1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Gaya bahasa apakah yang terdapat di dalam puisi karya Du Fu ?
2. Makna apakah yang terkandung di dalam gaya bahasa puisi karya Du Fu?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut: 1.
Mendeskripsikan gaya bahasa yang terdapat dalam puisi karya Du Fu. 2.
Mendeskripsikan makna yang terkandung di dalam gaya bahasa puisi karya Du Fu.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1.5.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis penelitian antara lain, sebagai berikut: 1.
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai salah satu rujukan penelitian mengenai kesusasteraan China dan selanjutnya dapat
membantu penelitian-penelitian
yang berhubungan
dengan pembahasan gaya bahasa pada beberapa puisi karya Du Fu.
2. Penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi dalam pengembangan
keilmuan, khususnya terhadap kajian sastra, kajian linguistik, struktur dan pengajaran.
Universitas Sumatera Utara
3. Penelitian ini diharapkan mampu mengilhami sastrawan dalam
menggunakan gaya bahasa pada puisi.
1.5.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian antara lain, sebagai berikut: 1.
Memberikan pemahaman bagi publik tentang penggunaan gaya bahasa pada puisi.
2. Memberikan kontribusi terhadap ciri khas gaya bahasa pada puisi
karya Du Fu. 3.
Memberikan motivasi bagi peneliti selanjutnya untuk lebih giat melakukan penelitian tentang gaya bahasa.
Universitas Sumatera Utara
BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI
2.1 Konsep
Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk
memahami hal-hal tersebut. Kridalaksana, 2001: 117. Konsep yang digunakan di dalam penelitian ini yakni: pengertian gaya bahasa, puisi,
penyair Du Fu dan landasan teori.
2.1.1 Pengertian Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan
efek dengan
jalan memperkenalkan
serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal
lain yang lebih umum. Tarigan, 1985: 5. Gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Keraf, 2007: 113 Huang
dan Liao 1991: 208, menyatakan bahwa gaya bahasa memiliki tiga makna, yakni: 1 Gaya bahasa merupakan teknik, cara, dan aturan dalam
menggunakan bahasa; 2 Gaya bahasa pada saat berbicara atau menulis karya sastra berfungsi untuk mengatur tingkah laku bahasa, dikenal sebagai kegiatan
Universitas Sumatera Utara
retoris; 3 Gaya bahasa merupakan salah satu cara untuk memperkuat ekspresi atau perasaan penulis pada hasil karya sastra.
Gaya bahasa merupakan salah satu unsur dari sebuah puisi. Gaya bahasa adalah cara khas menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan.
Moelino, 1989. Dalam puisi, penyair berusaha menyampaikan ide, perasaan dan pikirannya dengan menggunakan bahasa yang dibuat sedemikian rupa sehingga
tampak indah dan penuh makna. Oleh karena itu, untuk dapat membaca puisi dengan baik,memahami, memaknai, menganalisis, dan mengajarkan puisi, kita
harus memahami gaya bahasa tersebut.
2.1.2.1 Jenis-jenis Gaya Bahasa
Huang dan Liao 1991: 240, membagi gaya bahasa menjadi 21 jenis, antara
lain:
1. Gaya Bahasa Bǐyù 比喻
Huang dan Liao 1991:240, menjelaskan
Bǐyù adalah perumpamaan, yakni menggunakan benda atau hal yang berbeda satu sama
lain namun memiliki titik persamaan untuk menggambarkan suatu hal atau benda lain. Benda yang dibandingkan disebut “Benti” dapat diterjemahkan
menjadi “noumenon”, dan benda yang digunakan sebagai pembanding disebut “Yuti” dapat diterjemahkan sebagai “pembanding”, kata yang
menghubungkan kedua benda disebut dengan “Yuci” yang diterjemahkan sebagai “kata banding”. Noumenon dan pembanding haruslah sesuatu
Universitas Sumatera Utara
benda atau hal yang sifatnya berbeda, namun menggunakan satu sisi kemiripan untuk melakukan perbandingan.
Gaya bahasa perumpamaan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni: Míngyù, Ànyù
dan Jièyù.
a. Gaya Bahasa Míngyù 明喻
Míngyù sama dengan gaya bahasa simileperumpamaan pada bahasa
Indonesia. Menurut Tarigan 1985: 9, perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama.
Perbandingan ini secara eksplisit ditandai oleh pemakaian kata “seperti” dan sejenisnya ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, penaka seolah-olah,
serupa, dan lain-lain. Menurut Huang dan Liao 1991: 241-242, pada gaya bahasa Míngyù
perumpamaan, noumenon benda yang dibandingkan, dan Yuti pembanding muncul bersamaan diantaranya terdapat kata banding seperti:
“像xiàng, 如rú, 似
shì,仿 fǎngfú,犹如yóurú, 如 yǒurú, 一般yībān” dan lain-lain.
