamaan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni:


(52)

perbandingan secara eksplisit ditandai oleh pemakaian kata “seperti” dan

sejenisnya; Ànyù atau disebut juga dengan metafora merupakan

pembandingnya berupa: “是 shì(adalah), 变 biànchéng (menjadi),

chéngwéi (menjadi), 等于děngyú (sama dengan)” dan lain-lain; dan Jièyù

merupakan benda atau disebut juga noumenon yang tidak muncul, tidak terlihat pada kalimat, langsung menggunakan pembanding untuk

menggantikan noumenon.

Puisi Du Fu yang berjudul Huà yīng dan Lǚ yè shū huái

menggunakan gaya bahasa Bǐyù atau (perumpamaan), adalah sebagai

berikut:

(1) 㧐身思狡兔,侧目似愁胡銔銙画鹰銚

Sǒng shēn sī jiǎo tù, cèmù shì chóu hú. Hu à ī g

Tubuh menjulang tinggi dan bermata elang, sisi pinggir mata dan alis seperti kera (sejenis monyet). (Hua Ying, Jiang, 1996:53)

Pada bait puisi Huà yīng menggunakan gaya bahasa Mingyu

(simile), karena muncul noumenon dan pembandingnya. Kata banding

berupa “seperti”, noumenonnya berupa “bermata elang” dan pembandingnya adalah “kera (sejenis monyet)”. Mengumpamakan mata elang seperti mata kera yang sama-sama lebih sensitif dan lebih tajam, karena memiliki daya penglihatan yang terkuat. Berdasarkan deskripsi dari internet, ‘elang’ dikenal sebagai burung pemangsa berukuran besar, memiliki kemampuan terbang yang kuat, sayap yang lebar dan paruh yang besar dan tajam, serta kuku yang kuat. Elang juga memiliki penglihatan tajam untuk melihat mangsa dari jarak yang jauh. Dengan kemampuan


(53)

seperti ini, elang menempatkan dirinya berada di puncak rantai makanan

pada ekosistem dimana dia berada. (

http://smart-pustaka.blogspot.com/2011/09/burung-elang.html). Gaya bahasa ini menggambarkan mata elang yang tajam dan menjelaskan mata elang yang terlihat pada puisi tentang lukisan elang tersebut.

Berikut ini adalah salah satu bait dari puisi Lu Ye Shu Huai yang

juga menggunakan gaya bahasa Mingyu (simile).

(2) 飘飘何所似? 地一沙鸥銔銙旅夜书怀銚

Piāo piāo hé suǒ shì? tiāndì yī shā'ōu. Lǚà àshūàhu i

Persis seperti apa yang berkibaran? Camar antara langit dan bumi. (Lu Ye Shu Huai, Jiang, 1996:65)

Bait pada puisi data 2 menggunakan gaya bahasa Mingyu (simile),

karena muncul noumenon dan pembandingnya, yaitu kata banding

“seperti”, noumenonnya adalah “berkibaran” dan pembandingnya adalah “camar”.Burung Camar adalah penerbang yang hebat karena dia mampu membumbung tinggi dan melayang di atas tiupan angin laut. Berdasarkan informasi yang diperoleh, pada saat burung camar terbang di atas lautan, binatang ini menghemat energinya dengan menggunakan aliran udara yang

disebabkan oleh gelombang-gelombang tinggi.

(http://www.puncakbukit.net/2013/08/burung-camar.html)

Sebagaimana dengan kehidupan unggas air yang dapat terbang di atas laut, mengungkapkan perasaan berkeliaran penyair seperti mencerminkan kehidupan yang tidak stabil dari penyair, seperti burung


(54)

4.2.1.2 Gaya Bahasa Bǐnǐ pada Puisi Du Fu

Gaya bahasaBǐnǐ (personifikasi), yaitu menghidupkan benda atau hal menjadi hidup ataupun sebaliknya. Puisi Du Fu yang berjudul Chūn

wàng, Chūn yè xǐyǔ dan Dēnggāo menggunakan gaya bahasa Bǐnǐ (personifikasi). Seperti tergambar pada bait berikut ini.

