Tanggungjawab Underwriter (Penjamin Emisi Efek) Terhadap Surat Hutang yang Tidak Dibayar Pada Saat Jatuh Tempo (Studi Kasus Atas Surat Hutang yang Diterbitkan oleh Indah Kiat International Finance B. V.)
TANGGUNGJAWAB
UNDERWRITER
(PENJAMIN EMISI EFEK)
TERHADAP SURAT HUTANG YANG TIDAK DIBAYAR
PADA SAAT JATUH TEMPO
(STUDI KASUS ATAS SURAT HUTANG YANG DITERBITKAN
OLEH INDAH KIAT INTERNATIONAL FINANCE B. V.)
TESIS
Oleh :
MULDRI P. J. PASARIBU
087005119/ HK
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
TANGGUNGJAWAB
UNDERWRITER
(PENJAMIN EMISI EFEK)
TERHADAP SURAT HUTANG YANG TIDAK DIBAYAR
PADA SAAT JATUH TEMPO
(STUDI KASUS ATAS SURAT HUTANG YANG DITERBITKAN
OLEH INDAH KIAT INTERNATIONAL FINANCE B. V.)
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum Dalam Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
MULDRI P. J. PASARIBU
087005119/ HK
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
Judul Tesis : TANGGUNGJAWAB UNDERWRITER (PENJAMIN EMISI EFEK) TERHADAP SURAT HUTANG YANG TIDAK DIBAYAR PADA SAAT JATUH TEMPO (STUDI KASUS ATAS SURAT HUTANG YANG
DITERBITKAN OLEH INDAH KIAT
INTERNATIONAL FINANCE B. V.) Nama Mahasiswa : Muldri P. J. Pasaribu
Nomor Pokok : 087005119
Program Studi : Magister Ilmu Hukum
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., MH.) K e t u a
(Prof. Dr. Sunarmi, SH., M.Hum) (Dr. T. Keizerina Devi A., SH., CN., M.Hum)
A n g g o t a A n g g o t a
Ketua Program Studi Ilmu Hukum, Dekan,
Prof. Dr. Suhaidi, SH., MH. NIP.19620713 198803 1003
Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum NIP. 19561110 198503 1022
(4)
Telah diuji pada
Tanggal 03 Januari 2012
.
PANITIA UJIAN TESIS
KETUA : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., MH Prof. Dr. Sunarmi, SH., M.Hum
Dr.T. Keizerina Devi A., SH, CN, M.Hum Prof. Dr. Suhaidi, SH., MH
(5)
ABSTRAK
Keterlibatan underwriter (penjamin emisi efek) bagi perusahaan yang melakukan penerbitan efek sangat dominan. Underwriter merupakan pihak yang pertama kali diundang dalam rapat-rapat yang membicarakan rencana suatu perusahaan untuk melakukan penawaran umum atau go publik. Underwriter sebagai arranger berusaha sedapat mungkin agar penerbitan obligasi berjalan dengan lancar dan emiten mendapatkan dana yang dibutuhkan. Hak dan kewajiban emiten dan underwriter kemudian dituangkan dalam underwriting agreement (perjanjian penjaminan emisi).
Permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini adalah mengenai peran underwriter dalam prosedur penerbitan obligasi, tanggungjawab underwriter menurut underwriting agreement dan bagaimana tanggungjawab underwriter bila terjadi gagal bayar (default). Sebagai studi kasus, tesis ini meneliti tentang Surat Hutang yang diterbitkan Indah Kiat International Finance B.V.
Jenis penelitian dalam tesis ini adalah penelitian hukum normatif yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan. Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian yang bersifat deskriptif analitis berupa penggambaran, penelaahan dan penjelasan terhadap tanggungjawab underwriter (penjamin emisi ) sebagai penjual surat hutang yang tidak dibayar pada saat jatuh tempo, kemudian akan dihubungkan dengan kasus atas surat hutang yang dikeluarkan oleh Indah Kiat International Finance B.V.
Underwriter dalam melakukan tugasnya mempersiapkan emiten menerbitkan efek sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh emiten. Apabila dikemudian hari ternyata informasi yang disampaikan underwriter kepada investor terbukti menyesatkan atau underwriter tidak menyampaikan informasi yang benar tentang fakta materiil, maka underwriter akan dikenakan sanksi berdasarkan peraturan perundangan. Underwriter akan lolos dari sanksi apabila dapat membuktikan tidak terlibat dalam informasi yang tidak benar tentang fakta materiil tersebut. Oleh karena itu, underwriter harus berhati-hati dalam menerima dan menyampaikan informasi yang diterima dari emiten.
Gagal bayar (default) obligasi merupakan risiko yang paling sering terjadi, dimana emiten gagal/ lalai dalam memenuhi prestasinya membayar bunga dan pokok pinjaman kepada investor. Dalam menjalankan peran dan tanggungjawabnya melakukan penjaminan emisi, underwriter memberikan jaminan kepada para investor bahwa bunga beserta pokok pinjaman yang tertera pada obligasi akan dibayar pada saat jatuh tempo. Namun jika terjadi default tidaklah lantas membuat underwriter ikut bertanggungjawab melakukan pengembalian pinjaman pokok dan bunga. Bagian yang paling berisiko dalam pekerjaan underwriter adalah memberikan jaminan bahwa informasi yang diberikan oleh emiten tidak menyesatkan dan berdasarkan fakta materiil. Sebab jika terbukti dengan sengaja tidak mencantumkan atau tidak berdasarkan fakta materiil, underwriter dapat dikenakan pidana, bersama-sama dengan semua pihak yang menandatangani pernyataan pendaftaran, termasuk setiap direksi, kuasa hukum, akuntan dan penilai.
(6)
ABSTRACT
The involvement of the underwriter (the guarantor of the effect issuance) to a company which issues the effect is very dominant. An underwriter is the person who
is firstly invited to the meetings which talk about a company’s program to conduct
public issuane or go public. An underwriter as an arranger attempts as much as possible so that the issue of the obligation will run smoothly and the issuer can obtain
the fund. The issuer’s and the underwriters’ right and obligation are embodied in the
underwriting agreement (the agreement of the issuers guarantee).
The problems which would be discussed in this thesis were about the
underwriters’ role in the procedure of issuing the obligation, the underwriters’ responsibility according the underwriting agreement, and the underwriter’s
responsibility if there is a default. As a case study, the researcher analyzed the Debenture which was issued by Indah Kiat Internatioal Finance B.V.
The type of the research was judicial normative study which was referred to the
legal norms found in the legal provisions and in the court’s verdicts. This research was categorized as a descriptive analytic study which was composed of description,
analysis, and explanation on the responsibility of the underwriter (issuers’
guarantor) as the seller of the Debenture which was not paid in a due time which were related to the case of the Debenture which was issued by Indah Kiat International Finance B.V.
The underwriter, in doing his job in preparing the issuer to issue the effect, depends on the information given by the issuer. If the information given by the underwriter to the investor is proved to be false or, the underwriter does not give the right information about the material fact, he will have sanction imposed on him, based on the legal provisions. He can escape from the sanction if he can prove that he is not involved in the false information about the material fact. Therefore, he has to be careful in receiving and giving information which has been received by the issued.
The default of the obligation is a common risk where the issuer cannot pay back the interest and the main loan to the investor. In playing his role and responsibility in guaranteeing the issuance, the underwriter guarantees the investors the interest and the main loan written in the obligation which will be paid in a due time. However, if there is a default, the underwriter will not be responsible for paying back the main loan and the interest. The most risky job of the underwriter is guaranteeing that the information given by the issuer is not false but based on the material fact. If it can be proved later that the underwriter intentionally does not attach or is based on the material fact, he can have criminal sanction imposed on him, along with all parties who have signed the registration statement, including the directors, lawyers, accountants, and assessors.
(7)
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa Penulis panjatkan kepada TUHAN Yang Maha Pengasih, sebab hanya oleh kasih-Nya lah Penulis bisa menyelesaikan Tesis ini.
Penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa dalam penulisan Tesis ini masih banyak memiliki kekurangan maupun ketidaksempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki. Untuk itu penulis tidak menutup diri atas kritik dan saran yang membangun dan bermanfaat di masa yang akan datang.
Penulis menyadari bahwa Tesis ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala sumbangsih dalam penyelesaian Tesis ini kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu DTM&H., MSc.(CTM) SpA(K)., selaku Rektor USU
2. Ibu Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum USU
3. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH., MH., selaku Ketua Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum USU dan juga selaku Anggota Komisi Penguji
4. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH., selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Penguji
5. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, SH., M.Hum., selaku Anggota Komisi Pembimbing dan Penguji
6. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A., SH., CN., M.Hum., selaku Anggota Komisi Pembimbing dan Penguji
(8)
7. Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum., selaku Anggota Komisi Penguji
8. Para Guru Besar dan Dosen yang telah ikhlas memberikan ilmunya dan membuka cakrawala berpikir penulis yang akan sangat bermanfaat dalam menghadapi tugas-tugas di masa yang akan datang.
Dalam kesempatan ini Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada Orangtua, Istri dan anak-anak tercinta atas segala kesabaran, pengertian dan dukungan moril dalam menyelesaikan pendidikan pada program studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, rekan-rekan satu angkatan serta semua pihak yang membantu penyelesaian Tesis ini, namun tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Penulis juga berharap bahwa Tesis ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang tertarik pada bidang pasar modal, dan semoga dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang underwriter.
Semoga TUHAN Yang Maha Kuasa senantiasa menyertai dan memberkati kita semua, Amin.