Contoh: 1
叶子出水限高,像 舞女裙銔
Yè zǐ chūshuǐ xiàn gāo, xiàng tíngtíng wǔnǚ qún Daun batasan air tinggi, seperti rok para penari perempuan di paviliun.
Pada contoh 1 di atas yang menjadi noumenon adalah “daun”,
pembandingnya adalah “rok penari”, dan kata bandingnya adalah “seperti”.
Universitas Sumatera Utara
b. Gaya Bahasa Ànyù 暗喻
Ànyù sama dengan gaya bahasa metafora pada bahasa Indonesia. Huang
dan Liao dalam buku Xiandai Hanyu mengatakan gaya bahasa Ànyù disebut juga sebagai gaya bahasa Yinyu. Pada gaya bahasa ini noumenon dan
pembanding muncul, namun kata pembandingnya berupa: “是 shìadalah, 变 biànchéng
menjadi, chéngwéi
menjadi, 等于 děngyú sama dengan”
dan lain-lain. Contoh:
2 爱护书籍吧,他是知识的源泉。
Àihù shūjí ba, tā shì zhīshì de yuánquán. Cintailah buku-buku, dia adalahsumber dari pengetahuan.
Pada contoh 2 di atas noumenon adalah “buku”, pembandingnya
adalah “sumber dari pengetahuan”, sementara kata bandingnya “adalah”. c.
Gaya Bahasa Jièyù 借喻 Pada gaya bahasa ini noumenon tidak muncul, tidak terlihat pada kalimat,
langsung menggunakan pembanding untuk menggantikan noumenon Huang, 1991: 242.
Contoh: 3
鲁迅在一片文章 ,
打落水狗銔他说,如果 打落水狗,它一
跳起来,就要咬你,最 限度也要溅你一身的污泥銔
Universitas Sumatera Utara
Lǔxùn zài yīpiàn wénzhāng lǐ, zhǔzhāng dǎ luòshuǐgǒu. Tā shuō, rúguǒ bù dǎ luòshuǐgǒu, tā yīdàn tiào qǐlái, jiù yào yǎo nǐ, zuìdī xiàndù yě yào jiàn
nǐ yīshēn de wū ní Luxun novelis dalam satu karyanya menganjurkan, pukulah anjing yang
jatuh ke parit. Dia mengatakan, jika tidak memukulnya, maka saat ia keluar melompat, pasti berniat mengigitmu, kemungkinan paling kecil
juga ingin mencipratmu dengan lumpur kotor.
Pada contoh 3 di atas perumpamaan menggunakan klausa
“anjing yang jatuh ke parit” sebagai pembanding untuk menyatakan
“musuh yang terpukul”. Pada contoh tersebut tidak muncul noumenon dan tidak ada kata banding, tetapi langsung menggunakan pembanding sebagai
noumenon- nya.
2. Gaya Bahasa Bǐnǐ 比拟
Berdasarkan imajinasi membuat manusia seolah-olah seperti benda maupun sebaliknya, membuat benda seolah-olah memiliki jiwa seperti
manusia Huang, 1991: 246. Dalam bahasa Indonesia disebut juga sebagai gaya bahasa personifikasi. Gaya bahasa ini dapat dibedakan
menjadi dua jenis yakni: personifikasi dan depersonifikasi. a.
Membuat benda seolah-olah menjadi manusia personifikasi
Gaya bahasa ini mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir dan sebagainya seperti manusia.
Rahmad, 1987: 75
Universitas Sumatera Utara
Contoh: 4
春风 胆来流柳,夜雨瞒人去润花 Chūnfēng fàngdǎn lái liú liǔ, yè yǔ mán rén qù rùn huā.
Angin
musim semi memberanikan diri untuk menyisir pohon willow,
hujan
malam hari diam-diam menyirami bunga. Pada contoh 4 di atas “angin musim semi” adalah pelaku dan kata
kerja yang mengikuti “yaitu menyisir pohon”. “hujan malam hari” adalah pelaku dan kata kerja yang mengikuti yaitu “menyirami bunga”, contoh
4 merupakan benda namun dibuat seolah-olah menjadi manusia yang dapat bergerak untuk menyisir pohon willow dan memiliki perasaan
memberanikan diri. b.