(3) 感时花溅泪,恨别鸟惊心銔銙春望銚

Gǎn shí huā jiàn lèi, hèn bié niǎo jīng xīn.Chū àw g

Bunga yang mengeluarkan percikan air mata, jangan membenci

burung yang menajubkan. (Chun Wang, Jiang, 1996: 58)

Pada bait puisi Chūn wàng, klausa “mengeluarkan percikan air mata”,

membuat bunga seolah-olah seperti manusia karena dapat mengeluarkan air mata. Sebagaimana yang diketahui bahwa bunga tidak dapat mengeluarkan air mata, hanya manusia yang dapat mengeluarkan air mata, karena manusia adalah cipatan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya.

Pada puisi Du Fu berikutnya, gaya bahasa Bini muncul pada bait puisi

Chun ye xiyu.

(4) 随风潜入夜,润物细无声銔銙春夜喜雨銚

Suí fēng qiánrù yè, rùn wù xì wúshēng.Chū à à ǐ ǔ

Angin malam menyelinap masuk, melicinkan dan menghaluskan tanpa suara. (Chun ye xiyu, Jiang, 1996: 61)

Pada bait puisi Chūn yè xǐyǔ, klausa “menyelinap masuk”, diperankan oleh angin seolah-olah berperan seperti manusia. Sebagaimana yang diketahui angin tidak dapat menyelinap masuk, melainkan manusia yang dapat menyelinap masuk. Hal ini disebabkan angin memiliki sifat yang


(55)

licin dan wujudnya tidak tampak. Dengan demikian angin dapat menyelinap masuk dengan licin.

Berdasarkan data yang diperoleh terdapat bait puisi yang berjudul

Denggao menggunakan gaya bahasa Bini, seperti berikut ini.

(5) 风急 高猿啸 ,渚清沙白鸟飞回銔銙登高銚

Fēng jí tiān gāo yuán xiào āi, zhǔ qīng shā bái niǎo fēi huí.Dē ggāo

Angin kencang, langit tinggi dan kera bersiul sedih, negara hijau dan

burung terbang kembali. (Denggao, Jiang, 1996: 70)

Pada data yang terdapat di dalam puisi Dēnggāo, klausa “kera bersiul sedih” mengungkapkan bahwa kera sedang bersedih. Binatang “kera” digambarkan seolah-olah ia seperti manusia yang memiliki perasaan sedih. Seperti yang digambarkan dalam puisi, angin kencang berarti menandakan akan turun hujan sehingga kera menjadi sedih dan harus mencari tempat untuk berlindung.

Berikut adalah data yang terdapat di dalam bait puisi Chun ye xiyu

yang menggunakan gaya bahasa Bini.

(6) 好雨知时节,当春乃发生銔銙春夜喜雨銚

Hǎo yǔ zhī shíjié, dāng chūnnǎi fāshēng. Chū à à ǐ ǔ

Hujan yang baik pada musim ini, ketika musim semi disini. (Chun ye xiyu, Jiang, 1996: 61)

Pada data yang terdapat di dalam puisi Chūn yè xǐyǔ, “hujan yang

baik” digambarkan seperti manusia yang dapat mengekspresikan kasih sayang penulis terhadap hujan yang hadir pada musim semi. Sebagaimana yang diketahui, manusia adalah ciptaan Tuhan yang sempurna, yang memiliki perasaan kasih sayang terhadap semua makhluk hidup. Pada bait


(56)

4.2.1.3 Gaya Bahasa Kuāzhāng pada Puisi Du Fu

Gaya bahasa Kuāzhāng atau disebut juga hiperbola, yaitu hal atau

sesuatu benda menjadi berlebih-lebihan dari sifat, ukuran, maupun jumlah aslinya. Puisi Du Fu yang berjudul Wàng yuè, Bēi chén táo, dan Chūn

wàng menggunakan gaya bahasa Kuāzhāng (hiperbola), tergambar pada bait berikut ini.