Medan, Januari 2012 Penulis,
MULDRI P.J. PASARIBU 087005119/HK
(9)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA DIRI
Nama : MULDRI P. J. PASARIBU
Tempat/ Tanggal Lahir : Sidikalang, 13 Januari 1973
Alamat : Jl. Darussalam/ Sejahtera No.20 Medan
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD St. Antonius Medan, tahun 1979 - 1985 2. SMP Putri Cahaya Medan, tahun 1985 - 1988 3. SMA St. Thomas 1 Medan, tahun 1988 - 1991
4. S-1 Hukum Universitas Padjadjaran Bandung, tahun 1993 - 1998 III. KELUARGA
Ayah : H. Pasaribu, BrE. Ibu : Tiolina Sianturi
Istri : Sri Nurhayati Siregar, SPd. Anak : 1. Abner Pasaribu
2. Emily Debora 3. Cornelia Friska IV. RIWAYAT PEKERJAAN
Staf Pengajar Kopertis Wilayah I NAD-Sumut dpk. Fakultas Hukum Universitas Simalungun Pematangsiantar, tahun 2004 – sekarang
(10)
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN PENGESAHAN ... i KATA PENGANTAR ... . ABSTRACT ... ABSTRAK ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ...
ii iii iv v vii BAB I :
BAB II :
BAB III :
PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... B. Perumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Keaslian Penelitian... F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... G. Metode Penelitian ... PERAN UNDERWRITER DALAM PROSEDUR PENERBITAN SURAT HUTANG DI PASAR
MODAL ... A. Penerbitan Surat Hutang (Obligasi) ... B. Peran Underwriter dalam Prosedur Penerbitan Surat Hutang ... 1. Prosedur Penerbitan Surat Hutang di Pasar Modal
Indonesia ... 2. Prosedur Penerbitan Surat Hutang Di Pasar Modal
Amerika Serikat ...
TANGGUNG JAWAB UNDERWRITER MENURUT
PERJANJIAN PENJAMINAN EMISI
(UNDERWRITING AGREEMENT)…..………
A. Latar Belakang Underwriting Agreement ……….. 1. Letter of Intent ……… 2. Agreement Among Underwriters ……… 3. Underwriting Agreement……… 4. Selected Dealers Agreement ……….. B. Underwriting Agreement Sebagai Kontrak Bisnis …….
1 1 13 13 14 14 16 31 32 32 49 50 69 82 82 85 87 90 93 94
(11)
BAB IV :
BAB V :
C. Tanggung jawab undewriter menurut Underwriting Agreement ……….
1. Klausula Definisi……...………. 2. Klausula Transaksi …..……….. 3. Klausula Spesifik ………..……….
4. Klausula Ketentuan Umum ………...
TANGGUNG JAWAB UNDERWRITER SAAT
TERJADI DEFAULT ... A. Risiko Obligasi ... B. Default dalam Perjanjian Emisi Efek ………... C. Surat Hutang yang diterbitkan Indah Kiat International Finance B.V... KESIMPULAN DAN SARAN... A. Kesimpulan ... B. Saran ...
99 99 102 104 106
124 124 128 132 153 153 155
(12)
ABSTRAK
Keterlibatan underwriter (penjamin emisi efek) bagi perusahaan yang melakukan penerbitan efek sangat dominan. Underwriter merupakan pihak yang pertama kali diundang dalam rapat-rapat yang membicarakan rencana suatu perusahaan untuk melakukan penawaran umum atau go publik. Underwriter sebagai arranger berusaha sedapat mungkin agar penerbitan obligasi berjalan dengan lancar dan emiten mendapatkan dana yang dibutuhkan. Hak dan kewajiban emiten dan underwriter kemudian dituangkan dalam underwriting agreement (perjanjian penjaminan emisi).
Permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini adalah mengenai peran underwriter dalam prosedur penerbitan obligasi, tanggungjawab underwriter menurut underwriting agreement dan bagaimana tanggungjawab underwriter bila terjadi gagal bayar (default). Sebagai studi kasus, tesis ini meneliti tentang Surat Hutang yang diterbitkan Indah Kiat International Finance B.V.
Jenis penelitian dalam tesis ini adalah penelitian hukum normatif yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan. Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian yang bersifat deskriptif analitis berupa penggambaran, penelaahan dan penjelasan terhadap tanggungjawab underwriter (penjamin emisi ) sebagai penjual surat hutang yang tidak dibayar pada saat jatuh tempo, kemudian akan dihubungkan dengan kasus atas surat hutang yang dikeluarkan oleh Indah Kiat International Finance B.V.
Underwriter dalam melakukan tugasnya mempersiapkan emiten menerbitkan efek sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh emiten. Apabila dikemudian hari ternyata informasi yang disampaikan underwriter kepada investor terbukti menyesatkan atau underwriter tidak menyampaikan informasi yang benar tentang fakta materiil, maka underwriter akan dikenakan sanksi berdasarkan peraturan perundangan. Underwriter akan lolos dari sanksi apabila dapat membuktikan tidak terlibat dalam informasi yang tidak benar tentang fakta materiil tersebut. Oleh karena itu, underwriter harus berhati-hati dalam menerima dan menyampaikan informasi yang diterima dari emiten.
Gagal bayar (default) obligasi merupakan risiko yang paling sering terjadi, dimana emiten gagal/ lalai dalam memenuhi prestasinya membayar bunga dan pokok pinjaman kepada investor. Dalam menjalankan peran dan tanggungjawabnya melakukan penjaminan emisi, underwriter memberikan jaminan kepada para investor bahwa bunga beserta pokok pinjaman yang tertera pada obligasi akan dibayar pada saat jatuh tempo. Namun jika terjadi default tidaklah lantas membuat underwriter ikut bertanggungjawab melakukan pengembalian pinjaman pokok dan bunga. Bagian yang paling berisiko dalam pekerjaan underwriter adalah memberikan jaminan bahwa informasi yang diberikan oleh emiten tidak menyesatkan dan berdasarkan fakta materiil. Sebab jika terbukti dengan sengaja tidak mencantumkan atau tidak berdasarkan fakta materiil, underwriter dapat dikenakan pidana, bersama-sama dengan semua pihak yang menandatangani pernyataan pendaftaran, termasuk setiap direksi, kuasa hukum, akuntan dan penilai.
(13)
ABSTRACT
The involvement of the underwriter (the guarantor of the effect issuance) to a company which issues the effect is very dominant. An underwriter is the person who
is firstly invited to the meetings which talk about a company’s program to conduct
public issuane or go public. An underwriter as an arranger attempts as much as possible so that the issue of the obligation will run smoothly and the issuer can obtain
the fund. The issuer’s and the underwriters’ right and obligation are embodied in the
underwriting agreement (the agreement of the issuers guarantee).
The problems which would be discussed in this thesis were about the
underwriters’ role in the procedure of issuing the obligation, the underwriters’ responsibility according the underwriting agreement, and the underwriter’s
responsibility if there is a default. As a case study, the researcher analyzed the Debenture which was issued by Indah Kiat Internatioal Finance B.V.
The type of the research was judicial normative study which was referred to the
legal norms found in the legal provisions and in the court’s verdicts. This research was categorized as a descriptive analytic study which was composed of description,
analysis, and explanation on the responsibility of the underwriter (issuers’
guarantor) as the seller of the Debenture which was not paid in a due time which were related to the case of the Debenture which was issued by Indah Kiat International Finance B.V.
The underwriter, in doing his job in preparing the issuer to issue the effect, depends on the information given by the issuer. If the information given by the underwriter to the investor is proved to be false or, the underwriter does not give the right information about the material fact, he will have sanction imposed on him, based on the legal provisions. He can escape from the sanction if he can prove that he is not involved in the false information about the material fact. Therefore, he has to be careful in receiving and giving information which has been received by the issued.
The default of the obligation is a common risk where the issuer cannot pay back the interest and the main loan to the investor. In playing his role and responsibility in guaranteeing the issuance, the underwriter guarantees the investors the interest and the main loan written in the obligation which will be paid in a due time. However, if there is a default, the underwriter will not be responsible for paying back the main loan and the interest. The most risky job of the underwriter is guaranteeing that the information given by the issuer is not false but based on the material fact. If it can be proved later that the underwriter intentionally does not attach or is based on the material fact, he can have criminal sanction imposed on him, along with all parties who have signed the registration statement, including the directors, lawyers, accountants, and assessors.
(14)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perekonomian merupakan salah satu dari tiga pilar utama pembangunan di samping sosial dan politik.1 Perekonomian dan dunia usaha tidak pernah lepas dari hutang piutang dan jaminan, baik dalam ruang lingkup perorangan, maupun dalam ruang lingkup yang lebih besar, seperti perusahaan. Suatu perusahaan harus selalu memikirkan cara untuk tetap menjaga kontinuitas perusahaan, bahkan cenderung agar dapat bergerak lebih maju untuk mengembangkan usahanya. Pengembangan perusahaan sudah barang tentu memerlukan dana untuk peningkatan modal. Dalam usaha peningkatan modal perusahaan dengan menarik dana dari luar perusahaan akan memperhatikan masalah jumlah dana dan jangka waktu untuk memperolehnya.
Di samping itu, jenis dana yang ditarik tidak kalah penting pula untuk dipertimbangkan. Apakah dana yang ditarik itu pinjaman atau modal sendiri, akan tergantung pada posisi keuangan perusahaan yang telah ada. Dengan demikian, bank tidak akan selalu dapat memenuhi permintaan perusahaan yang telah ada, sehingga bank juga tidak akan selalu dapat memenuhi kredit bagi perusahaan yang bersangkutan. Dalam posisi demikian, penambahan modal perusahaan dapat ditempuh dengan menambah equity (modal sendiri). Jika perusahaan sudah tidak
1
M. Irsan Nasrudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia (Jakarta: Kencana, 2008) hlm.77
(15)
mungkin untuk meningkatkan modal pinjaman, padahal peningkatan modal sudah sangat mendesak, akan semakin menyulitkan perusahaan jika tidak ada jalan keluarnya. 2
Pemerintah menyadari hal itu sehingga lahirlah lembaga keuangan yang dinamakan pasar modal. Pasar Modal adalah salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dananya. Pada hakekatnya, pasar modal merupakan jenis pasar (market), yang mana dapat diartikan bahwa di dalamnya terjadi aktivitas penjual dan pembeli untuk suatu komoditas atau jasa. Pasar modal mampu mengerahkan dana dari banyak pihak sehingga dana yang dibutuhkan pun akan cepat terpenuhi. Pasar Modal (capital market) mempertemukan pemilik dana (supplier of fund) dengan pengguna dana (user of fund) untuk tujuan investasi jangka menengah (middle-term investment) dan jangka panjang (long- term investment).3
Pasar modal memberikan peluang kepada masyarakat untuk melakukan investasi, baik investasi yang berjangka pendek, menengah maupun investasi berjangka panjang, sedangkan bagi pihak emiten semakin mudah untuk memperoleh dana dari masyarakat pemodal (investor) dengan cara menerbitkan surat berharga baik yang bersifat equitas maupun yang bersifat utang.4
2
Pandji Anoraga, dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, Cetakan ke-4 (Jakarta: Rhineka Cipta, 2003) hlm. 2
3
M. Irsan Nasrudin dan Indra Surya, Op. Cit., hlm.10 4
Gunawan Wijaya dan Jono, Seri Pengetahuan Pasar Modal: Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat dalam Pasar Modal (Jakarta: Kencana, 2006) hlm. 2
(16)
Emiten adalah pengguna dana, sedangkan pemilik dana ini disebut sebagai investor. Di pasar modal, emiten harus memiliki sesuatu untuk dijadikan jaminan atas dana yang akan dipinjam dari investor. Di samping harus dapat meyakinkan investor bahwa dana yang akan dipinjamkannya itu akan dikembalikan, emiten juga harus memiliki kualifikasi perusahaan yang mendukung.
