retoris; 3 Gaya bahasa merupakan salah satu cara untuk memperkuat ekspresi atau perasaan penulis pada hasil karya sastra.
Gaya bahasa merupakan salah satu unsur dari sebuah puisi. Gaya bahasa adalah cara khas menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan.
Moelino, 1989. Dalam puisi, penyair berusaha menyampaikan ide, perasaan dan pikirannya dengan menggunakan bahasa yang dibuat sedemikian rupa sehingga
tampak indah dan penuh makna. Oleh karena itu, untuk dapat membaca puisi dengan baik,memahami, memaknai, menganalisis, dan mengajarkan puisi, kita
harus memahami gaya bahasa tersebut.
2.1.2.1 Jenis-jenis Gaya Bahasa
Huang dan Liao 1991: 240, membagi gaya bahasa menjadi 21 jenis, antara
lain:
1. Gaya Bahasa Bǐyù 比喻
Huang dan Liao 1991:240, menjelaskan
Bǐyù adalah perumpamaan, yakni menggunakan benda atau hal yang berbeda satu sama
lain namun memiliki titik persamaan untuk menggambarkan suatu hal atau benda lain. Benda yang dibandingkan disebut “Benti” dapat diterjemahkan
menjadi “noumenon”, dan benda yang digunakan sebagai pembanding disebut “Yuti” dapat diterjemahkan sebagai “pembanding”, kata yang
menghubungkan kedua benda disebut dengan “Yuci” yang diterjemahkan sebagai “kata banding”. Noumenon dan pembanding haruslah sesuatu
Universitas Sumatera Utara
benda atau hal yang sifatnya berbeda, namun menggunakan satu sisi kemiripan untuk melakukan perbandingan.
Gaya bahasa perumpamaan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni: Míngyù, Ànyù
dan Jièyù.
a. Gaya Bahasa Míngyù 明喻
Míngyù sama dengan gaya bahasa simileperumpamaan pada bahasa
Indonesia. Menurut Tarigan 1985: 9, perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama.
Perbandingan ini secara eksplisit ditandai oleh pemakaian kata “seperti” dan sejenisnya ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, penaka seolah-olah,
serupa, dan lain-lain. Menurut Huang dan Liao 1991: 241-242, pada gaya bahasa Míngyù
perumpamaan, noumenon benda yang dibandingkan, dan Yuti pembanding muncul bersamaan diantaranya terdapat kata banding seperti:
“像xiàng, 如rú, 似
shì,仿 fǎngfú,犹如yóurú, 如 yǒurú, 一般yībān” dan lain-lain.
Contoh: 1
叶子出水限高,像 舞女裙銔
Yè zǐ chūshuǐ xiàn gāo, xiàng tíngtíng wǔnǚ qún Daun batasan air tinggi, seperti rok para penari perempuan di paviliun.
Pada contoh 1 di atas yang menjadi noumenon adalah “daun”,
pembandingnya adalah “rok penari”, dan kata bandingnya adalah “seperti”.
Universitas Sumatera Utara
b. Gaya Bahasa Ànyù 暗喻
Ànyù sama dengan gaya bahasa metafora pada bahasa Indonesia. Huang
dan Liao dalam buku Xiandai Hanyu mengatakan gaya bahasa Ànyù disebut juga sebagai gaya bahasa Yinyu. Pada gaya bahasa ini noumenon dan
pembanding muncul, namun kata pembandingnya berupa: “是 shìadalah, 变 biànchéng
menjadi, chéngwéi
menjadi, 等于 děngyú sama dengan”
dan lain-lain. Contoh:
2 爱护书籍吧,他是知识的源泉。
Àihù shūjí ba, tā shì zhīshì de yuánquán. Cintailah buku-buku, dia adalahsumber dari pengetahuan.
Pada contoh 2 di atas noumenon adalah “buku”, pembandingnya
adalah “sumber dari pengetahuan”, sementara kata bandingnya “adalah”. c.
Gaya Bahasa Jièyù 借喻 Pada gaya bahasa ini noumenon tidak muncul, tidak terlihat pada kalimat,
langsung menggunakan pembanding untuk menggantikan noumenon Huang, 1991: 242.
Contoh: 3
鲁迅在一片文章 ,
打落水狗銔他说,如果 打落水狗,它一
跳起来,就要咬你,最 限度也要溅你一身的污泥銔
Universitas Sumatera Utara
Lǔxùn zài yīpiàn wénzhāng lǐ, zhǔzhāng dǎ luòshuǐgǒu. Tā shuō, rúguǒ bù dǎ luòshuǐgǒu, tā yīdàn tiào qǐlái, jiù yào yǎo nǐ, zuìdī xiàndù yě yào jiàn
nǐ yīshēn de wū ní Luxun novelis dalam satu karyanya menganjurkan, pukulah anjing yang
jatuh ke parit. Dia mengatakan, jika tidak memukulnya, maka saat ia keluar melompat, pasti berniat mengigitmu, kemungkinan paling kecil
juga ingin mencipratmu dengan lumpur kotor.
Pada contoh 3 di atas perumpamaan menggunakan klausa
“anjing yang jatuh ke parit” sebagai pembanding untuk menyatakan
“musuh yang terpukul”. Pada contoh tersebut tidak muncul noumenon dan tidak ada kata banding, tetapi langsung menggunakan pembanding sebagai
noumenon- nya.