(7) 会当凌绝顶,一 山小銔銙望岳銚

Huì dāng líng juédǐng, yīlǎn zhòng shān xiǎo.Wàng yuè

Akhirnya suatu hari dapat mendaki hingga ke puncak gunung, melihat sekumpulan gunung yang tampak penuh harapan yang samar-samar. (Wang yue, Jiang, 1996: 52)

Pada bait puisi Wàng yuè “melihat sekumpulan gunung yang tampak

penuh harapan yang samar-samar” mendeskripsikan bayangan gunung

yang terlihat tidak jelas dari puncak gunung Taishan, sehingga

sekumpulan gunung terlihat seperti saling berbaris. Penyair juga disuguhi

pemandangan yang indah dari puncak tertinggi gunung Taishan.

Berikut ini adalah salah satu bait dari puisi Wang yue yang

menggunakan gaya bahasa hiperbola.

(8) 造 钟神秀, 割 晓銔銙望岳銚

Zàohuà zhōng shénxiù, yīnyáng gē hūn xiǎo.銙Wàng yuè銚

Keindahan alam yang terkonsentrasi, membagi gunung utara dan gunung selatan menjadi fajar dan senja. (Wang yue, Jiang, 1996: 52)

Pada bait puisi Wàng yuè “keindahan alam yang terkonsentrasi”

menggambarkan pemandangan alam yang indah dan megah hingga tak

tertandingi keindahannya sampaike gunung Taishan. Keindahan alam


(57)

mata. Penyair sangat menikmati pemandangan disekitar, salah satunya melihat keindahan pemandang cahaya matahari terbit dan terbenam.

Pada puisi Du Fu berikutnya, gaya bahasa hiperbola muncul pada bait

puisi Bei chen tao.

(9) 孟冬十郡良家了,血 陈陶泽中水銔銙悲陈陶銚

Mèngdōng shí jùn liángjiāle, xiě zuò chéntáozé zhōng shuǐ. Bēià h à t o

Musim dingin bulan 10 yang layak, darah Chentaoze menjadi air. (Bei

chen tao, Jiang, 1996: 57)

Pad bait puisi data 9 “darah Chen Tao Ze menjadi air” maksudnya adalah darah yang keluar sangat banyak seperti air yang terus mengalir tanpa terkendali. Darah memiliki wujud cair seperti air dan mengalir didalam tubuh. Pada puisi darah tersebut telah mengalir diluar tubuh dalam jumlah yang sangat banyak dan dapat mengakibatkan seseorang meninggal karena kekurangan darah.

Berikut adalah data yang terdapat di dalam bait puisi Chun Wang

yang menggunakan gaya bahasa hiperbola.

(10) 烽火连 ,家书抵万金銔銙春望銚

Fēnghuǒ lián sān yuè, jiāshū dǐ wàn jīn.Chū àw g銚 Perang sampai 3 bulan, surat rumah layak berjuta emas.

(Harapan Musim Semi, Jiang, 1996: 58)

Pada bait puisi ini “surat rumah layak berjuta emas” maksudnya adalah setiap huruf yang ada di dalam surat lebih berharga daripada emas. Emas merupakan logam mulia yang berwarna kuning dan bernilai tinggi. Emas juga memiliki harga yang mahal dan relatif tinggi, serta banyak orang yang menyukai atau ingin memilikinya. Pada puisi terdapat surat yang setiap kata memiliki informasi penting dan sangat berharga bagi


(58)

keluarga yang menerima surat, seperti emas yang berharga dan bernilai tinggi.

4.2.1.4 Gaya Bahasa Duì’ǒu pada Puisi Du Fu

Gaya bahasa Duì’ǒu atau disebut juga pararelisme, menggunakan

kelompok kata atau kalimat yang memiliki bentuk yang sama atau mirip, jumlah kata yang sama, dan memiliki arti yang berkaitan erat untuk

menyatakan maksud yang sama ataupun berlawanan. Puisi Du Fu yang

berjudul Chūn wàng, Shǔxiāng dan Lǚ yè shū huái menggunakan gaya

bahasa Duì’ǒu(pararelisme) tergambar sebagai berikut.