Pasar Modal menurut Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) Pasal 1 angka 13 mendefinisikan pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Dalam definisi ini terdapat unsur-unsur pokok, yakni penawaran umum (Initial Public Offering/ IPO), perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Definisi dari pasar modal, lembaga dan profesi yang terkait di pasar modal, serta peraturan yang mengaturnya berbeda di tiap negara.
Namun secara substansi UUPM dalam banyak hal mirip dengan Undang-undang Pasar Modal Amerika Serikat (Securities Act 1933 dan Securities Exchange Act 1934)5. Dan beberapa negara (seperti Brazil dan Jepang) mengambil pola peraturan pasar modal Amerika Serikat dalam rangka menciptakan pasar yang efisien dan prinsip keterbukaan.6
5
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001) hlm. 10
6
(17)
Di pasar modal terjadi penawaran umum, dimana perusahan publik (emiten) menawarkan efek kepada para investor di suatu tempat yang dinamakan bursa. Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.7 Dalam bahasa Inggris disebut securities. Dalam Bahasa Belanda disebut effecten, dan dalam Bahasa Latin, effectus. Kata securities bersumber pada pengertian bahwa surat berharga tersebut memberikan garansi atau jaminan yang dapat dicairkan (liquid) dengan sejumlah uang sesuai dengan nilai yang tercantum dalam surat berharga itu. Sedangkan kata bursa diambil dari kata bourse, yang berarti tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk komoditas tertentu dengan penyelenggaranya melalui prosedur perantara.8
Untuk membantu di dalam mempersiapkan penawaran umum, termasuk due diligence yang diperlukan, membantu menyiapkan pernyataan pendaftaran dan menyampaikannya ke Badan Pengawas Pasar Modal 9(di Indonesia disebut Bapepam, di Amerika Serikat disebut Securities Exchange Comission/ SEC ), emiten dibantu oleh underwriter ( di Indonesia disebut Penjamin Emisi Efek). Setelah pendaftaran dinyatakan efektif, underwriter melakukan persiapan untuk pemasaran efek.
Defenisi underwriter menurut Securities Act 1933, Sec 2 (a).11 adalah:
The term ‘‘underwriter’’ means any person who has purchased from an issuer with a
view to, or offers or sells for an issuer in connection with, the distribution of any
7
Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka (5) 8
M. Irsan Nasrudin dan Indra Surya, Op. Cit., hlm.11 9
Asril Sitompul, Due Dilligence dan Tanggung jawab Lembaga-Lembaga Penunjang Pada Proses Penawaran Umum (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 2000) hlm. 14
(18)
security, or participates or has a direct or indirect participation in any such undertaking, or participates or has a participation in the direct or indirect underwriting of any such undertaking; but such term shall not include a person whose interest is limited to a commission from an underwriter or dealer not in excess
of the usual and customary distributors’ or sellers’ commission. As used in this paragraph the term ‘‘issuer’’ shall include, in addition to an issuer, any person directly or indirectly controlling or controlled by the issuer, or any person under direct or indirect common control with the issuer.
Jadi kedudukan underwriter di pasar modal (Amerika Serikat) menurut definisi ini adalah, bahwa underwriter pihak yang melakukan penawaran umum penjualan efek yang diterbitkan oleh emiten (issuer) kepada para investor melalui dealer; yang bekerja untuk kepentingan issuer.
Underwriter di Amerika Serikat terdiri atas beberapa unsur yang bekerja bersama-sama untuk kepentingan penjualan surat berharga issuer. Biasanya, yang paling dominan disebut investment bank. Walaupun disebut bank, namun secara fungsi, struktur dan ruang lingkup pekerjaan berbeda dengan bank komersial (comercial bank). Terkadang underwriter bisa saja terdiri dari beberapa investment bank atau beberapa perusahaan yang dipilih bergabung menjadi satu. Inilah yang disebut dengan underwriting syndicate, dengan investment bank tadi menjadi syndicate manager, managing underwriter. Mereka membagi tugas dalam mempersiapkan IPO, bahkan juga mengatur sesudahnya, tergantung perjanjian dengan issuer. Misalnya seperti broker, dealer (pialang) dan manager investasi menjadi ujung tombak pada divisi penjualan, karena berhubungan langsung dengan calon investor. Diantara mereka, yang disebut underwriting syndicate tersebut, terdapat perjanjian. Perjanjian tersebut mengatur mulai mengenai tugas
(19)
masing-masing divisi hingga bagian dalam pembayaran. Karena tugas dari underwriter biasanya mengatur bagaimana caranya agar surat yang diterbitkan issuer laku dan memenuhi target penjualan, sehingga dana yang dibutuhkan pun cepat didapatkan, maka underwriter dikatakan arranger (pengatur).10
Kebutuhan akan underwriter sebenarnya adalah karena adanya kesulitan dalam melakukan pemasaran, distribusi dan penjualan efek.11 Bagi investor dan emiten, underwriter berperan sebagai mediator. 12
Peran underwriter bagi investor dalam suatu penawaran umum tidak hanya akan memudahkan mereka mendapatkan efek yang sedang ditawarkan, karena adanya jaringan yang luas dari underwriter, serta para agen penjualan yang merupakan sindikasi dalam suatu penjaminan emisi. Tetapi juga dapat merupakan ”jaminan” bahwa efek tersebut ketika dicatatkan, dan diperdagangkan di bursa efek akan merupakan investasi menguntungkan. Hal ini karena underwriter pada waktu efek itu diperdagangkan di bursa efek, akan memainkan peranan yang sangat penting dalam rangka stabilisasi harga yang dilakukan oleh underwriter. Oleh karena itu, investor dalam membeli efek yang ditawarkan juga harus melihat siapa yang akan melakukan penjaminan emisi atas efek yang sedang ditawarkan tersebut. Underwriter yang berpengalaman dianggap sebagai jaminan bahwa harga saham akan naik dan investor
10
Disarikan dari http://thismatter.com/money/stock/investmen/banking.htm, diakses tanggal 31 Agustus 2010
11
Hamud M Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia (Jakarta: Tata Nusa, 2006) hlm 62 12
Wijaya, Gunawan dan Jono, Seri Pengetahuan Pasar Modal: Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat dalam Pasar Modal (Jakarta: Kencana, 2006) hlm.58
(20)
akan mendapatkan capital gain (keuntungan yang diperoleh investor dari selisih harga beli dan harga jual saham).13
Antara emiten dan underwriter terdapat perjanjian yang mengikat keduanya. Perjanjian itu disebut Underwriting Agreement (Perjanjian Penjaminan Emisi Efek). Beberapa bentuk komitmen penjaminan emisi :14
1. Full commitment.
Dengan sistem ini, underwriter setuju untuk membeli seluruh efek yang ditawarkan dan dengan demikian ia menanggung resiko akan tidak terjualnya keseluruhan efek yang ditawarkan.
2. Best efforts.
Bahwa underwriter setuju untuk menjamin bahwa ia akan menggunakan “best effort”-nya untuk menjual efek yang ditawarkan, dengan tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak habis terjual.
3. Standby commitment
penjamin emisi efek berkomitmen agar saham yang tidak terjual di pasar perdana dapat dibeli oleh penjamin emisi efek pada harga tertentu.
4. Best effort all or none.
Dalam hal ini, penawaran akan dibatalkan bila underwriter tidak berhasil untuk menjual seluruh efek yang ditawarkan.
13
Balfas, Hamud M, Op. Cit., hlm. 254 14
(21)
Apabila underwriter dan emiten telah sepakat untuk melakukan penawaran umum berdasarkan jenis kontrak/ perjanjian yang ditentukan, pihak tersebut wajib melakukan penawaran umum sesuai dengan kontrak/ perjanjian yang dibuat dan untuk itu harus dicantumkan dalam prospektus.15
Prospektus (prospectus) adalah setiap informasi tertulis sehubungan dengan penawaran umum dengan tujuan agar pihak lain membeli efek.16 Prospektus merupakan dokumen yang dikeluarkan oleh perusahan untuk tujuan penerbitan surat-surat berharga yang akan dijual oleh perusahaan tersebut (issuer), termasuk data-data yang berhubungan dengan keuangan perusahaan.17 Kebutuhan akan prospektus ini sangat penting bagi investor karena isinya merupakan informasi yang akan menentukan keputusan calon investor dalam melakukan investasi.
