Sistem Pemerintahan Desa Sukawana

30

BAB V SISTEM PEMERINTAHAN ADAT, DEWAN ADAT, DAN PEJABAT LAIN

5.1 Sistem Pemerintahan Desa Sukawana

Di Desa Sukawana terdapat sistem adat yang digunakan sejak jaman dahulu hingga saat ini, bernama sistem Ulu Apad yang berjumlah 23 orang yang dibagi menjadi dua sisi, yaitu sisi kiri dan kanan. Istilah Ulu Apad merupakan sebuah kiasan ruang yang menunjuk pada proses kenaikan tingkat. Secara harfiah Apad berarti “tangga” dan Ulu berarti “kepala”; mendaki tangga sampai ke ujung kepala. Istilah “mendaki tangga sampai ke ujung kepala” dimaksudkan sebagai kedudukan orang dalam pemerintahan adat Sukawana, setiap orang akan naik satu per satu anak tangga sesuai giliran. Kedua sisi ini sama-sama kuat peranannya di dalam sistem pemerintahan Ulu Apad tersebut. Yang disebelah kanan biasa disebut Tuaan tua yang berarti lebih tua dan yang sebelah kiri sering disebut Nyomanan nyom berarti muda atau lebih muda juga nyoman yaitu anak yang dilahirkan ketiga. Jadi di sini diibaratkan bahwa Tuaan secara simbolis adalah laki-laki kanan dan Nyomanan adalah simbolis perempuan kiri. Dalam sejarahnya Tuaan ini merupakan kakakter tua sedangkan Nyomanan adalah adiknya yang membentuk sistem pemerintahan sendiri. Dalam menempati kedudukan masing-masing, harus dari keturunan Tuaan dan Nyomanan. Adapun tingkatan posisi dalam kedua sistem pemerintahan adat ini yang paling tinggi yaitu di sebelah kanan Jro Bayan Mucuk, di sebelah kiri disebut Jro Bayan Kiwa yang dibantu oleh empat orang Jro Bau yang bertugas mengatur pelaksanaan upacara. Di bawahnya ada dua Jro Nyingguk yang bertugas seperti jaksa atau yang mengeluarkan sanksi terhadap warga yang melanggar peraturan. Di bawahnya lagi, ada tiga orang Jro Nakeh yang bertugas sebagai penimbang, salah satunya bertugas menjadi juru tulis atau yang dulu biasa disebut keset don. Namun untuk yang ini diambil dari keturunan di sebelah kanan Tuaan, sedangkan yang di sebelah kiri hanya ada dua Jro Nakeh, tidak ada juru tulis atau keset don-nya. Di bawahnya lagi ada dua orang Jro Ngelan Kelih yang bertugas sebagai pembagi dari apa yang sudah didapat dari Jro Nakeh, dan dibagi-bagikan kepada jro yang lainnya dan masyarakat. Setiap jabatan di dalam sistem pemerintahan Ulu Apad ini dipegang oleh yang laki-laki, sementara yang perempuan atau istrinya berperan sebagai pendamping sang suami dan juga tetap diberi gelar jro. 31 Selain 23 orang di dalam sistem pemerintahan adat, ada pimpinan lain yang ditunjuk oleh pemerintah daerah untuk membantu atau melayani masyarakat yang biasa disebut sebagai bendesa atau kepala desa. Bendesa atau kepala desa ini bertugas mengurusi segala urusan pemerintahan daerah yang formal dan bendesa ini posisinya di luar dari sistem pemerintahan adat Sukawana. Namun bendesa juga diperbantukan kepada Jro Ngelan Kelih. Setiap orang di Desa Sukawana keturunan di sana secara otomatis akan masuk ke sistem Ulu Apad apabila orang tersebut sudah menikah. Sistem ini tidak memandang umur ataupun pendidikan. Bila sudah menikah, maka mereka langsung terdaftar dalam sistem Ulu Apad, namun untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi harus mengantri atau menunggu giliran. Bila salah satu sudah keluar dari sistem Ulu Apad entah karena meninggal atau karena anakcucu sudah menikah semua, orang tersebut akan berstatus bakinyada bebas dari sistem, maka yang memiliki posisi di bawahnya naik memenuhi posisi orang yang sudah keluar tersebut. Jadi gambaran mudahnya seperti, rontok satu, naik satu. Terdapat ritual semedi sebelum seseorang melakukan sistem Ulu Apad yang kemudian dilanjutkan dengan “perang kelapa” sebagai persembahan, kemudian kelapa tersebut akan ditebas oleh Jro Bayan. Dalam perang kelapa tersebut, calon Jro Kelih harus membawa kelapa sendiri dan sebanyak mungkin. Hal ini dimaksudkan apabila terbelahnya kelapa itu jelek, maka perang kelapa akan dilanjutkan terus sampai kelapa tersebut terbelah dengan bagus. Kelapa yang akan digunakan untuk perang kelapa harus disediakan sendiri oleh calon Jro Kelih. Prosesi mediksa upacara pengukuhan orang suci di Sukawana ditanggung oleh desa, jadi tidak ada beban bagi perseorangan yang akan di-diksa. Para pandita di Desa Sukawana ini tidak diperbolehkan muput di pura-pura lain merupakan kearifan lokal. Di Desa Sukawana ini, yang berwenang untuk mengurusi awig-awig peraturan adat adalah orang-orang yang ada di sistem Ulu Apad dan dibantu oleh prajuru. Jika orang-orang yang ada di sistem Ulu Apad itu melanggar awig-awig, mereka tidak bisa dikeluarkan, hanya dikenakan denda berupa banten. Apabila tidak membayar denda, maka hukuman yang dipercayakan akan datang dari atas Tuhan. Di Desa Sukawana ini juga memiliki seorang pemangku yang masih kecil anak-anak yang disebut Mangku Alit atau Mangku Bunga. Mangku Alit atau Mangku Bunga ini dipilih oleh pekraman setempat, dipilih dengan syarat resik sempurna. Tugas dari Mangku Bunga ini adalah membersihkan arca-arca yang tidak bisa disentuh oleh orang dewasa atau orang yang kesuciannya telah hilang 32 sudah mengetahui hawa nafsu duniawi. Jika Mangku Bunga ini telah menyukai seseorang, atau telah memikirkan hawa nafsu maka ia akan diberhentikan dari jabatan Mangku Bunga atau Mangku Alit tersebut. Tugas dari Mangku Bunga atau Mangku Alit adalah membersihkan dan mengantarkan prasasti yang sakral ketika ada upacara di Desa Sukawana, karena di Sukawana terdapat prasasti sakral yang tidak boleh disentuh siapapun selain Mangku Bunga tersebut. Bagan 2: Struktur Bagian Ulu Apad Kanan-Kiri 33

5.2 Hubungan Antar Kelompok