(11) 国破山河在,城春草木深銔銙春望銚

Guó pò shānhé zài, chéng chūn cǎomù shēn. Chū àw g

感 花溅泪,恨别鸟惊心

Gǎn shí huā jiàn lèi, hèn bié niǎo jīng xīn.

Negara rusak gunung dan sungai dalam, kota musim semi dan kayu yang mendalam.Bunga yang mengeluarkan percikan air mata, jangan membenci burung yang menajubkan. (Chun Wang, Jiang, 1996: 58)

Pada bait puisi Chūn wàng terdapat kata “negara” dan “kota musim semi” (kondisi yang berlawanan), “gunung” dan “rumput”, “sungai” dan “kayu” adalah 4 kata benda yang berlawanan. “Dalam” dan “mendalam” merupakan 2 kata kerja. Pada kalimat kedua, “rasa” dan “benci” (kondisi yang berlawanan), “bunga” dan “burung” merupakan 2 kata benda yang berlawanan, “percikan air mata” dan “ menajubkan”


(59)

merupakan 2 kata kerja yang berlawanan. Dilihat dari struktur kata baris kiri dan kanan seimbang, jumlah kata pada baris kiri 6 karakter dan kanan 6 karakter termasuk koma (,) dan titik (.) dan jenis pada kata yang

dibandingkan sama. Bait pada puisi Chūn wàng termasuk dalam gaya

bahasa Duì’ǒu (Pararelisme).

Pada puisi Du Fu berikutnya, gaya bahasa pararelisme muncul

pada bait puisi Shuxiang.

(12) 阶碧草自春色,隔叶黄鹂空好音銔銙蜀相銚

Yìng jiē bì cǎo zì chūnsè, gé yè huánglí kōng hǎo yīn.ìhǔ iā g銚 Bayangan hijau rumput yang cocok sejak musim semi, setiap daun dan burung oriole berwarna kuning tebang dengan suara yang indah. (Shuxiang, Jiang, 1996: 60)

Pada bait puisi Shǔxiāng terdapat kata “bayangan”dan “setiap daun” (kondisi yang bersamaan), “hijau”dan “kuning” merupakan 2 kata benda yang berhubungan berupa warna, “rumput”dan “burung oriole”

merupakan 2 kata benda yang berlawanan, “cocok sejak musim semi” dan

“suara yang indah” merupakan 2 kata sifat yang berlawanan. Dilihat dari struktur kata yang seimbang, jumlah kata pada baris kiri 8 karakter dan baris kanan 8 karakter termasuk koma (,) dan titik (.) dan jenis kata yang

dibandingkan sama. Bait pada puisi Shǔxiāngtermasuk dalam gaya bahasa

Duì’ǒu (Pararelisme).

Berdasarkan data yang diperoleh terdapat bait puisi yang berjudul

Lu Ye Shu Huai menggunakan gaya bahasa pararelisme, seperti berikut ini.

(13) 垂平 阔, 涌大江流銔銙旅夜书怀銚


(60)

Cahaya bintang menerangi sejagat raya, sinar bulan menyinari sungai Jiang. (Lu Ye Shu Huai, Jiang, 1996: 65)

Pada bait puisi Lǚ yè shū huái terdapat kata “bintang” dan “bulan” merupakan 2 kata benda yang berhubungan, “menerangi” dan “menyinari” merupakan 2 kata kerja yang berhubungan, “sejagat raya” dan “sungai Jiang” merupakan 2 kata benda yang menyatakan lokasi. Dilihat dari struktur kata yang seimbang, jumlah kata pada baris kiri 6 karakter dan baris kanan 6 karaktertermasuk koma (,) dan titik (.) dan jenis kata yang

dibandingkan sama. Bait pada puisi Lǚ yè shū huáitermasuk dalam gaya

bahasa Duì’ǒu (Pararelisme).

