Rasionalitas Tersembunyi di Balik Mitos Goa Kaki Kakek Raksasa di Desa Sukawana

18 Desakan pendatang membuat laki-laki tinggi besar yang sering disebut kaki kakek raksasa lebih memilih menyingkir ke hutan yang lebih dalam dan membuat goa sebagai tempat tinggalnya. Goa ini terletak di areal yang sekarang disebut Subak Paka. Waktu terus berjalan, masyarakat merasakan si kakek raksasa tidak mau bergaul secara aktif di masyarakat sehingga masyarakat merasa risih sekaligus merasa terancam dengan keberadaan si kakek raksasa yang tinggi besar. Selanjutnya entah berdasarkan permasalahan apa yang mengawali, akhirnya para penduduk berbondong-bondong datang ke goa dan membunuh si kakek raksasa. Darahnya berkucuran hingga akhirnya dia meninggal. Darah kakek raksasa meresap ke tanah sekitarnya dan akhirnuya membuat tanah itu berwarna merah. Kini tanah merah yang ada di Subak Paka itu dimanfaatkan sebagai areal ladang cengkeh, untuk menunjang perekonomian warga Desa Sukawana. Di dekat areal ini terdapat hutan dengan berbagai pohon-pohon besar seperti pohon pinus, cemara, puspa, dan ampupu atau kayu putih. Masyarakat sangat menjaga keberadaan berbagai jenis pohon di hutan tersebut. Mereka percaya bahwa roh kakek raksasa masih berada di goa dan sekitar hutan, sehingga pantang bagi masyarakat untuk memasuki goa dan pergi ke hutan pada malam hari. Pernah suatu hari ada penduduk yang tidak sengaja melihat cahaya bola api di tengah hutan, saat itu dia tengah berpondok di dekat ladangnya. Begitu pula penduduk lainnya yang juga secara tidak sengaja sering melihat cahaya bola api di tengah hutan dan di sekitar goa kakek raksasa pada saat malam hari, sehingga menguatkan keyakinan untuk tidak mengganggu hutan. Setiap pagi saat baru tiba di ladang dan sore hari saat akan pulang, para petani selalu memukul kentongan. Hal itu dilakukan untuk memberitahukan kedatangan serta kepulangan mereka, sekaligus meminta ijin kepada penghuni hutan untuk menggarap ladang.

2.5 Rasionalitas Tersembunyi di Balik Mitos Goa Kaki Kakek Raksasa di Desa Sukawana

Daratan Desa Sukawana terdiri dari perbukitan dan lembah, terdapat berbagai tumbuhan di hutan sekitarnya seperti pohon pinus, cemara, puspa, dan ampupu atau kayu putih. Tumbuhan di hutan tersebut sangat dilindungi oleh pemerintah, bagi siapa yang berani menebang pohon di hutan lindung tersebut maka akan dihukum karena terdapat UU mengenai hutan lindung dan ada polisi hutan yang selalu mengawasi hutan di sana. Jika hal di atas dikaitkan dengan mitos goa kaki kakek raksasa dan rohnya yang menghuni hutan di sekitar desa, maka alasan penduduk untuk tidak menebangi dan tidak menggangu hutan berpengaruh positif terhadap ekosistem sekitarnya. Hal tersebut termasuk cukup masuk akal, 19 mengingat bahwa daratan Desa Sukawana terdiri dari perbukitan dan lembah dengan curah hujan sedang, maka tanah di desa tersebut berpotensi longsor jika tidak ada pohon yang menyangga tanah dan menyerap air hujan. Gambar 5 Wilayah Desa Sukawana Terletak di Daerah Pegunungan Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014 Selain itu terdapat 28 subak abian yang ada di Desa Sukawana, jika ekosistem hutan terganggu tentu saja akan berdampak pada keberadaan subak abian yang merupakan handalan warga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Meskipun berada pada ketinggian 1.745 m di atas permukaan laut, berkat lestarinya hutan di Desa Sukawana masih terdapat sumber mata air yang keluar dari celah bebetuan di dekat tebing. Air yang keluar sedikit demi sedikit itu ditampung dalam sebuah wadah. Para petani yang memerlukan air untuk mengairi subak abian milik mereka dapat mengambil air di sana. Beruntung jika ladangnya berada di bawah sumber mata air, hanya tinggal memasang pipa ke bawah, maka air akan mengalir ke ladangnya, namun bagi mereka yang memiliki ladang di atas tebing maka harus memasang pompa air untuk menaikkan air ke atas. Larangan memasuki goa kaki kakek raksasa yang lubang goanya memiliki panjang 2 meter dan lebar 1 meter sangat beralasan dan masuk akal karena dengan kontur tanah merah yang labil, 20 serta tidak adanya celah udara di dalam goa. Maka siapapun yang masuk ke goa tersebut akan sesak napas karena kehabisan oksigen dan bahaya longsor dalam goa dapat saja terjadi, sehingga membahayakan jiwa orang yang masuk ke dalam goa tersebut. Selain itu pergi ke hutan malam- malam juga ditabukan, hal tersebut juga cukup masuk akal. Untuk apa orang pergi ke dalam hutan tengah malam? Hutan di malam hari yang gelap gulita, dengan suhu dingin yang menusuk, serta terdapat tebing di sekitarnya tentu saja akan membahayakan orang yang berjalan tanpa panduan cahaya, bisa saja orang tersebut terpleset masuk jurang atau digigit ular. Di luar topik ekologi, terdapat pula pesan sosial dari insiden pembunuhan kakek raksasa yang sebenarnya adalah manusia. Ketidakterbukaan kakek raksasa terhadap pendatang baru dan memilih untuk mengintimidasi dirinya dengan mengasingkan diri ke hutan yang lebih dalam membuat pendatang baru merasa tidak nyaman dan terancam atas sikap tersebut, sehingga untuk mematikan rasa takutnya penduduk membunuh kakek raksasa. Pesan sosialnya yaitu kita sebagai manusia harus terbuka dan beradaptasi terhadap perubahan, jika tidak maka kita akan telindas jaman. Komunikasi dan keharmonisan antar tetangga haruslah selalu dibangun untuk menciptakan suasana tenang, damai, dan aman dalam bermasyarakat. 21

BAB III MATA PENCAHARIAN HIDUP MASYARAKAT DESA SUKAWANA