Dengan melakukan penawaran umum, berarti perusahaan dituntut untuk lebih terbuka dan harus mengikuti peraturan-peraturan pasar modal mengenai kewajiban pelaporan. Segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan baik pemasukan maupun pengeluaran harus tercatat secara terperinci dan dapat dipertanggungjawabkan. Perusahaan harus selalu membuat pelaporan yang diwajibkan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Laporan keuangan juga terus dipantau baik oleh pemilik modal maupun oleh masyarakat umum, sehingga jika
15
Penjelasan Pasal 39 UUPM 16
Pasal 1 angka 26 UUPM 17
Howell, Rate A, and Allison, John R., Business Law: Text and Cases, Third Edition, CBS College Publishing, 1985, p. 1311
(22)
terjadi penyimpangan bisa segera diketahui. Dengan adanya laporan ini, maka akan dapat diketahui seberapa jauh perkembangan dari perusahaan.18
Jadi underwriter juga merupakan penjamin. Penjaminan mereka didasarkan atas informasi yang diberikan oleh emiten/ issuer (penerbit surat hutang). Dengan demikian mereka akan berusaha meyakinkan calon investor/ buyer bahwa dana yang akan mereka investasikan dalam bentuk surat berharga tersebut akan dibayar pada waktu yang telah diperjanjikan. Ketika emiten/ issuer gagal atau lalai memenuhi prestasinya, apakah underwriter bisa dimintai pertanggungjawaban?
Penelitian ini akan mengambil studi kasus mengenai surat hutang (notes) yang diterbitkan oleh Indah Kiat International Finance B.V., sebagai issuer. Indah Kiat International Finance B.V. adalah anak perusahaan PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk., yang merupakan satu perusahaan yang berada dibawah suatu group afiliasi19 perusahaan yaitu Sinar Mas Group.
Indah Kiat International Finance B.V. menerbitkan dan menjual suatu Surat Hutang (Guaranteed Secured Senior Notes) yang terdiri dari tiga seri surat hutang yang jumlah pokoknya secara keseluruhan adalah kurang lebih US$ 500,000,000,- yang berupa:
a. Surat Hutang sebesar US$ 150,000,000,- yang dijamin dengan suku bunga 11 3/8 % yang jatuh tempo pada tahun 1999 (selanjutnya disebut dengan “Surat Hutang Jatuh Tempo Tahun 1999 (Notes Due 1999));
18
Pandji Anoraga dan Piji Pakarti, op. cit., hlm. 48 19
Afiliasi adalah hubungan antara dua perusahaan yang dikendalikan baik langsung maupun tidak langsung oleh pihak yang sama. (Pasal 1 angka 1e UUPM)
(23)
b. Dua Surat Hutang masing-masing sebesar US$ 100,000,000,- yang dijamin dengan suku bunga 11 7/8 % yang jatuh tempo pada tahun 2002 (selanjutnya disebut dengan “Surat Hutang Jatuh Tempo Tahun 2002 (Notes Due 2002)); dan c. Surat Hutang sebesar US$ 150,000,000,- yang dijamin dengan suku bunga 12 1/2
% yang jatuh tempo pada tahun 2006 (selanjutnya disebut dengan “Surat Hutang Jatuh Tempo Tahun 2006 (Notes Due 2006)
PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. bertindak menjadi penjamin (guarantor) terhadap surat hutang yang dikeluarkan tersebut. Diletakkannya hak tanggungan serta jaminan fidusia atas asset-asset yang dimiliki oleh PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk., yang berada di Indonesia, termasuk juga Akta Assignment Polis Asuransi dan Surat Kuasa Untuk Menjual adalah karena tanpa adanya agunan serta jaminan tersebut, para penanam modal (investor) tidak akan memiliki jaminan serta kepastian bahwa dana yang mereka berikan akan dikembalikan. Ini dikarenakan dalam hal ini Indah Kiat International Finance B.V. sebenarnya didirikan untuk tujuan penerbitan surat hutang dipasar modal internasional.
Sebagai agen penjual (dealer) Surat Hutang (Notes) tersebut kemudian ditunjuklah Morgan Stanley & Co. Incorporated. sebagai Penjamin Emisi Efek (Underwriter). Berdasarkan Perjanjian Penjaminan Emisi (Underwriting Agreement) tertanggal 23 Juni 1994 antara Indah Kiat International Finance B.V., PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. dan Morgan Stanley & Co. Incorporated, pada awalnya Notes dibeli oleh Morgan Stanley & Co. Incorporated (Underwriter), yang mana kemudian menjual obligasi tersebut kepada berbagai investor internasional. Hasil dari obligasi
(24)
yang diterbitkan tersebut dibayarkan oleh Underwriter kepada Indah Kiat International Finance B.V. Underwriting agreement ini ditandatangani oleh Indah Kiat International Finance B.V. sebagai penerbit (issuer), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk., sebagai penjamin (guarantor) dan Morgan Stanley & Co. Incorporated sebagai underwriter (penjamin emisi efek).
Perlu diketahui bahwa surat hutang yang diterbitkan Indah Kiat International Finance BV tersebut dicatatkan di Bursa Efek Luxembourg (Luxembourg Stock Exchange) dan dipasarkan di Bursa Saham New York (New York Stock Exchange/ NYSE, atau biasa disebut orang ”Wallstreet”). Dan keseluruhan perjanjian yang berhubungan dengan penerbitan surat hutang tersebut diatur dan tunduk kepada hukum Negara Bagian New York.
Dari hasil penjualan ketiga jenis surat hutang tersebut, Indah Kiat International Finance B.V. akhirnya mendapatkan dana total kurang lebih US$ 500.000.000,00. yang selanjutnya dipinjamkan kepada PT Indah Kiat Pulp & Paper dan dituangkan dalam Loan Agreement tanggal 29 Juni 1994 yang kemudian diperbaharui dengan Restated and Amended Loan Agreement tanggal 29 September 1995.
Pembayaran terhadap surat hutang tersebut awalnya berjalan dengan lancar sesuai dengan mekanisme yang telah diperjanjikan dalam Underwriting Agreement, dimana Indah Kiat International Finance B.V. membayar kepada para pemegang surat hutang (notesholder). Namun kemudian pada tanggal 10 Mei 2001, Indah Kiat International Finance B.V. telah melakukan cidera janji untuk melakukan pembayaran kembali atas Surat Hutang (Notes) tersebut. PT Indah Kiat Pulp & Paper
(25)
Tbk. dalam hal ini ternyata menolak untuk mematuhi kewajibannya sebagai Penjamin (Guarantor).
Oleh karena cidera janji yang dilakukan oleh Indah Kiat International Finance B.V., kemudian Para Pemegang Surat Hutang (Noteholders) mengajukan gugatan terhadap Indah Kiat International Finance B.V., PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. dan Asia Pulp & Paper Company Ltd (APPC)20 di New York. PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. didepan sidang pengadilan di New York ini secara tegas mengakui keabsahan dari transaksi tersebut (sesuai Jawaban yang diajukan di New York pada tanggal 7 April 2003). Pengadilan di New York pada akhirnya mengabulkan gugatan dari Para Pemegang Surat Hutang tersebut.
Meskipun mengetahui isi putusan dari Pengadilan di New York tersebut diatas, mengetahui dan mengakui sebelumnya mengenai keabsahan transaksi serta penerimaan kurang lebih US$ 500 juta, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. mengajukan gugatan kembali melalui kuasa hukumnya ke Pengadilan Negeri Bengkalis, pada tanggal 13 November 2003 dengan alasan bahwa transaksi pembiayaan dalam perkara ini telah bertentangan dengan hukum Indonesia. Indah Kiat International Finance BV. bahkan menjadi salah satu tergugat bersama dengan Morgan Stanley & Co Incorporated selaku underwriter yang dituntut mengganti
20
Pada sekitar akhir tahun 1994 dan awal tahun 1995, Sinar Mas Group telah melakukan restrukturisasi perusahaan dengan mendirikan suatu kelompok perusahaan yang berada dibawah suatu group besar yang memiliki saham di beberapa perusahaan kertas di Asia yaitu Asia Pulp & Paper (APP Group) dengan induk perusahaan (holding company) yang berbasis di negara Singapura yaitu Asia Pulp & Paper Company Ltd (APPC). PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. pada saat ini adalah anak perusahaan dari APPC melalui kepemilikan saham oleh APPC pada PT Purinusa Ekapersada yang merupakan pemegang 52,46 % saham di PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk.
(26)
kerugian materiil. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk juga memohon pembatalan dan menyatakan tidak sah seluruh perjanjian termasuk underwriting agreement (perjanjian penjaminan emisi) karena menganggap perjanjian-perjanjian tersebut dibuat tidak dengan itikad baik dan mengandung banyak rekayasa.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran underwriter dalam prosedur penerbitan surat hutang di pasar modal?
2. Bagaimana tanggung jawab underwriter menurut Perjanjian Penjaminan Emisi (Underwiting Agreement)?
3. Bagaimana tanggungjawab underwriter bila terjadi penerbit (issuer) gagal memenuhi prestasinya (wanprestasi) dalam pembayaran surat hutang?
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan permasalahan yang akan dikaji, maka penelitian tesis ini akan bertujuan:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis peran underwriter dalam prosedur penerbitan surat hutang di pasar modal.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab underwriter (Penjamin Emisi Efek) menurut Perjanjian Penjaminan Emisi (Underwiting Agreement).
(27)
3. Untuk mengetahui dan menganalisis tanggungjawab underwriter bila terjadi penerbit (issuer) gagal memenuhi prestasinya (wanprestasi) dalam pembayaran surat hutang.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis;
1. Secara Teoritis, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran bagi Ilmu Hukum secara umum maupun Hukum Pasar Modal di Indonesia secara khusus; 2. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang memiliki pekerjaan di bidang investasi dan pasar modal bahkan menjadi pertimbangan hukum bagi para aparat penegak hukum di dalam menghadapi kasus-kasus serupa di masa yang akan datang.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelusuran terhadap penelitian-penelitian yang berhubungan dengan Underwriter (Penjamin Emisi Efek), khususnya yang ada di lingkungan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, ada dua hasil penelitian yang membahas tentang Tanggungjawab Underwriter. Penelitian-penelitian tersebut antara lain;
(28)
Pertama: Penelitian yang dilakukan oleh Linda Joan Tanos21 tahun 2008 tentang perjanjian antara underwriter dan emiten dalam rangka Initial Public Offering (IPO), dimana penelitian ini membahas mengenai bagaimana aspek hukum suatu perusahaan yang akan go public; bagaimana bentuk perjanjian antara underwriter dan emiten dalam rangka initial public offering (IPO), dan bagaimana kedudukan underwriter dan emiten dalam perjanjian penjaminan emisi efek dalam rangka initial public offering (IPO).
