33
5.2 Hubungan Antar Kelompok
Masyarakat asli Desa Sukawana pada dasarnya menerima kedatangan orang luar, baik itu melalui pernikahan maupun perpindahan penduduk. Para pendatang tetap hidup berdasarkan aturan
yang ada di Desa Sukawana, sehingga keharmonisan di dalam masyarakat tetap terjaga. Meskipun demikian, terdapat aturan atau perjanjian yang bersifat adat jika salah seorang dari masyarakat
Sukawana telah melakukan pelanggaran, misalnya saja melakukan tindak pencurian. Selain ia diproses secara hukum negara, ia juga akan diproses secara hukum adat seperti membayar ganti rugi
kepada pihak desa. Ganti rugi kepada pihak desa bisa berupa apa saja sesuai dengan keputusan dari pemimpin adat, misalnya saja desa saat itu sedang membangun pura dan membutuhkan banyak
material, bisa jadi orang yang terkena sanksi tersebut dikenakan denda bahan-bahan material. Untuk jumlahnya tergantung dari keputusan pemimpin adat setempat.
Masyarakat Desa Sukawana seperti masyarakat tradisional lainnya, tentu mengenal sistem gotong-royong maupun tolong-menolong antar warga. Apabila ada warga yang memiliki acara
tertentu seperti pernikahan maka warga yang lain akan datang dan membantu atau yang biasa disebut ngayah.
Jika dalam masyarakat Desa Sukawana terjadi perselisihan antara individu dengan kelompok tertentu atau kelompok dengan kelompok, maka yang menjadi mediator adalah enam 6 jabatan
paling atas yaitu Jro Bayan Mucuk, Jro Bayan Kiwa, serta empat orang Jro Bau. Keenam orang inilah yang berhak menjadi penengah maupun penentu sanksi bagi orang-orang yang berselisih.
Di Desa Sukawana terdapat sebuah pura yang bernama Pura Pucak Penulisan. Setiap dua puluh tahun sekali diadakan ritual odalan besar untuk pemujaan terhadap leluhur yang di-empon
oleh masyarakat setempat. Saat itu orang-orang dari Pecatu maupun daerah lainnya yang leluhurnya berasal dari Sukawana datang untuk bersembahyang di Pura Puncak Penulisan. Selain ikut serta
dalam ritual-ritual di Pura Pucak Penulisan, mereka juga membayar peturunan untuk upacara tersebut.
34
BAB VI STRATIFIKASI SOSIAL DAN SISTEM PERKAWINAN