4.2.1.5Gaya Bahasa Shè wèn pada Puisi Du Fu

Gaya bahasa Shè wèn (Erotesis), pada umumnya menggunakan

pertanyaan dengan kata tanya kemudian langsung dijawab dalam kalimat, memiliki fungsi untuk mencuri perhatian pembaca, agar lebih

memperhatikan dan memikirkan makna dari pertanyaan. Puisi Du Fu yang

berjudul Wàng yuè, Shǔxiāng, Wén guān jūn shōu hénán héběi dan Lǚà à

shūà hu i menggunakan gaya bahasa Shè wèn (Erotesis), tergambar sebagai berikut.

(14) 岱 如何?齐鲁青未了銔銙望岳銚

Dài zōngfū rúhé?Qílǔ qīng wèiliǎo.銙Wàng yuè銚

Gunung yang tertinggi dan menakutkan adalah gunung Taishan, bagaimana mendreskripsikannya? Dari negara Qi sampai negara Lu, pegunungan yang berwarna hijau masih juga belum terlihat. (Wang yue, Jiang, 1996:52)


(61)

Pada bait puisi Wàng yuè menggunakan kalimat pertanyaan kemudian dijawab sendiri oleh penyair agar pembaca memikirkan makna dari pertanyaan. Pada bait dalam puisi Wàng yuè yang ingin dijelaskan

adalah gambaran mengenai gunung Taishan yang terkenal akan ketinggian

puncak gunungnya.

Berikut adalah data yang terdapat di dalam bait puisi Shuxiang

yang menggunakan gaya bahasa erotesis.

(15) 丞相祠堂何处 ?锦 城外柏森森銔銙蜀相銚

Chéngxiàng cítáng hé chù xún? Jǐn guān chéng wài bǎi sēnsēn.ìhǔ iā g

Dimana mencari kuil perdana menteri? Di luar hutan pohon

sipres Jinguancheng. (Shuxiang, Jiang, 1996: 60)

Pada bait puisi Shǔxiāng menggunakan kalimat pertanyaan

kemudian dijawab sendiri oleh penyair agar pembaca memikirkan makna dari pertanyaan. Pada bait dalam puisi Shǔxiāng yang ingin dijelaskan

adalah kuil perdana menteri yang berada diluar hutan pohon spires

Jinguancheng.

Berdasarkan data yang diperoleh terdapat bait puisi yang berjudul Wen

guan jun shou henan hebei menggunakan gaya bahasa erotesis, seperti berikut ini.

(16) 却看妻子愁何在?漫卷诗书喜欲狂銔銙闻 军收河南河 銚

Què kàn qīzi chóu hézài? Mànjuǎn shī shū xǐ yù kuáng.Wén

guān jūn shōu hénán héběi

Melihat kembali istrinya, dimana letak kesedihan? Menggulung dengan cepat puisi sukacita hingga menjadi gila. (Wen guan jun


(1)

1

Wàng yuè

岱 夫 何? 齐鲁青 了

D iàzō gfūà h ? Q lǔà ī gàw iliǎo.

造 钟神秀, 割 晓

) ohu àzhō gàshénxiù, ī gàgēàhū à iǎo.

荡胸生层云, 决眦入归鸟

D gà iō gàshē gàc gà ,àju àz àr àguīà iǎo.

会当凌绝顶, 一览众山小

Hu àdā gàl gàju dǐ g, īlǎ àzh gàshā à iǎo. 2

画 鹰Hu à ī g

素 风霜起, 苍鹰画作殊

ì àli àfē gshuā gà ǐ, ā gà ī gàhu zu àshū.

㧐身 狡兔, 侧目似愁胡

ìǒ gàshē àsīàjiǎoàt ,à cèmù shì chóu hú.

绦镟 堪搞, 轩楹势

Tāoà u àguā gàkā àgǎo,à uā à gàsh àkěàhū.

