Kerangka Konsep Kerangka Teori dan Konsepsional

serta memberi “keuntungan” timbal balik. Artinya, dimana ada hak satu pihak, disitu ada kewajiban pihak itu, demikian sebaliknya. Di Indonesia berlaku suatu asas dalam penyusunan perancangan kontrak perjanjian yang disebut dengan Asas Konsensualisme Consensus, yaitu dimana persetujuan-persetujuan dapat terjadi karena persesuaian kehendak konsensus para pihak yang membuat perjanjian, yang ditandai dengan apa yang dikehendaki pihak yang satu juga dikehendaki oleh pihak lainnya. Kedua kehendak itu bertemu dengan dalam “sepakat” tersebut. 40 Asas ini tercantum di dalam pasal 1320 KUH Perdata. Konsensus ini tidak ada bila terdapat 3 tiga hal pasal 1321 KUHPerdata yaitu: 1. Paksaan dwang; 2. Kekhilafan dwaling; 3. Penipuan bedrog.

2. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep yang dipakai dalam membangun penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Tanggungjawab: Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya; atau kewajiban menanggung, memikul 40 R. Subekti, Pembinaan Hukum Nasional Bandung: Alumni, 1981 hal. 55 Universitas Sumatera Utara jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. 41 b. Underwriter Penjamin Emisi Efek: Pihak yang membuat kontrak dengan Emiten untuk melakukan Penawaran Umum bagi kepentingan Emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual 42 Beberapa bentuk komitmen penjaminan emisi : 43 1. Full commitment. 2. Best efforts. 3. Standby commitment 4. Best effort all or none. Di Pasar Modal Amerika Serikat, penjaminan emisi firm commitment full commitment dan best efforts adalah yang paling banyak digunakan. c. Underwriting Agreement Perjanjian Penjaminan Emisi: 41 Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 2002 42 Pasal 1, angka 17 dari UU No. 8 Tahun 1995 Undang-Undang Pasar Modal 43 Asril Sitompul, Due Dilligence dan Tanggung jawab Lembaga-Lembaga Penunjang Pada Proses Penawaran Umum Bandung, Citra Aditya Bhakti,2000 hal 14-15 Universitas Sumatera Utara Suatu ikatan yang ada antara underwriter di satu pihak dan emiten di lain pihak untuk melakukan penjualan dan distribusi efek surat berharga yang akan dikeluarkan emiten. d. Surat Hutang Notes: dapat disebut sebagai efek bersifat hutang, obligasi atau surat berharga komersial tergantung dari tenggang waktu jatuh tempo pembayarannya ataupun ciri-ciri lain. Pemegang efek bersifat hutang ini secara khusus berhak atas pembayaran pokok hutang beserta bunganya beserta hak-hak lainnya sesuai dengan yang diperjanjikan dalam persyaratan penerbitan surat hutang seperti misalnya hak untuk memperoleh informasi tertentu. Efek bersifat hutang ini biasanya diterbitkan dengan jangka waktu jatuh tempo yang tetap dan hanya dapat diuangkan pada saat tanggal jatuh tempo efek. Efek ini dapat disertai jaminan ataupun tanpa disertai jaminan, dan apabila tanpa disertai jaminan maka dapat diperjanjikan dalam penerbitan efek bahwa pemegang efek adalah memiliki peringkat yang tertinggi dibandingkan peringkat pemberi hutang tanpa jaminan lainnya dalam hal terjadinya kepailitan. 44 Surat Hutang Notes yang akan dibahas dalam penelitian ini merupakan surat hutang yang tidak pernah ditawarkan untuk dijual di pasar modal Indonesia akan tetapi dijual melalui pasar perdana dan sekunder dan didaftarkan di Bursa Efek Luxembourg Luxembourg Stock Exchange berdasarkan US Securities Act 1933 dan 44 http:id.wikipedia.orgwikiEfek_28keuangan29Efek_bersifat_hutang, diakses pada tanggal 26 juni 2010 Universitas Sumatera Utara US Indenture Act 1939 , kepada investor non-Indonesia yang sebagian besar berkedudukan di Amerika Serikat.

G. Metode Penelitian