Membuat manusia seolah-olah menjadi benda depersonifikasi Gaya
Bahasa ini
merupakan kebalikan
dari gaya
bahasa personifikasi,yakni membedakan manusia. Dalam bahasa Mandarin, gaya
bahasa ini membuat manusia seolah-olah adalah hewan atau binatang. Contoh:
5 骄傲自满,
巴都翘 来了 Tā jiāoào zìmǎn, wěibā dōu qiào shàngláile.
Dialaki-laki sombong dan berpuas diri, sampai-sampai ekornya muncul keluar.
Universitas Sumatera Utara
“Ekor” merupakan bagian tubuh yang hanya dimiliki oleh hewan dan tidak terdapat pada manusia. Pada contoh 5 di atas manusia
digambarkan seolah-olah memiliki ekor.
3. Gaya Bahasa Kuāzhāng 夸
Kuāzhāng sama dengan gaya bahasa hiperbola pada bahasa Indonesia. Gaya bahasa ini sengaja membuat pernyataan tentang hal atau sesuatu benda
menjadi berlebih-lebihan dari sifat, ukuran, maupun jumlah aslinya. Contoh:
6 隔壁千家醉,开坛十
香銔 Gébì qiānjiā zuì, kāi tán shí lǐxiāng.
Araktetangga sebelah memabukkan ribuan orang,
membuka tutup arak aromanya tercium sampai ribuan meter.
Pada contoh 6 aroma arak dilebih-lebihkan sehingga membuat mabuk ribuan orang dan tercium sampai ribuan meter, menandakan
aromanya yang sangat kental.
4. Gaya Bahasa Duì’ǒu 对偶
Duì’ǒu hampir sama dengan gaya bahasa pararelisme dalam bahasa Indonesia. Gaya bahasa ini menggunakan kelompok kata atau kalimat yang
memiliki bentuk yang sama atau mirip, jumlah kata yang sama, dan memiliki arti yang berkaitan erat untuk menyatakan maksud yang sama ataupun berlawanan.
Huang, 1991: 264
Universitas Sumatera Utara
Contoh 7
风声銓雨声銓读书声銓声声入耳 家 銓国
銓 銓
关心銔 Fēngshēng,yǔshēng,dúshūshēng,shēngshēngrùěr;
jiāshì, guóshì, tiānxià shì, shì shì guānxīn. Suara angin, suara hujan, suara baca buku, semua didengar jelas oleh
telinga; Masalah keluarga, masalah negara, masalah di dunia, semua dicemaskan
oleh hati.
Pada contoh 7 di atas kalimat bagian atas dan kalimat bagian bawah memiliki jumlah karakter yang sama, yakni sebelas karakter per-
baris. Bentuk kedua kalimat di atas juga sama, yakni bagian atas merupakan kata benda “suara angin” dan bagian bawah “masalah
keluarga”. Makna kalimat di atas adalah selaras yakni suara apapun yang disekitar kita selalu didengar dan begitu juga dengan masalah yang ada
akan selalu dicemaskan.
5. Gaya Bahasa Shè wèn 设问
Gaya bahasa Shè wèndalam bahasa Indonesia disebut juga dengan erotesis, yang menggunakan pertanyaan namun langsung dijawab dalam
kalimat, memiliki fungsi untuk mencuri perhatian pembaca, agar lebih memperhatikan dan memikirkan makna dari pertanyaan. Huang, 1991:
280
Universitas Sumatera Utara
Contoh: 8
是谁创造了人类世界?是 们劳动群人銔 Shì shuí chuàngzàole rénlèi shìjiè? Shì wǒmen láodòng qún rén.
Siapakahyang telah menciptakan dunia manusia?
Adalah kita para pekerja.
Pada contoh 8 di atas terdapat pertanyaan pada awalnya, namun langsung dilanjutkan dengan jawaban dari pertanyaan tersebut. Kata
“siapakah” menunjukkan pertanyaan kemudian diberi pemerkah “tanda tanya”. Fungsinya agar pembaca memikirkan makna dari pertanyaan
tersebut.
2.1.3 Pengertian Puisi
Pengertian pusis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI “puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima,
serta penyusunan larik dan bait”. Puisi adalah ungkapan perasaan atau pikiran penyair yang dirangkai menjadi suatu bentuk tulisan yang
mengandung makna. Menurut Waluyo dalam Damayanti 2013: 12, puisi merupakan
bentuk kesusastraan yang menggunakan penggulangan suara sebagai ciri khasnya. Penggulangan kata tersebut menghasilkan rima, irama atau
ritme.Seperti yang diungkapkan Ahmad dalam Pradopo 1999: 3-4, puisi memiliki tiga unsur pokok. Pertama, hal yang meliputi pemikiran, ide atau
Universitas Sumatera Utara
emosi; kedua, bentuknya; dan ketiga, kesannya. Semua unsur-unsur tersebut diungkapkan dengan menggunakan media bahasa.