何当击 鸟, 手血酒 芜

H àdā gàjīàf à iǎo, shǒuà u àjiǔàp gàw . (3)

Yuè yè

今夜鄜州 , 中 独看

àfūàzhōuà u , guīàzhō gàzhǐàd àk .


(2)

Y oàli à iǎoà ǚ, w iàjiěà à h g'ā .

香雾云鬟湿, 清辉玉璧寒

Xiā gàw à àhu àshī,à ī gàhuīà à àh .

何 椅虚幌, 照泪痕 ?

H àsh à ǐà ūàhuǎ g,à shuā gàzh oàl ih àg ?

4

悲 陈 Bēià h àt o

孟冬十郡良家了, 血作陈 泽中水

M gdō gàsh àj àli gjiāle,à iěàzu à h t oz àzhō gàshuǐ.

天清无战声, 四方义军 日死

Yěàku gàtiā à ī gàw àzh àshē g,às fā gà jū àt g àsǐ.

群湖归来血洗箭, 扔唱胡歌饮都市

Q àh àguīl ià u ǐàji ,à ē gà h gàh àgēà ǐ àdūsh.

都人回面向 啼, 日夜更望 军

Dōuà àhu à i i gà ěiàt ,à àg gàw gàguā àjū àzh. 5

春 望Chū àw g

国破山河在, 城春 木深

Gu àp àshā h àzài, h gà hū à ǎo àshē .

感 花溅泪, 恨别鸟惊心

Gǎ àsh àhuāàji àl i,à h à i à iǎoàjī gà ī .

烽火连 , 家书抵万金

Fē ghuǒàli àsā à u ,à jiāshūàdǐàw àjī .

头搔更短, 浑欲 胜簪

B it uàsāoàg gàduǎ , h à à sh gàzā . 6


(3)

天 怀李 Tiā à àhu iàlǐ i

凉风起天 , 君子意 何?

Li gàfē gà ǐàtiā à jū zǐà à h ?

鸿雁 到, 江湖秋水多!

H g àjǐsh àd o, jiā gh à iūshuǐàduō!

文 憎 达, 魑魅喜人过

W zhā gàzē gà gàd ,à hī ià ǐ gu .

应共冤魂语, 投诗赠汩罗

Yī gàg gà uā h à ǔ,àt uàshīàz gàgǔàluō. 7

蜀 相ìhǔà iā g

丞相祠堂何处寻? 锦 城外柏森森

Chéngxiàng t gàh à h à ?àJǐ àguā à h gàw ià ǎiàsē sē .

阶碧 自春色, 隔叶黄鹂空好音

Y gàjiēà à ǎoàz à hū s ,àg à àhu gl àkō gàhǎoà ī .

顾频烦天 计, 两朝开济老臣心

ìā àg àp àf àtiā i àj ,àliǎ gà h oàkāiàj àlǎo h à ī .

出师 捷身 死, 长使英雄泪满襟

Chūshīàw iàji àshē à iā àsǐ,àzhǎ gàshǐ ī g i gàl ià ǎ àjī . 8

春夜喜雨 Chū à à ǐ ǔ

好雨知 节, 当春乃发生

Hǎoà ǔàzhīàsh ji ,à dā gà hū ǎiàfāshē g.

随风潜入夜, 润物细无声

ìu àfē gà i à ,à àw à àw shē g.

径云俱黑, 江船火独


(4)

晓看红湿处, 花 锦 城

Xiǎoàk àh gàshīà h ,àhuāàzh gàjǐ àguā à h g. 9

军收河南河 W àguā àjū àshōuàh àh ěi

剑外忽传收蓟 , 初 涕泪满衣裳

Ji àw iàhūà hu àshōuàj à ěi,à hūàw àt l ià ǎ à īsha g.

看妻子愁何在? 漫卷诗书喜欲狂

Qu àk à īzià h uàh z i?àM juǎ àshīàshūà ǐà àku g.