Kedua: Penelitian yang dilakukan oleh Mega Kartika22 tahun 2009 tentang peran dan tanggungjawab underwriter dalam perjanjian full commitment di pasar perdana yang membahas tentang bagaimana peran dan tanggungjawab underwriter dalam perjanjian full commitment di pasar perdana; apa saja yang dikategorikan sebagai penyimpangan oleh underwriter pada proses penawaran umum perdana dan bagaimana akibat hukumnya; serta bagaimana jika terjadi sengketa antara underwriter dan emiten.
Sementara penelitian ini akan mengkaji ”Tanggung Jawab Underwriter terhadap Surat Hutang yang tidak dibayar pada saat Jatuh Tempo”, dengan studi kasus atas surat hutang yang dikeluarkan oleh Indah Kiat International Finance B. V. Pembahasan akan difokuskan mengenai apa yang menjadi tanggungjawab underwriter dalam perjanjian penjaminan emisi (underwriting agreement) dan
21
Linda Joan Tanos, Perjanjian antara Underwriter dan Emiten dalam Rangka Initial Public Offering (IPO), Tesis, Magister Kenotariatan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2008
22
Mega Kartika, Peran dan Tanggung Jawab Underwriter Dalam Perjanjian Full Commitment di Pasar Perdana, Tesis, Magister Ilmu Hukum Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009
(29)
bagaimana tanggungjawabnya terhadap surat hutang yang dijualnya jika tidak dibayar oleh emiten pada saat jatuh tempo; apa yang menjadi tanggungjawab perusahaan induk selaku guarantor jika anak perusahaan selaku emiten melakukan cidera janji.
Demikianlah dapat ditegaskan bahwa tesis dengan judul ”Tanggung Jawab underwriter terhadap Surat Hutang yang tidak dibayar pada saat Jatuh Tempo” (Studi Kasus atas Surat Hutang yang dikeluarkan oleh Indah Kiat International Finance B. V.), belum pernah diteliti sebelumnya. Tesis ini merupakan karya asli yang disusun berdasarkan referensi buku-buku, media cetak dan elektronik, putusan-putusan pengadilan serta berbagai pihak yang membantu di dalam proses penyelesaiannya, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya baik secara ilmiah maupun secara akademik.
Oleh karena itu penelitian ini terbuka terhadap masukan dan kritik yang konstruktif terkait dengan data dan analisis didalamnya, serta diharapkan penelitian ini nantinya dapat melengkapi penelitian yang dilakukan sebelumnya.
F. Kerangka Teori dan Konsepsional 1. Kerangka teori
Kerangka teori yakni kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis si penulis mengenai sesuatu kasus ataupun permasalahan (problem), yang bagi si
(30)
pembaca menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin ia setujui ataupun tidak disetujuinya. Ini merupakan masukan eksternal bagi pembaca.23
Dalam pembahasan mengenai ”Tanggung Jawab Underwriter terhadap Surat Hutang yang tidak dibayar pada saat Jatuh Tempo” (Studi Kasus atas Surat Hutang yang dikeluarkan oleh Indah Kiat International Finance B. V.), kerangka teori yang digunakan adalah:
a. Teori Pertanggungjawaban Hukum
Teori hukum mengatakan, jika pemegang hak dan kewajiban adalah manusia, berarti yang dibicarakan oleh teori tradisional adalah orang secara fisik (physical person), dan apabila pemegang hak dan kewajiban itu entitas lain, berarti yang dibicarakan teori tradisional itu adalah badan hukum (juristic person)24
Manusia bukanlah satu-satunya subyek hukum. Dalam lalu lintas hukum diperlukan sesuatu hal lain yang bukan manusia yang menjadi subyek hukum. Disamping orang dikenal juga subyek hukum yang bukan manusia yang disebut badan hukum. Badan hukum adalah organisasi atau kelompok manusia yang mempunyai tujuan tertentu yang dapat menyandang hak dan kewajiban. Negara dan perseroan terbatas misalnya adalah organisasi atau kelompok manusia yang merupakan badan hukum. Badan hukum itu bertindak sebagai satu kesatuan
23
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian (Bandung: Mandar Maju, 1994) hal. 80 24
Hans Kelsen, Pure Theorie of Law, (Barkley : University California Press, 1978), terjemahan oleh Raisal Muttaqien, Teori Hukum Murni: Dasar-dasar Ilmu Hukum Normatif, (Bandung: Nusamedia & Nuansa, 2006), hal. 194.
(31)
dalam lalu lintas hukum seperti orang. Hukum menciptakan badan hukum oleh karena pengakuan organisasi atau kelompok manusia sebagai subjek hukum itu sangat diperlukan karena ternyata bermanfaat bagi lalu lintas hukum.25
Setiap subyek hukum baik orang maupun badan hukum pada umumnya dapat mempunyai hak dan kewajiban. Dikatakan pada umumnya oleh karena beberapa hak tertentu yang timbul dari hukum tentang orang dan hukum keluarga yang melekat pada manusia hanya dapat dimiliki oleh subyek hukum orang saja dan tidak dapat dimiliki oleh badan hukum. Tatanan yang diciptakan oleh hukum itu baru menjadi kenyataan apabila kepada subyek hukum diberi hak dan dibebani kewajiban. Setiap hubungan hukum yang diciptakan oleh hukum selalu mempunyai dua segi yang isinya di satu pihak hak, sedang di pihak lain kewajiban. Tidak ada hak tanpa kewajiban, sebaliknya tidak ada kewajiban tanpa hak.26
Hak adalah kepentingan yang dilindungi hukum, sedangkan kepentingan adalah tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. Kepentingan pada hakekatnya mengandung kekuasaan yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dalam melaksanakannya. Hak pada hakekatnya merupakan hubungan antara subyek hukum dengan obyek hukum atau subyek hukum dengan subyek hukum lain yang dilindungi oleh hukum dan menimbulkan kewajiban.
25
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), (Yoyakarta: Liberty, 2005), hlm. 74
26
(32)
Apa yang dinamakan kewajiban ialah suatu beban yang bersifat kontraktual. Hak dan kewajiban itu timbul apabila terjadi hubungan hukum antara dua pihak yang di dasarkan pada suatu kontrak atau perjanjian. Jadi selama hubungan hukum yang lahir dari perjanjian itu belum berakhir, maka pada salah satu pihak ada beban kontraktual, ada keharusan atau kewajiban untuk memenuhinya. sebaliknya apa yang dinamakan tanggungjawab adalah beban yang sifatnya moral. Pada dasarnya, sejak lahirnya kewajiban, sudah lahir pula tanggung jawab. Akan tetapi kalau kemudian kewajibannya tidak dilaksanakan dan hubungan hukumnya hapus karena kadaluarsa (bukan karena berakhirnya hubungan hukum yang disebabkan karena telah dipenuhinya kewajiban), maka tanggungjawab itu tampak lebih menonjol. Jadi kewajiban merupakan beban kontraktual, sedang tanggung jawab merupakan beban moral. 27
Dilihat dari aspek lingkup bidang hukum, maka secara umum konsep tanggung jawab hukum (liability) akan merujuk pada tanggung jawab hukum dalam ranah hukum publik dan tanggung jawab hukum dalam ranah hukum privat.28 Tanggungjawab hukum dalam ranah hukum publik misalkan tanggungjawab administrasi Negara dan tanggungjawab hukum pidana. Sedangkan tanggungjawab dalam ranah hukum privat, yaitu tanggung jawab
27
ibid., hlm 49 28
Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, cet. 28, (Jakarta:PT. Pradnya Paramita, 2000), hlm. 174. Bahwa Hukum Publik adalah pertaturan perundang-undangan yang obyeknya adalah kepentingan-kepentingan umum dan yang karena itu , soal mempertahankannya dilakukan oleh pemerintah, sedangkan hukum privat adalah peraturan perundang-undangan hukum yangobyeknya ialah kepentingan-kepentingan khusus dan yang soal akan dipertahankannya atau tidak diserahkan kepada pihak yang berkepentingan.
(33)
hukum dalam hukum perdata dapat berupa tanggungjawab berdasarkan wanprestasi dan tanggungjawab berdasarkan perbuatan melawan hukum 29 (tort (Inggris)/ onrechtmatigedaad (Belanda) (selanjutnya disingkat PMH).
Underwriter merupakan badan hukum perusahaan efek, yang memiliki organ-organ di dalamnya untuk membantu operasional perusahaan. Di dalam menjalankan peranannya sebagai badan hukum, underwriter memiliki tanggung jawab terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di samping itu, perjanjian yang dituangkan dalam Underwriting Agreement (Perjanjian Penjaminan Emisi) juga mengikat underwriter untuk bertanggung jawab sesuai dengan apa yang sepakati di dalam perjanjian hingga berakhirnya kesepakatan. b. Teori Kehendak (Will Theory) oleh Roscoe Pound.30
Menurut teori ini, suatu kesepakatan mengikat karena memang merupakan keinginan para pihak yang menginginkan kesepakatan itu mengikat. Para pihak sendirilah yang pada intinya menyatakan kehendaknya untuk mengikatkan diri. Sejalan dengan teori kehendak tersebut, Subekti mengungkapkan bahwa,“..Perikatan yang lahir dari perjanjian memang dikehendaki oleh dua orang atau dua pihak yang membuat suatu perjanjian...” 31.