2.1.3.1 Puisi China
Puisi China kuno dibagi menjadi dua jenis, yakni:
1. Gǔtǐshī 体诗
Gǔtǐshī merupakan pola puisi pra-Dinasti Tang, biasanya setiap baris terdiri
dari empat, lima, enam atau tujuh kata, kalimatnya tidak terbatas dan jumlah aksaranya boleh tidak sama atau tidak bersajak, susunannya bebas.
2. Jìntǐshī 体诗
Jìntǐshī disebut juga puisi gaya “modern”, yakni puisi klasik yang mulai
tumbuh sejak era Dinasti Tang 618-907, yang mempunyai ketentuan yang ketat mengenai kata atau kalimat, nada dan rima.
Jìntǐshī dibedakan menjadi dua jenis yakni:
a. Sajak delapan baris Lǜshī 律诗
Merupakan salah satu jenis puisi klasik pada zaman Dinasti Tang, terkenal dengan aturan komposisi yang ketat. Pada umumnya setiap syair terdiri
dari delapan kalimat, setiap kalimat terdiri dari lima aksara disebut Wulu dan kalimat yang terdiri dari tujuh aksara disebut Qilu.
b. Puisi empat seuntai Juégōu 绝
Puisi empat seuntai telah ada pada zaman Dinasti Han, mengalami pembentukan pada Dinasti WeiJinNanBei dan berjaya pada zaman Dinasti
Universitas Sumatera Utara
Tang. Dinasti Song dan Tang merupakan era dimana puisi klasik
mengalami masa kejayaan, puisi-puisi banyak ditulis pada zaman ini. http:wenku.baidu.comview9b3bc51c59eef8c75fbfb35e.html
.
2.1.4 Penyair Du Fu
Du Fu Hanzi: 杜甫, 12 Februari, 712-770, merupakan seorang
penyair China yang terkenal pada masa Dinasti Tang. Ia bernama lengkap Dùziměi 杜子美. Ia sering kali disebut sebagai penyair terbesar China.
Walaupun pada awalnya ia tidak terlalu dikenal, namun karya-karyanya membawa pengaruh yang besar bagi budaya China dan Jepang. Ia disebut
sebagai penyair sejarah dan penyair bijak oleh para kritikus China. Di dunia barat karya-karyanya disetarakan dengan Shakespeare, Hugo,
Horace, dan penyair besar lainnya. Ia terkenal dengan karyanya “Tiga
Pembesar” dan “Tiga Perpisahan”. Seperti kebanyakan penyair China lainnya, Du Fu berasal dari
keluarga bangsawan yang telah jatuh miskin. Tidak lama setelah ia lahir, ibunya meninggal, Du Fu pun dibesarkan oleh bibinya. Ia mempunyai
seorang kakak lelaki yang meninggal dunia ketika masih muda. Ia juga mempunyai 3 saudara tiri laki-laki dan seorang saudara tiri perempuan
yang sering disebutkannya dalam puisi-puisi karangannya, meskipun ia tak pernah menyebut ibu tirinya di dalam puisinya.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai seorang anak sarjana dan pejabat kecil, masa kecilnya dihabiskan dengan pendidikan standar bagi calon pejabat negara, yaitu
mempelajari dan menghafalkan tulisan-tulisan klasik Kong Hu Cu tentang filsafat sejarah dan puisi. Du Fu mengatakan bahwa, ia telah membuat
beberapa puisi yang baik pada masa remajanya, namun puisi-puisi tersebut hilang.
Du Fu meninggal pada tahun 770 M, saat ia berusia 59 tahun di Tanzhou
dan sekarang Changsha. Karya-karya Du Fu terpusat pada alur sejarah, pengaruh moral dan keahliannya dalan menulis. Sejak zaman Dinasti Song, Du Fu sering
disebut sebagai “Penyair Sejarah” 诗史. Puisi-puisinya mengomentari taktik militer atau kesuksesan atau kegaggalan dari pemerintah, juga puisi nasihat yang
ditulisnya untuk kaisar. Secara tidak langsung, ia menulis mengenai pengaruh ketidakstabilan politik yang terjadi pada saat itu untuk dirinya dan juga rakyat
China lainya.
Pada masa hidupnya karya-karya Du Fu tidak banyak dikenal dan lebih banyak tidak dihiraukan. Namun karya-karya beliau mulai dinikmati
pada abad ke 9 M dan setelah memasuki abad ke 11 yaitu pada masa Dinasti Song Selatan, puisi dan tulisan karya Du Fu mencapai puncaknya.