2. Gaya Bahasa Bǐnǐ 比拟
Berdasarkan imajinasi membuat manusia seolah-olah seperti benda maupun sebaliknya, membuat benda seolah-olah memiliki jiwa seperti
manusia Huang, 1991: 246. Dalam bahasa Indonesia disebut juga sebagai gaya bahasa personifikasi. Gaya bahasa ini dapat dibedakan
menjadi dua jenis yakni: personifikasi dan depersonifikasi. a.
Membuat benda seolah-olah menjadi manusia personifikasi
Gaya bahasa ini mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir dan sebagainya seperti manusia.
Rahmad, 1987: 75
Universitas Sumatera Utara
Contoh: 4
春风 胆来流柳,夜雨瞒人去润花 Chūnfēng fàngdǎn lái liú liǔ, yè yǔ mán rén qù rùn huā.
Angin
musim semi memberanikan diri untuk menyisir pohon willow,
hujan
malam hari diam-diam menyirami bunga. Pada contoh 4 di atas “angin musim semi” adalah pelaku dan kata
kerja yang mengikuti “yaitu menyisir pohon”. “hujan malam hari” adalah pelaku dan kata kerja yang mengikuti yaitu “menyirami bunga”, contoh
4 merupakan benda namun dibuat seolah-olah menjadi manusia yang dapat bergerak untuk menyisir pohon willow dan memiliki perasaan
memberanikan diri. b.
Membuat manusia seolah-olah menjadi benda depersonifikasi Gaya
Bahasa ini
merupakan kebalikan
dari gaya
bahasa personifikasi,yakni membedakan manusia. Dalam bahasa Mandarin, gaya
bahasa ini membuat manusia seolah-olah adalah hewan atau binatang. Contoh:
5 骄傲自满,
巴都翘 来了 Tā jiāoào zìmǎn, wěibā dōu qiào shàngláile.
Dialaki-laki sombong dan berpuas diri, sampai-sampai ekornya muncul keluar.
Universitas Sumatera Utara
“Ekor” merupakan bagian tubuh yang hanya dimiliki oleh hewan dan tidak terdapat pada manusia. Pada contoh 5 di atas manusia
digambarkan seolah-olah memiliki ekor.
3. Gaya Bahasa Kuāzhāng 夸
Kuāzhāng sama dengan gaya bahasa hiperbola pada bahasa Indonesia. Gaya bahasa ini sengaja membuat pernyataan tentang hal atau sesuatu benda
menjadi berlebih-lebihan dari sifat, ukuran, maupun jumlah aslinya. Contoh:
6 隔壁千家醉,开坛十
香銔 Gébì qiānjiā zuì, kāi tán shí lǐxiāng.
Araktetangga sebelah memabukkan ribuan orang,
membuka tutup arak aromanya tercium sampai ribuan meter.
Pada contoh 6 aroma arak dilebih-lebihkan sehingga membuat mabuk ribuan orang dan tercium sampai ribuan meter, menandakan
aromanya yang sangat kental.
4. Gaya Bahasa Duì’ǒu 对偶
Duì’ǒu hampir sama dengan gaya bahasa pararelisme dalam bahasa Indonesia. Gaya bahasa ini menggunakan kelompok kata atau kalimat yang
memiliki bentuk yang sama atau mirip, jumlah kata yang sama, dan memiliki arti yang berkaitan erat untuk menyatakan maksud yang sama ataupun berlawanan.
Huang, 1991: 264
Universitas Sumatera Utara
Contoh 7
风声銓雨声銓读书声銓声声入耳 家 銓国
銓 銓
关心銔 Fēngshēng,yǔshēng,dúshūshēng,shēngshēngrùěr;
jiāshì, guóshì, tiānxià shì, shì shì guānxīn. Suara angin, suara hujan, suara baca buku, semua didengar jelas oleh
telinga; Masalah keluarga, masalah negara, masalah di dunia, semua dicemaskan
oleh hati.
Pada contoh 7 di atas kalimat bagian atas dan kalimat bagian bawah memiliki jumlah karakter yang sama, yakni sebelas karakter per-
baris. Bentuk kedua kalimat di atas juga sama, yakni bagian atas merupakan kata benda “suara angin” dan bagian bawah “masalah
keluarga”. Makna kalimat di atas adalah selaras yakni suara apapun yang disekitar kita selalu didengar dan begitu juga dengan masalah yang ada
akan selalu dicemaskan.
5. Gaya Bahasa Shè wèn 设问
Gaya bahasa Shè wèndalam bahasa Indonesia disebut juga dengan erotesis, yang menggunakan pertanyaan namun langsung dijawab dalam
kalimat, memiliki fungsi untuk mencuri perhatian pembaca, agar lebih memperhatikan dan memikirkan makna dari pertanyaan. Huang, 1991:
280
Universitas Sumatera Utara
Contoh: 8
是谁创造了人类世界?是 们劳动群人銔 Shì shuí chuàngzàole rénlèi shìjiè? Shì wǒmen láodòng qún rén.
Siapakahyang telah menciptakan dunia manusia?
Adalah kita para pekerja.
Pada contoh 8 di atas terdapat pertanyaan pada awalnya, namun langsung dilanjutkan dengan jawaban dari pertanyaan tersebut. Kata
“siapakah” menunjukkan pertanyaan kemudian diberi pemerkah “tanda tanya”. Fungsinya agar pembaca memikirkan makna dari pertanyaan
tersebut.
2.1.3 Pengertian Puisi