29
Istilah Perbuatan Melawan Hukum merupakan terjemahan dari istilah onrechtmatigedaad, namun demikian ada juga yang menterjemahkannya perbuatan melanggar hukum. Namun demikian banyak ahli hukum yang menggunakan istilah perbuatan melawan hukum (Moegni Djojodirjo).Istilah “melawan” lebih tetap dari “melanggar” karena pada katamelawan melekat kedua sifat aktif maupun pasif. Lihat Moegni Djojodirdjo,Perbuatan MelawanHukum, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1979)., hlm. 13
30
Huala Adolf, Dasar-dasar Hukum Kontrak Internasional (Bandung: Refika Aditama, 2007) hlm. 18
31
(34)
Perjanjian dapat diartikan sesuai dengan Pasal 1313 KUH Perdata :
Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
Perikatan adalah hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan yang menerbitkan kewajiban pada salah satu pihak dalam hubungan hukum tersebut; atau dengan rumusan yang lebih singkat perikatan adalah kewajiban dalam lapangan harta kekayaan. Setiap perikatan membawa serta di dalamnya dua unsur pembentuknya, yaitu Schuld dan Haftung. Schuld berbicara soal kewajiban yang harus dipenuhi debitor kepada kreditor, terlepas dari ada tidaknya harta kekayaan debitor yang dapat dijadikan sebagai jaminan bagi pemenuhan kewajiban debitor. Sementara itu, Haftung berbicara soal keberadaan jaminan harta kekayaan yang dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban debitor, tanpa memperhatikan siapa yang berkewajiban untuk memenuhi kewajiban dalam lapangan harta kekayaan tersebut. Pada perikatan umumnya, Schuld dan Haftung senantiasa ada bersama-sama pada diri debitor. Dengan demikian, seorang debitor yang tidak memenuhi kewajibannya dapat dituntut pemenuhannya oleh kreditor dengan mengambil jaminan harta kekayaan atau kebendaan debitor yang ada, maupun yang akan ada di kemudian hari. Hal ini terefleksi dalam ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata yang menyatakan sebagai berikut: Segala kebendaan debitor, baik yang bergerak
(35)
maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan.32 Sebagai perikatan yang dibuat dengan sengaja, atas kehendak para pihak secara sukarela, maka segala sesuatu yang telah disepakati, disetujui oleh para pihak harus dilaksanakan oleh para pihak sebagaimana telah dikehendaki oleh mereka. Dalam hal salah satu pihak dalam perjanjian tidak melaksanakannya, maka pihak lain dalam perjanjian berhak untuk memaksakan pelaksanaannya melalui mekanisme dan jalur hukum yang berlaku.33
Dikarenakan perjanjian adalah sumber dari perikatan, maka perlu diketahui hal-hal yang menjadi syarat sah-nya suatu perjanjian yang terdapat di dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
Jika suatu perjanjian tidak memenuhi keempat unsur diatas, maka perjanjian dianggap tidak sah bahkan batal demi hukum. Dan mengenai hapusnya suatu perikatan diatur dalam pasal 1381 KUH Perdata yaitu:
1.Karena pembayaran;
2.Karena penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan;
3.Karena pembaharuan utang;
4.Karena perjumpaan utang atau kompensasi; 5.Karena percampuran utang;
32
Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis: Efek Sebagai Benda (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005)
33
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang lahir dari perjanjian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003) hal. 59
(36)
6.Karena pembebasan utang;
7.Karena musnahnya barang yang terutang; 8.Karena kebatalan dan pembatalan;
9.Karena berlakunya syarat batal; 10.Karena lewat waktu.
c. Prinsip-prinsip kontrak universal
Pada kasus yang akan dianalisis didalam penelitian ini, perjanjian dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak tunduk pada satu sistem hukum, bahkan kontrak atau perjanjiannya dilakukan diluar dari negara Indonesia. Oleh karena sifatnya internasional, maka harus juga dipakai beberapa prinsip-prinsip atau asas-asas perjanjian atau kontrak yang diakui secara universal.
Secara umum, di dalam hukum kontrak internasional dapat digolongkan kedalam dua bagian prinsip pengaturan, yaitu:34
1). Prinsip Fundamental Hukum Kontrak Internasional,
a). Prinsip Fundamental Supremasi/ Kedaulatan hukum Nasional,
prinsip ini mensyaratkan bahwa hukum nasional tidak dapat diganggu gugat keberadaannya. Kekuatan mengikatnya adalah mutlak. Setiap benda, subjek hukum, perbuatan atau peristiwa hukum, termasuk didalamnya transaksi dagang yang dituangkan ke dalam kontrak, yang terjadi di dalam wilayah suatu negara tunduk secara mutlak pada hukum nasional tersebut.
b). Prinsip Fundamental Kebebasan berkontrak
34
(37)
prinsip ini mensyaratkan bahwa para pihak bebas menetapkan bentuk dan isi kontrak berdasarkan kesepakatan mereka.
2). Prinsip-prinsip Hukum Kontrak Internasional a). Prinsip Pacta Sunt Servanda,
prinsip ini mengatur para pelaku harus melaksanakan kesepakatan-kesepakatan yang telah disepakatinya dan dituangkan dalam kontrak. Dalam Black’s Law Dictionary diartikan : ”agreements must be kept”. The rule that agreements and stipulations, especially those contained in
treaties must be observed”35
Perjanjian yang dibuat secara sah mengikat kedua belah pihak seperti mengikatnya sebuah undang-undang (pasal 1338 KUHPerdata)
b). Prinsip Good Faith (Itikad Baik)
Black’s Law Dictionary memberikan pengertian itikad baik adalah:36
“in or with good faith; honestly, openly, and sincerely; without deceit or fraud. Truly; actually; without simulation or pretense”.
Prinsip ini penting karena dengan hanya adanya prinsip inilah maka rasa percaya yang sangat dibutuhkan dalam bisinis agar pembuatan kontrak dapat direalisasikan. Namun prinsip ini mengandung makna yang berbeda diantara sistem hukum kontinental dan common law.37 Dikarenakan penelitian ini nantinya juga akan membahas kasus yang melibatkan negara
35
Henry Campbel Black, Black’s Law Dictionary (St. Paul: Minn., 5th . ed, 1979) p. 1133 36
ibid 37
(38)
dengan kedua sistem hukum tersebut, maka ada baiknya kita ketahui perbedaan antara keduanya
Dalam sistem hukum kontinental, pendekatan terhadap prinsip ini didasarkan pada filosofi dari kontrak yang memusatkan hubungan para pihak. Artinya di berbagai negara penganut sistem hukum ini, seperti KUH Perdata Belgia, Jerman dan Italia, mensyaratkan itikad baik bukan saja ketika kontrak ditandatangani, tetapi juga sebelum kontrak ditutup. Dalam sistem common law, tidak mengenal bahwa dalam proses negosiasi para pihak terikat oleh prinsip itikad baik. Penganut sistem ini, seperti Inggris dan Amerika Serikat berpendirian sama, selama kontrak belum ditandatangani, para pihak tidak terikat satu sama lain dan tidak memiliki kewajiban apapun terhadap pihak lainnya hingga kontrak tersebut akhirnya ditandatangani.38
Prinsip itikad baik ini juga diakui dan diwajibkan pelaksanaannya secara internasional, seperti UNIDROIT (the UNIDROIT principles of International Commercial Contracts) dan United Nations on Contracts for the International Sale of Goods (CSIG).39
c). Prinsip Resiprositas (timbal balik)
Prinsip ini mensyaratkan bahwa para pihak dalam kontrak harus melaksanakan hak dan kewajibannya masing-masing secara timbal balik,
38
Huala Adolf, op. cit., hal. 25-26 39
(39)
serta memberi “keuntungan” timbal balik. Artinya, dimana ada hak satu pihak, disitu ada kewajiban pihak itu, demikian sebaliknya.
Di Indonesia berlaku suatu asas dalam penyusunan perancangan kontrak perjanjian yang disebut dengan Asas Konsensualisme (Consensus), yaitu dimana persetujuan-persetujuan dapat terjadi karena persesuaian kehendak (konsensus) para pihak yang membuat perjanjian, yang ditandai dengan apa yang dikehendaki pihak yang satu juga dikehendaki oleh pihak lainnya. Kedua kehendak itu bertemu dengan dalam “sepakat” tersebut.40
Asas ini tercantum di dalam pasal 1320 KUH Perdata.
Konsensus ini tidak ada bila terdapat 3 (tiga) hal (pasal 1321 KUHPerdata) yaitu:
1. Paksaan (dwang); 2. Kekhilafan (dwaling); 3. Penipuan (bedrog).
2. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep yang dipakai dalam membangun penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Tanggungjawab:
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya; atau kewajiban menanggung, memikul
40
(40)
jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.41
b. Underwriter (Penjamin Emisi Efek):
Pihak yang membuat kontrak dengan Emiten untuk melakukan Penawaran Umum bagi kepentingan Emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual42
Beberapa bentuk komitmen penjaminan emisi :43 1. Full commitment.
2. Best efforts.
3. Standby commitment 4. Best effort all or none.
Di Pasar Modal Amerika Serikat, penjaminan emisi firm commitment (full commitment) dan best efforts adalah yang paling banyak digunakan.
c. Underwriting Agreement (Perjanjian Penjaminan Emisi):
41
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) 42
Pasal 1, angka 17 dari UU No. 8 Tahun 1995 (Undang-Undang Pasar Modal) 43
Asril Sitompul, Due Dilligence dan Tanggung jawab Lembaga-Lembaga Penunjang Pada Proses Penawaran Umum (Bandung, Citra Aditya Bhakti,2000) hal 14-15
(41)
Suatu ikatan yang ada antara underwriter di satu pihak dan emiten di lain pihak untuk melakukan penjualan dan distribusi efek (surat berharga) yang akan dikeluarkan emiten.
d. Surat Hutang (Notes):
dapat disebut sebagai efek bersifat hutang, obligasi atau surat berharga komersial tergantung dari tenggang waktu jatuh tempo pembayarannya ataupun ciri-ciri lain. Pemegang efek bersifat hutang ini secara khusus berhak atas pembayaran pokok hutang beserta bunganya beserta hak-hak lainnya sesuai dengan yang diperjanjikan dalam persyaratan penerbitan surat hutang seperti misalnya hak untuk memperoleh informasi tertentu. Efek bersifat hutang ini biasanya diterbitkan dengan jangka waktu jatuh tempo yang tetap dan hanya dapat diuangkan pada saat tanggal jatuh tempo efek. Efek ini dapat disertai jaminan ataupun tanpa disertai jaminan, dan apabila tanpa disertai jaminan maka dapat diperjanjikan dalam penerbitan efek bahwa pemegang efek adalah memiliki peringkat yang tertinggi dibandingkan peringkat pemberi hutang tanpa jaminan lainnya dalam hal terjadinya kepailitan.44
Surat Hutang (Notes) yang akan dibahas dalam penelitian ini merupakan surat hutang yang tidak pernah ditawarkan untuk dijual di pasar modal Indonesia akan tetapi dijual melalui pasar perdana dan sekunder dan didaftarkan di Bursa Efek Luxembourg (Luxembourg Stock Exchange) berdasarkan US Securities Act 1933 dan
44
http://id.wikipedia.org/wiki/Efek_%28keuangan%29#Efek_bersifat_hutang, diakses pada tanggal 26 juni 2010
(42)
US Indenture Act 1939, kepada investor non-Indonesia yang sebagian besar berkedudukan di Amerika Serikat.
