kepercayaan masyarakat terhadap obligasi yang bersangkutan. Dan, risiko ini tentunya tidak menjadi masalah bagi pemegang obligasi yang hendak memegang
obligasi sampai dengan maturity date.
B. Default dalam Perjanjian Penjaminan Emisi Efek
Diantara risiko-risiko yang mungkin akan timbul dalam investasi obligasi, default risk
atau disebut juga credit risk merupakan risiko yang paling sering terjadi. Karena penerbitan suatu obligasi pada prinsipnya sama dengan pinjam uang oleh
pihak penerbit dari pihak investor pemegang obligasi, maka default itu tetap selalu ada. Yang dimaksud dengan default risk adalah keadaan wanprestasi dari pihak
penerbit obligasi karena tidak melunasi pokok dan atau bunga obligasi pada saat jatuh tempo. Karena itu kemampuan bayar obligasi oleh pihak penerbitnya menjadi
faktor yang sangat penting diperhatikan, termasuk masalah rating dari obligasi tersebut.
202
Jika terjadi default risk, bukan berarti para investor kehilangan semua dana yang sudah diinvestasikannya, tetapi terdapat persentase yang pasti yang bisa
diharapkan untuk diterima, yang disebut dengan recovery rate.
203
202
Para investor dapat meminimalisasi risiko ini dengan berinvestasi pada obligasi yang memiliki kualitas tinggi seperti, US Treasury bills, notes, atau bonds; efek yang dikeluarkan oleh
pemerintah federal; dan obligasi yang memiliki peringkat yang tinggi AAA atau AA. Disamping itu, investor juga harus mempertimbangkan kembali untuk berinvestasi pad obligasi yang diterbitkan oleh
perusahaan baru yang belum terjamin, perusahaan yang memiliki rating yang rendah dan efek yang sifatnya spekulatif. Boston Institute of Finance, Op.Cit., p. 237
203
Leland E. Crabbe, Frank J. Fabozzi , Corporate bond portfolio management, USA, New York: John Wiley Sons Inc., 2002, p. 163
Universitas Sumatera Utara
Di Indonesia, default risk risiko gagal bayar ini pernah terjadi pada saat krisis moneter yang terjadi tahun 1997-1998, dimana banyak perusahaan penerbit yang
gagal dalam memenuhi prestasinya wanprestasi dalam membayar bunga dan pokok pinjaman kepada para pemodal.
204
Pada umumnya obligasi dikatakan mengalami kelalaian wanprestasi jika:
205
1. Emiten lalai membayar pokok dan bungan obligasi yang sudah jatuh tempo.
2. Emiten lalai melaksanakan atau mentaati salah satu ketentuan dalam perjanjian perwaliamanatan dan dokumen-dokumen emisi lainnya.
3. Emiten dibubarkan, bubar karena sebab lain, atau dinyatakan dalam keadaan pailit dan pernyataan pailit ini telah mendapat kekuatan hukum
tetap. 4. Apabila pengadilan atau instansi pemerintah yang berwenang telah
menyita atau mengambil alih dengan cara apapun juga semua atau sebagian besar harta emiten atau telah mengambil tindakan yang
menghalangi emiten untuk menjalankan sebagian atau seluruh usahanya secara mempengaruhi secara material kemampuan emiten memenuhi
kewajiban kepada pemegang obligasi. 5. Keterangan dan jaminan emiten tentang keadaan atau status keuangan
emiten dan atau pengelolaan emiten secara material tidak sesuai dengan
204
Jaka E. Cahyana, Op. Cit., hlm. 278
205
ibid., hlm 278-279
Universitas Sumatera Utara
kenyataan atau tidak benar-benar adanya, yang mana ketidak sesuaian atau ketidakbenaran tersebut terbukti disebabkan adanya kesengajaan atau
itikad buruk emiten. 6. Emiten dinyatakan lalai sehubungan dengan suatu perjanjian utang oleh
salah satu krediturnya cross default dalam jumlah hutang melebihi 25 dari ekuitas emiten baik yang telah ada saat penerbitan obligasi maupun
yang akan ada dikemudian hari berakibat jumlah yang terutang oleh emiten berdasarkan perjanjian hutang tersebut seluruhnya menjadi dapat
segera ditagih oleh pihak yang mempunyai tagihan dan atau kreditur yang bersangkutan sebelum waktunya untuk membayar kembali ada akselerasi
pembayaran kembali. 7. Apabila hak, ijin dan persetujuan dari pemerintah yang dimiliki emiten
dibatalkan atau dinyatakan tidak sah atau emiten tidak mendapat ijin atau persetujuan yang disyaratkan oleh ketentuan hukum yang berlaku yang
secara material berakibat negatif terhadap kelangsungan usaha emiten 8. Emiten berdasarkan perintah pengadilan yang mempunyai kekuatan
hukum yang tetap diharuskan membayar sejumlah dana kepada pihak ketiga yang apabila dibayarkan akan mempengaruhi secara material
jalannya usaha emiten dan kewajiban ini tidak diselesaikan dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam keputusan pengadilan tersebut.
