Sebagai ciri status sosial

114 Dari beberapa penjelasan diatas, kere’ alang yang diyakini sebagai media pengobatan saat ini mulai ditinggalkan oleh masyarakat Dusun Senampar. Zaman yang serba modern ini, masyarakat beralih pada dokter dan mengkonsumsi obat-obatan ketika mereka sakit. Meskipun demikian, ada pula sebagian masyarakat yang masih memayikini hal tersebut. Saat ini tidak ada batasan dalam penggunaan kere’ alang baik dilihat dari penggunaan motif hingga warnanya. Namun dewasa ini k ere’ alang berkembang selain berfungsi sebagai busana upacara adat, kere’ alang juga berfungsi sebagai bahan sandang yang dapat digunakan sebagai pakaian pesta formal maupun informal yang tentunya dapat dikombinasikan dengan berbagai jenis pakaian. Jika ditinjau dari fungsinya, kere’ alang yang diciptakan sebagai wujud kreativitas penenun masuk dalam salah satu contoh fungsi personal. Dalam penggunaannya kere’ alang digunakan sebagai salah satu kelengkapan dalam upacara adat. Hal ini termasuk dalam contoh fungsi sosial. Kemudian, kere’ alang saat ini berkembang dan digunakan tidak hanya untuk kelengkapan pakaian adat semata. Saat ini sudah mulai digunakan untuk busana formal maupun non formal. Hal ini merupakan contoh perwujudan dari fungsi fisiknya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kere’ alang memiliki ketiga fungsi yang mana satu sama lain saling terkait dan berhubungan. 115

E. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kere’ Alang

K ere’ alang yang ada di Dusun Senampar tentunya dipengaruhi oleh adanya faktor-faktor yang dapat mendukung dan menghambat perkembangannya. Adapun faktor-faktor tersebut yang dialami oleh pengrajin di Dusun Senampar adalah :

1. Faktor Pendukung

a. Faktor internal

Faktor pendukung dalam perkembangan kerajinan tenun kere’ alang adalah adanya minat dari segelintir warga Dusun Senampar yang sadar akan perlunya untuk melestarikan warisan nenek moyang. Mereka berusaha belajar kembali bagaimana cara menenun hingga menjadi sebuah kain. Faktor pendukung lainnya adalah beberapa penenun membuat alat tenunnya sendiri. Hampir di setiap rumah memiliki dua hingga tiga buah alat tenun yang mana ketiganya digunakan untuk membuat kain secara bersamaan. Pada pagi hari penenun masuk pada tenunan pertama, siang hari pada tenuan kedua, dan pada malam hari di tenunan ketiga. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengejar waktu produksinya. Dan juga hal ini dapat dijadikan sebagai upaya untuk menarik perhatian generasi muda agar mau belajar menenun.

b. Faktor eksternal

Faktor pendukung lainnya adalah disamping itu, adanya dukungan dari Pemerintah Daerah sebagai upaya peningkatan angka produksi