G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif didefinisikan sebagai penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan.45 Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif, yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan46 .
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian yang bersifat deskriptif analitis berupa penggambaran, penelaahan dan penjelasan terhadap tanggungjawab underwriter (penjamin emisi ) sebagai penjual surat hutang yang tidak dibayar pada saat jatuh tempo, kemudian akan dihubungkan dengan kasus atas surat hutang yang dikeluarkan oleh Indah Kiat International Finance B.V.
45
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988) hal.10
46
Soerjono Soekanto, Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004) hal 14
(43)
3. Sumber Data
Dalam penelitian hukum dikenal data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan pustaka47. Data dalam penelitian ini adalah seperti lazimnya penelitian hukum normatif, yaitu mempergunakan data sekunder baik dalam bentuk bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier sebagai data utama/ pokok penelitian.48
Uraian tentang bahan hukum yang dikaji meliputi beberapa hal berikut:
a. Bahan Hukum primer, yakni bahan hukum yang terdiri atas peraturan perundang-undangan, antara lain; Undang-undang No 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) dan Peraturan Pemerintah No 45 tahun 1995 sebagai peraturan pelaksananya, Peraturan Menteri Keuangan dan Bapepam.
b. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang terdiri atas buku-buku teks (textbooks) yang ditulis para ahli hukum yang berpengaruh (deherseende leer), jurnal-jurnal hukum, pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum, yurisprudensi dan hasil-hasil simposium mutakhir yang berkaitan dengan topik penelitian.
47
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1984) hal 51 48
Bambang Sunggono, Penelitian Hukum: Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002) hal 194-195
(44)
c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus hukum, encyclopedia dan lain-lain. 49
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumen kepustakaan (library research), yaitu pengumpulan data dokumen, literatur dan mempelajari ketentuan peraturan perundang-undangan serta membaca dan menganalisa hasil putusan pengadilan terhadap kasus yang akan diteliti.
5. Metode Analisis Data
Seluruh data yang sudah diperoleh dan dikumpulkan selanjutnya akan ditelaah dan dianalisis secara kualitatif. Kemudian diuraikan kembali untuk disajikan secara sistematis, sehingga menghasilkan pembahasan yang dapat digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini.
49
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Malang: Bayumedia, 2008) hal. 296
(45)
BAB II
PERAN UNDERWRITER DALAM
PROSEDUR PENERBITAN SURAT HUTANG DI PASAR MODAL
A. Penerbitan Surat Hutang (Obligasi)
Surat hutang disebut sebagai efek bersifat hutang, obligasi atau surat berharga komersial. Surat hutang (debt security) adalah surat berharga50 yang menggambarkan bahwa penerbit meminjam dana yang harus dilunasi oleh peminjam di masa yang akan datang. Atas pinjaman tersebut pihak penerbit memberikan kupon pada tingkat tertentu secara periodik kepada pembeli surat hutang tersebut.51 Di Indonesia, jenis efek ini dikenal dengan obligasi yaitu suatu pernyataan hutang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji untuk membayar kembali pokok utang beserta bunganya kelak pada tanggal jatuh tempo pembayaran.
Banyak perusahaan swasta dan badan usaha milik negara (BUMN) mencari dana segar melalui penerbitan obligasi. Pengisuan suatu obligasi dapat dilakukan
50
Sesuatu surat dapat dikatakan sebagai surat berharga jika surat-surat tersebut mempunyai nilai, seperti uang tunai dan dapat ditukarkan dengan uang tunai. Dalam hal ini surat-surat yang dikeluarkan dapat dibagi menjadi dua golongan, yakni surat berharga (negotiable instrument) dan surat berharga berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 1992 jo. Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang Perbankan . Surat berharga (negotiable instrument) dikatakan surat berharga apabila surat tersebut sengaja diterbitkan sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang, tetapi tidak dilakukan dengan mata uang, melainkan dengan alat pembayaran lain. Sementara itu Undang-undang No. 7 tahun 1992 jo. Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang Perbankan memberi definisi surat berharga adalah surat pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi, sekuritas, kredit atau setiap derivatif dari surat berharga atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar uang dan pasar modal., Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm. 85
51
Hendy M. Fakhrudin, Istilah Pasar Modal A-Z, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008), hlm. 191
(46)
dengan berbagai cara, yaitu pengisuan obligasi lewat pasar modal dalam negeri, lewat pasar modal luar negeri, dalam hal ini yang sering dilakukan adalah di Luxemburg atau Swiss, atau bahkan tanpa lewat pasar modal sama sekali.52 Biasanya mereka memiliki rencana untuk melakukan penerbitan obligasi secara bertahap per semester. Apabila penerbitan obligasi itu berhasil, maka perusahaan tersebut kemungkinan menerbitkan kembali obligasi yang sama pada semester berikutnya.
Pada dasarnya pasar modal merupakan sarana pembiayaan usaha. Melalui penerbitan saham atau obligasi, perusahaan dapat membiayai berbagai kebutuhan modal jangka panjang, tanpa tergantung pada pinjaman bank atau pinjaman dari luar negeri. Beberapa kelebihan pasar modal adalah adanya peluang untuk mendapatkan dana dalam jumlah besar serta peningkatan status perusahaan sebagai perusahaan publik sehingga akses untuk mendapat pendanaan menjadi besar dan luas. Fungsi pasar modal sebagai sarana pendanaan usaha semakin signifikan mengingat keterbatasan pendanaan yang disediakan jalur pendanaan. 53
Pilihan untuk menerbitkan saham memiliki alasan yang berbeda dengan keputusan untuk menerbitkan obligasi. Beberapa perbedaan dapat dilihat pada tabel berikut: 54
52
Munir Fuady, Pembiayaan Perusahaan Masa Kini, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997), hlm. 62
53
Hendy, M. Fakhruddin, Go Publik: Strategi Pendanaan Jangka Panjang, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008), hlm. 1
54
(47)
Variabel Saham Obligasi
Sifat Penyertaan Modal Utang
Jangka Waktu Tidak Terbatas Terbatas
Instrumen terbatas Variatif
Biaya Modal Dividen Kupon
Struktur biaya Persentase Laba Bersih Fixed/ Floating
Rating Tidak Diperlukan Diharuskan
Hak Suara Hak Suara dalam RUPS
Tidak punya Hak Suara dalam RUPS
Pailit
Hak klaim Paling Akhir atas aset perusahaan
Hak klaim lebih dahulu ats aset perusahaan
Aspek Pajak
Dividen yang dibayarkan tidak mengurangi pajak
Kupon/ Bunga dibayar sebagai pengurang pajak
Jenis Aktiva Jangka panjang Jangka Menengah/ Panjang
Siklus Bisnis Fluktuatif Stabil
Risiko Aktiva Relatif Besar & Tidak pasti Relatif Kecil
1. Term dan Kondisi
2. Aspek Hukum
Sumber: Hendy M. Fakhrudin, Go Publik: Strategi Pendanaan Jangka Panjang Dalam UUPM tidak terdapat definisi obligasi secara eksplisit, tetapi terdapat kata ”obligasi” pada Pasal 1 Butir 5, Penjelasan Pasal 21 ayat (3), pasal 24 ayat (1), dan Penjelasan Pasal 25 ayat (1), dimana intinya bahwa obligasi termasuk salah satu jenis efek. Ketentuan yang lebih jelas terdapat pada Penjelasan Pasal 51 ayat (4), dimana dikatakan bahwa Obligasi sebagai contoh Efek yang bersifat utang jangka panjang. Obligasi adalah bukti utang dari emiten yang mengandung janji pembayaran bunga atau janji lainnya serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo, sekurang-kurangnya tiga tahun sejak tanggal emisi (Pasal 1 butir 34 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1199/KMK.010/1991). Obligasi juga dapat diartikan sebagai salah satu instrumen yang bersifat utang yang
(48)
diperdagangkan di bursa efek dan jangka waktu jatuh temponya lebih dari satu tahun.55
Obligasi atau bond menurut Black’s Law Dictionary adalah:56
A certificate of evidence of a debt, on which the issuing company or governmental body promises to pay the bondholders a specified amount of interest for a specified length of time, and to pay the loan on the expiration date. A long term debt instrument that promises to pay a lender a series of periodic interest payments in addition to returning the principal at maturity. In every case, a bond represents debt- its holder is the creditor of the corporation, and not a part owner as is the shareholder. Commonly bonds are secured by a mortgage.