Dalam keadaan terjadi default, maka obligor penerbit obligasi adalah merupakan pihak yang bertanggung jawab penuh untuk melakukan pelunasan kepada
Universitas Sumatera Utara
investor. Namun jika terdapat guarantor penjamin, maka penjamin tersebut akan bertanggungjawab sesuai dengan dokumen perjanjian yang sudah diperjanjikan oleh
keduanya.
206
Keadaan default ini dicantumkan dalam setiap perjanjian yang berhubungan dengan penerbitan efek, antara lain perjanjian indenture, perjanjian perwaliamanatan
dan underwriting agreement. Jika emiten melakukan cidera janji, maka perjanjian sudah menyebutkan hal-hal yang harus dilakukan oleh investor, melalui wali
amanat.
207
Sebagai contoh dalam Underwriting Agreement antara Indah Kiat International Finance B.V sebagai penerbit dan PT Indah Kiat Pulp Paper Tbk. sebagai
guarantor , dengan Morgan Stanley Co. Incorporated. sebagai underwriter, terdapat
satu klausula yang mengatur apabila terjadi keadaan default, yaitu: Article I p:
the Power of Attorney to sell, when executed and delivered by the guarantor, will be a valid, binding and irrevocable power of attorney and from and after the occurrence of
an Event of Default as defined in any of the Notes will enable the Security Agent to sell the Real Property Collateral prior to registration of the Hypothec Deed without
further action by the Guarantor or any consent, approval, authorization or order of any person or entity. dan pada Article Va xi dengan bunyi yang sama
Terjemahan Bebas: Pasal I p:
206
Biasanya Pihak garantor berjanji untuk menggaransi kepada pihak kreditur seandainya pihak debitur cidera janji, dan akan membayar kepada kreditur atas permintaan dari kreditur biasanya dengan
atau tanpa kewajiban kreditur terlebih dahulu menagihnya kepada debitur. Isi dokumen dapat bervariasi bergantung pada besar kecilnya hutang, peruntukan hutangnya untuk apa, tingkat pendidikan
pihak pemberi garansi, bonafiditas dari pihak garantor ataupun pihak debitur, dll.
207
Section 316 Trust Indenture Act 1939
Universitas Sumatera Utara
Surat Kuasa untuk Menjual, akan berlaku mengikat dan tidak dapat dirubah kembali dan sejak dan sesudah terjadi keadaan default seperti yang disebutkan dalam setiap
Notes, akan memberikan kewenangan kepada Security Agent untuk menjual harta benda yang menjadi jaminan untuk pelunasan utang, tanpa meminta persetujuan lebih
jauh dari Guarantor maupun pihak-pihak yang terkait baik perorangan maupun badan hukum.
C. Surat Hutang yang diterbitkan Indah Kiat International Finance B.V.