21
BAB III MATA PENCAHARIAN HIDUP MASYARAKAT DESA SUKAWANA
Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian 1.000-1.500 mdpl, curah hujan yang relatif sedang. Keadaan iklim Desa
Sukawana adalah beriklim tropis dengan suhu berkisar 23-26 derajat celsius. Curah hujan rata-rata 1800 sd 1887 mmtahun atau 149 hari kalender. Jumlah penduduk Desa Sukawana berdasarkan
Profil Desa tahun 2013 adalah sebanyak 1.576 KK atau sebanyak 5.670 jiwa. Struktur penduduk menurut mata pencaharian menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk menggantungkan sumber
kehidupannya di sektor pertanian 80, peternakan 10. Sektor lain yang menonjol dalam penyerapan tenaga kerja adalah buruh 4, dan sektor lainnya seperti pegawai negeri, karyawan
swata dari berbagai sektor sebanyak 6.
3.1 Sektor Pertanian
Wilayah Desa Sukawana yang terletak di daerah dataran tinggi menjadikan daerah ini cocok untuk mengembangkan industri di bidang perkebunan. Berbagai macam tanaman perkebunan
dikelola oleh masyarakat setempat seperti jeruk, cengkeh, bawang merah, kopi, tembakau, kol, dan markisa.
Hampir sebagian besar penduduk Desa Sukawana yang bermata-pencaharian sebagai petani memanfaatkan hasil produk buah jeruk sebagai penghasilan utamanya, melihat kondisi alam yang
sangat mendukung untuk pertumbuhan buah jeruk. Terdapat berbagai jenis buah jeruk yang biasanya mereka tanam di lahan mereka masing-masing, di antaranya jeruk sumaga, jeruk keprok, jeruk peras,
jeruk spuntannyonyok, dan jeruk slayer. Dari kelima jenis jeruk tersebut, yang paling banyak ditanam yaitu jeruk sumaga dan jeruk spuntan karena rasanya yang manis dan memiliki harga jual
yang relatif lebih tinggi. Kisaran harga masing-masing per kilo dari buah jeruk tersebut yaitu jeruk sumaga Rp.4.000-
an, jeruk keprok Rp.4.000-an, jeruk peras Rp.3.000-an, jeruk spuntan Rp.6.000-an, jeruk slayer Rp.4.000-an. Harga buah jeruk ini dapat berubah-ubah mengikuti musim. Biasanya musim panen
buah jeruk di Desa Sukawana yaitu pada bulan Juli sampai September. Pada tahun 2013, terdapat 750 hektar perkebunan jeruk dengan nilai produksi sebesar 97,5
miliar. Dalam pengelolaan perkebunan jeruk ada dua macam pengelolaan yaitu dikelola sendiri oleh
22
pemilik lahan mulai dari pembiayaan , penanaman, perawatan hingga panen, serta ada pula dikelola dengan sistem nyakap dimana pemilik lahan akan bekerja sama dengan pihak lain untuk mengelola
perkebuanan jeruknya. Pemilik lahan yang menyediakan lahan dan membiayai produksi lahan, sementara itu pihak lain yang diajak bekerja sama yang nyakap bertugas dalam proses penanaman
hingga panen. Untuk hasil panen jeruk akan dibagi bersama dengan pembagian 60 untuk pemilik lahan dan 40 untuk pihak yang nyakap.
Penanaman jeruk memerlukan waktu kurang lebih 3 tahun dari masa pembibitan hingga dapat berbuah. Bibitnya didatangkan dari Singaraja. Masa bertahan tumbuh sebuah pohon jeruk bisa
mencapai 25 tahun. Panen raya diadakan setiap setahun sekali. Pupuk yang digunakan masyarakat adalah pupuk buatan pabrik pupuk urea, di samping juga menggunakan pupuk kandang.
Jika satu area kebun jeruk dikelola oleh sebuah keluarga, maka sistem pembagian kerja cukup dilakukan dengan memanfaatkan tenaga keluarga yakni bapak, ibu dan anak. Tenaga pekerja upah
hanya akan digunakan jika telah memasuki masa panen. Upah yang diberikan pada pekerja rata-rata Rp.50.000 per orang dalam seharinya.
Selain memanen secara swadaya, ada juga sistem yang disebut majeg yaitu panen tidak dilakukan oleh petani, melainkan dilakukan oleh pihak pembeli pemajeg atau sering disebut
tengkulak. Dalam proses jual beli antara tengkulak dengan petani jeruk akan ada proses tawar- menawar. Untuk penetapan harga jual akan dihitung dengan cara melihat kelebatan buah jeruknya
dan akan dikalikan sejumlah pohon jeruk yang ada. Kisaran harganya antara 30 sampai 70 juta sekali panen per satu hektar.
Komoditi lain yang banyak dikembangkan adalah cengkeh yang yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Cengkeh biasa dimanfaatkan sebagai rempah-rempah, bahan campuran rokok kretek
atau bahan dalam pembuatan minyak atsiri. Perkebunan cengkeh banyak terdapat di Banjar Kubusalia, mengingat kondisi fisik lingkungan di sana tidak cocok untuk ditanami buah jeruk.
Dalam proses pengolahannya, cengkeh sebelumnya perlu dijemur agar kering kurang lebih selama 4 sampai 5 hari. Dari awal bibit ditanam hingga untuk mendapatkan hasil panen yang pertama
membutuhkan waktu 3 bulan, kemudian untuk panen-panen selanjutnya dapat dipanen setiap tahun sekali. Harga jual dari cengkeh saat ini adalah berkisar Rp.60.000 sampai Rp.100.000 per
kilogramnya.
23
Selain jeruk dan cengkeh, kopi menjadi salah satu komoditi yang dikembangkan di Desa Sukawana ini. Hasil panen kopi dari lahan sekitar 1 hektar mencapai 5 sampai 7 karung, di mana
masing-masing karung beratnya hingga 100-200 kilogram. Menurut salah satu sumber, sebagian masyarakat mengolah lahan mereka dengan berbagai
tanaman, tidak hanya satu komoditi saja. Bahkan ada yang dalam satu keluarga mereka menggarap perkebunan jeruk, kopi dan cengkeh secara bersamaan dan ditambah pula dengan beternak ayam.
Pembagian waktu kerja disesuaikan, ketika akan memasuki panen jeruk, mereka akan fokus menangani tanaman jeruk, begitu pula ketika memasuki masa panen cengkeh dan kopi.
Sebagai wadah sosial profesi petani, terdapat organisasi sosial di bidang pertanian yang disebut subak abian. Terdapat 28 subak abian di wilayah Desa Sukawana yang mewilayahi tegalan
ladang seluas 2.785 hektar. Organisasi subak abian ini sangat menjungjung tinggi konsep Tri Hita Karana, yaitu tiga bentuk hubungan yang harmonis antara manusia dengan sang pencipta
parhyangan, antara manusia dengan sesama manusia pawongan, serta antara manusia dengan lingkungan palemahan.
Gambar 6 Salah Satu Pura Subak yang Ada di Desa Sukawana
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014
24
3.2 Peternakan