Dari pengertian ini dapat diketahui bahwa yang dinamakan obligasi atau bond tidak lain adalah hutang, yang pokok utangnya baru akan dikembalikan dalam suatu jangka waktu tertentu di masa mendatang. Selama hutang pokok belum dibayar, debitor akan membayar bunga dari utang pokok tersebut secara berkala (periodik) kepada kreditor. Karena pembayaran bunga secara berkala inilah, yang dilakukan debitor kepada kreditor, efek ini dinamakan dengan efek dengan pendapatan/penghasilan tetap (fix income securities).57
Jadi, jika suatu perusahaan menerbitkan obligasi senilai Rp500 miliar dengan tingkat suku bunga atau kupon sebesar 16% per tahun selama lima tahun, maka pihak penerbit obligasi berkewajiban membayar kupon tersebut pada waktu yang telah ditentukan (misalnya setiap tiga bulan) selama lima tahun dan di akhir masa
55
Gunawan Widjaja, Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggungjawab Wali Amanat dalam Pasar Modal, (Jakarta: Rajawali Pers),hlm 48
56
Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, 6th Edition, (St. Paul- Minn, USA: West Publising Co., 1990)
57
Gunawan Widjaja, Seri HukumBisnis: Efek Sebagai Benda, (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), hlm. 137
(49)
berlakunya obligasi tersebut (akhir tahun kelima), pihak perusahaan wajib mengembalikan pokok utang senilai Rp500 miliar tersebut. Pihak yang membeli obligasi (bondholder) akan mendapatkan keuntungan melalui pembayaran kupon yang umumnya lebih besar dari tingkat suku bunga bank dan suatu ketika dapat pula memperoleh keuntungan lain yaitu dengan menjual obligasi tersebut lebih tinggi dari harga belinya. Dalam hal ini investor memperoleh capital gain.58
Namun demikian, penerbitan obligasi ini membutuhkan persyaratan berupa pendapatan yang stabil bagi penerbit obligasi. Pendapatan yang stabil ini merupakan syarat mutlak agar obligasi dapat dilunasi, dan harga obligasi akan diterima baik oleh pasar. Perusahaan yang menggunakan dana obligasi untuk membiayai bidang usaha yang sifat pendapatannya tidak stabil atau yang terpengaruh oleh siklus ekonomi, akan terancam gagal melunasi kupon dan/ atau pokoknya.59
Sebagai instrument hutang (debt securities), obligasi memiliki karakteristik antara lain:60
1. Memiliki masa jatuh tempo
Masa berlaku suatu obligasi sudah ditentukan secara pasti pada saat obligasi tersebut diterbitkan, misalnya lima tahun, tujuh tahun dan seterusnya. Artinya
58
Tjiptono Darmadji, Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia, Edisi 3, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hlm. 12. Capital Gain adalah keuntungan modal, keuntungan yang diperoleh karena perbedaan antara harga beli dan harga jual suatu efek. Apabila perbedaan tersebut bersifat negatif (rugi) hal ini disebut capital loss.
59
Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 217
60
(1)
Howell, Rate A, and Allison, John R., Business Law: Text and Cases, Third Edition, CBS College Publishing, 1985
Ibrahim, Johnny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia, 2008
Johnson, Charles J., Joseph McLaughlin, Corporate Finance and The Securities Laws, New York, USA: Aspen Publisher, 2010
Kartika Sari, Elsi, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, Jakarta: Grasindo, 2007
Kelsen, Hans, Pure Theorie of Law, Barkley, University California Press, 1978, terjemahan oleh Raisal Muttaqien, Teori Hukum Murni: Dasar-dasar Ilmu Hukum Normatif, Bandung: Nusamedia & Nuansa, 2006
Kusumaatmadja, Mochtar, Pengantar Ilmu Hukum, Bandung: Alumni, 2001 Lubis, M. Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 1994
Maeda, Martha, Meri Anne Beck-Woods, James A. (INT) Lyman, The Complete Guide to Investing in Bonds and Bond Funds: How to Earn HighRates of Return-Safely, Florida, Atlantic Publishing Group., Inc., 2009
Markham, Jerry W., A Financial History of the United States, Volume II, New York, USA: M. E. Sharpe., Inc, 2002
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2008,
Mertokusumo, Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty,1998 Muhammad, Abdulkadir, Hukum Acara Perdata Indonesia, Bandung: Citra Aditya
Bhakti, 2000
______________________, Etika Profesi Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001 Muljadi, Kartini, dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003
Nasrudin, M. Irsan, dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Kencana, 2008
Nasution, Bismar, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001
(2)
Nugraha, Ubaidillah, Catatan keuangan dan Pasar Modal, Jakarta: PT Elex Media Computindo, 2008
Palmiter, Alan R., Securities Regulation: Example and Explanation, New York: Aspen Published, 2008
Purba, Victor, Peran Pasar Modal di Indonesia di Era AFTA, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005
Purbacaraka, Purnadi & Ridwan Halim, Filsafat Hukum dalam Tanya Jawab, Jakarta: Rajawali, 1983
Ridwan, H.R., Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006 Rusli, Hardijan, Hukum Perjanjian Indonesia & Common Law, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1996,
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Edisi Revisi, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006
Samsul, Mohamad, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Jakarta: Erlangga, 2006 Sitompul, Asril, Due Dilligence dan Tanggung jawab Lembaga-Lembaga Penunjang
Pada Proses Penawaran Umum, Bandung, ,Jakarta: Citra Aditya Bhakti, 2000 Sjahputra Tunggal, Iman, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia: Konsep dan Kasus,
Jakarta: Harvarindo, 2008
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1984
Soekanto, Soerjono, dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
Soemitro, Ronny Hanitijo, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988
Subekti, R, Hukum Perjanjian, cetakan ke-6, Jakarta: Intermasa, , 1979 ________ , Pembinaan Hukum Nasional, Bandung: Alumni, 1981
(3)
Suherman, E, Masalah Tanggung Jawab Pada Charter Pesawat Udara Dan Beberapa Masalah Lain Dalam Bidang Penerbangan (Kumpulan Karangan), Cet. II, Bandung: Alumni, 1979
E. Sumaryono, Etika Profesi Hukum: Norma-Norma Bagi Penegak Hukum, Yogyakarta, Kanisius, 1995
Sunggono, Bambang, Penelitian Hukum: Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002
Sutantio, Retnowulan, dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, Bandung: Alumni, 1986
Syahmin, Hukum Dagang Internasional (Dalam Kerangka Studi Analitis), Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006
Tandelilin, Eduardus, Portofolio dan Investasi, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2010 Tunggal, Iman Sjahputra, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia: Konsep dan Kasus,
Jakarta: Harvarindo, 2008
Widioatmojo, Sawidji, Jurus Jitu Go Public, Jakarta: Elex Media Computindo, 2004 Widjaja, Gunawan, Seri Hukum Bisnis: Efek Sebagai Benda, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005
_______________, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat dalam Pasar Modal, Jakarta: Kencana, 2006
B. Peraturan Perundang-undangan dan Yurisprudensi Kitab Undang-undang Hukum Perdata, edisi revisi, 2001 Kitab Undang-undang Hukum Dagang
Putusan Pengadilan Negeri Bengkalis Nomor: 05/Pdt.G/2003/PN.BKS.
Putusan Pengadilan Tinggi Riau Nomor: 40/PDT/2004/PTR
Putusan Peninjauan Kembali Nomor: 445 PK/Pdt/ 2007 dalam perkara PT Indah Kiat Pulp & Paper melawan Bank America National Trust Company cs.
(4)
Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 tahun 2000 mengenai Putusan Provisi dan Putusan Serta Merta
Undang-undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
Undang-undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
Undang-undang No. 5 Tahun 1996 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (”UUPM”)
Trust Indenture Act 1939 US Securities Act 1933 Securities Exchange Act 1934
C. Makalah dan Tesis
Asyrof, H.A.Mukhsin, Membedah Perbuatan Melawan Hukum dan Wanprestasi :Sebuah Kajian Elementer Hukum Normatif, Makalah, Disampaikan pada Penyegaran Tehnis Judisial Hakim Pengadilan Agama Se Wilayah Pengadilan Tinggi Agama Pekanbaru di Tanjungpinang, Kepulauan Riau tgl. 16-18 Januari 2008 dan di Tembilahan, Riau, tgl. 11- 13 Februari 2008
Linda Joan Tanos, Perjanjian antara Underwriter dan Emiten dalam Rangka Initial Public Offering (IPO), Tesis, Magister Kenotariatan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2008
Mega Kartika, Peran dan Tanggung Jawab Underwriter Dalam Perjanjian Full Commitment di Pasar Perdana, Tesis, Magister Ilmu Hukum Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009
Torbjorn Becker, Anthony Richard, Bond Restructuring and Moral Hazard: Are Collective Action Clauses Costly?, IMF Working Paper, International Monetery Foundation, 2001
Tim Pengawasan Transaksi di Luar Bursa di Indonesia, Studi Tentang Pengawasan Transaksi Di Luar Bursa Di Pasar Modal Indonesia, Laporan Studi, Jakarta, Bapepam, 2003
(5)
Tim Studi Penerapan Shelf Registration di Pasar Modal Indonesia, Studi Tentang Penerapan Shelf Registration di Pasar Modal Indonesia, Laporan Studi Jakarta, Departemen Keuangan, Bapepam, 2002
Nasution, Bismar, Ningrum Sirait, Bahan Kuliah Transaksi Bisnis Internasional, Pasca Sarjana Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009
Rony Michaely, A Guide to IPO Process, New York, Cornell University Ithaca,1999
D. Kamus dan Ensiklopedi
Black, Henry Campbell, Black’s Law Dictionary, 4th Edition, M.A.,West Publishing Co., 1968
Black, Henry Campbell, Black’s Law Dictionary, 5th . Edition, St. Paul: Minn., 1979 Garner, Bryan A., Black’s Law Dictionary, 7 th Edition, West Group, St Paul, Minn.,
1999
Simorangkir, J.C.T, , dan Erwin, T. Rudy, Kamus Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2000
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2002
D. Bahan dari Internet
http://marketivaindonesia.promarketiva.com/kamus-investasi.html,
http://id.wikipedia.org/wiki/Efek_%28keuangan%29#Efek_bersifat_hutang, diakses pada tanggal 26 juni 2010
http://suarainvestor.com/g.html/, diakses pada tanggal 26 juni 2010 http://www.legalitas.org
http://www.hukumonline.com
www.thismatter.com, diakses pada tanggal 31 Agustus 2010
(6)
http://www.fh.unair.ac.id/opini.hukum.php?id=5&respon=0, diakses pada tanggal 20 Juni 2011
E. Jurnal, Majalah dan Artikel
The Asian Wall Street Journal, Artikel, Edisi 5 Februari 2004
H. Heru Supraptomo, Segi-segi Hukum Obligasi, Jurnal Hukum Bisnis Vol.23 No.1, 2004
Levi Lana, Penerbitan obligasi dan Pembangunan dengan Obligasi (Tinjauan Aspek Yuridis dan Praktis), Jurnal Hukum Bisnis Vol. 10, 2002