Perkembangan neo-Konfusisme pada masa itu juga memengaruhi kepopuleran karya-karya Du Fu. Ia dianggap sebagai contoh puitis dari
neo-Konfusisme .
Universitas Sumatera Utara
Pada masa negara China sebagai Republik, Du Fu menghasilkan karya-karya tentang penderitaan rakyat dan kesetiaannya kepada negara.
Puisinya juga menggunakan bahasa rakyat sehingga menjadi salah satu daya tarik masyarakat China. http:id.wikipedia.orgwikiDu_Fu
2.1.4.1 Puisi Karya Du Fu
Du Fu telah banyak menulis puisi pada masa Dinasti Tang, berikut
adalah puisi terkenal karya Du Fu. Tabel 1. Puisi Karya Du Fu
No Judul Puisi
Tahun
1. 望岳
Wàng yuè
735 2.
画鹰 Huà yīng
735 3.
夜 Yuèyè
756 4.
悲陈 Bēi chén táo
756 5.
春望 Chūn wàng
759 6.
天 怀李
Tiān mò huái lǐbái 759
7. 蜀相
Shǔxiāng 760
8. 春夜喜雨
Chūn yè xǐyǔ 761
9. 军收河南
Wén guān jūn shōu hénán běi
763
10 旅夜书怀
Lǚ yè shū huái 765
11. 秋兴八首
一 Qiū xìng bā
shǒuQí yī 766
Universitas Sumatera Utara
12. 咏怀 迹五首
Yǒnghuái gǔjī wǔ shǒu qí sān
766
13. 登高
Dēnggāo 767
14. 登岳 楼
Dēng yuèyánglóu 768
15. 登楼
Dēnglóu 764
2.2 Tinjauan Pustaka
Yu Nianhu 2009 dalam Jurnal elektronik Akademik Cina menulis artikel yang berjudul “Dù shī xiūcí gé de chāocháng yùnyòng” Gaya
Bahasa pada Puisi Du Fu dalam Keistimewaan Penggunaan yakni lima jenis gaya bahasa yang ada dalam puisi-puisi karya Du Fu dengan
menggunakan bahasa kiasan yang tidak terbatas pada penggunaan tradisionalnya, puisinya dapat memberikan kesan dan pengertian yang
lebih daripada orang-orang biasanya. Penelitian ini memberikan kontribusi positif bagi penulis mengenai keistimewaan dan ciri khas gaya bahasa
metafora dan peran penting gaya bahasa hiperbola. Han Xiaoguang 2011 dalam Jurnal elektronik Akademik Cina
menulis artikel yang berjudul “ Dùfǔ juégōu zhōng chángyòng jù shì qiǎn
xī ” Analisis Penggunaan Kalimat pada Puisi Empat Seuntai Karya Du
Fu , menjelaskan karya Du Fu berusaha menunjukkan gaya yang berbeda,
Universitas Sumatera Utara
diantaranya dengan pemilihan kalimat yang dapat dengan sepenuhnya mengapresiasikan keindahan yang diinginkan.
Penelitian ini memberikan kontribusi positif bagi penulis mengenai teknik mengapresiasikan
keindahan dalam kalimat. Rao Fanli 2013 dalam Jurnal elektronik akademik Cina menulis
artikel yang berjudul “
Shì lùn dùfǔ juégōu shī de yìshù tèsè ” Ciri
Kesenian pada Puisi Empat Seuntai Karya Du Fu, serta menjelaskan ciri khas dari puisi empat seuntai karya Du Fu, dari struktur puisi, perubahan
intonasi, gaya penulisan dan gaya bahasa yang ada pada puisi empat seuntai karya Du Fu.
Penelitian ini memberikan kontribusi positif bagi penulis mengenai ciri khas gaya bahasa, struktur puisi yang terdapat pada
puisi empat seuntai karya Du Fu
. Rudy 2007 dalam skripsi yang berjudul “Analisis Puisi Penyair
Li Bai Berdasarkan Gaya Bahasa” menganalisis empat gaya bahasa pada 12 puisi yang terdapat dalam buku Li Taibai Quanji, dengan
menggunakan teori semantik untuk menguji makna pada puisi Li Bai. Keempat gaya bahasa tersebut yaitu
Dui’ou, metafora, hiperbola dan litotes.
Penelitian ini memberikan kontribusi positif bagi penulis mengenai fungsi dari masing-masing gaya bahasa tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Landasan Teori