日 歌须纵酒, 青春作伴好

B ià àf ggēà ūàz gjiǔ,à ī g hū àzu à àh oàhu à iā g.

从巴峡穿巫峡, 便 襄 向洛

J à gà āà i à huā àwūà i ,à i à i à iā g gà i gàlu g. 10

旅夜书怀Lǚà àshūàhu i

细 微风岸, 危樯独夜

X à ǎoàw ifē gà , wēià i gàd à àzhōu.

垂 阔, 涌大江流

Xī gà hu àp g ěàku ,à u à ǒ gàd jiā gàli .

岂文 著, 应老病休

M gà ǐàw zhā gzhe, guā à ī gàlǎoà g iū.

飘飘何所似? 天地一沙鸥

Piāoàpiāoàh àsuǒàsh ,àtiā d à īàshā'ōu. (11)

秋兴八首 一 Qiūà gà āàshǒu Q à ī

玉露淍伤枫树林, 巫山巫峡气萧森


(5)

江间波浪兼天涌, 塞 风云接地

Jiā gàjiā à ōl gàjiā àtiā à ǒ g,àsāiàsh gàfē g àjiēd à ī .

菊两开 日泪, 孤 一系故园心

C gàj àliǎ gàkāiàtāà àl i,àgūàzhōuà īà àg u à ī .

塞衣处处催刀尺, 帝城高急暮砧

ìāià īà h h à uīàdāoà hǐ,à iàd à h gàgāoàj à àzhē . 12

咏怀 迹五首 Yǒ ghu iàgǔjīàwǔàshǒu(Qí sā

群山万壑赴 门, 生长 尚 村

Q àshā àw àh àf àjī gà ,àshē gà h gà gàfēiàsh gà ǒuà ū .

一去紫 连朔漠, 独留青冢向黄

Yīà àzǐàt iàli àshu à ,àd àli à ī gàzhǒ gà i gàhu ghū .

画图省识春风面, 珮空归 夜魂

Hu t àshě gàsh à hū fē gà i ,àhu àp iàkō gàguīà u àh .

千载 作胡语, 恨曲中论

Qiā àzǎiàp p àzu àh à ǔ,àfē gà u h à ūàzhō gàl . 13

登高Dē gàgāo

风急天高 啸 , 渚清沙 鸟飞回

Fē gàj àtiā àgāoà u à i oàāi,àzhǔà ī gàshāà ià iǎoàfēiàhu .

无边落木萧萧 , 长江滚滚来

W iā àlu à iāo iāoà i ,à àj à h gjiā gàgǔ gǔ àl i.

万 悲秋常作客, 多病独登

W lǐà ēià iūà h gàzu k ,à ǎi i àduōà gàd àdē gt i.

艰难苦恨繁霜鬓, 潦倒新停浊酒杯


(6)

14

登岳 楼Dē gà u gl u

昔 洞庭水,今 岳 楼

Xīàw àd gt gàshuǐ, jī àsh gà u gl u.

吴楚 南坼,乾坤日夜浮

W à hǔàdō g à h ,à i kū à àf .

亲朋无一 ,老病 孤

Qī p gàw à īàz ,àlǎo gà ǒuàgūàzhōu.

戎马关山 ,凭轩涕泗流

R g ǎàguā àshā ěi,àp gà uā àt às àli .

15

登楼Dē gàl u

花 高楼伤客心, 万方多难 登临

Huāàj àgāol uàshā gàk à ī ,àw àfā gàduōà à ǐàdē gl .

锦江春色来天地, 玉垒浮云变 今

Jǐ jiā gà hū s àl iàtiā d ,à àlěiàf à i àgǔjī .

极朝迋终 改, 山西寇盗莫相侵

Běij à h oàw gàzhō gà àgǎi,àshā īàk uàd oà à iā gà ī .

主 祠庙, 日暮聊为 梁甫吟

Kěli àhòuàzhǔàh iàc à i o,àr àli oàw ià li gfǔ .