15
dari tanaman atau tumbuhan dan bahan organik lainya yang berkhasiat mengendalikan serangan hama pada tanaman.
Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan daun, buah, biji, batang atau akar berfungsi
sebagai penolak, penarik, antifertilitas pemandul, pembunuh dan bentuk lainnya. dapat untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tumbuhan
OPT. Pestisida nabati bersifat mudah terurai bio-degradable di alam sehingga tidak mencemari lingkungan, dan relatif aman bagi manusia dan
ternak peliharaan karena residu mudah hilang. Efektivitas tumbuhan sebagai pestisida nabati sangat tergantung
dari bahan tumbuhan yang dipakai, karena satu jenis tumbuhan yang sama tetapi berasal dari daerah yang berbeda dapat menghasilkan efek
yang berbeda pula, ini dikarenakan sifat bioaktif atau sifat racunnya tergantung pada kondisi tumbuh, umur tanaman dan jenis dari tumbuhan
tersebut.
3. Kelebihan,Kelemahan, dan Prinsip Kerja Pestisida Nabati
Beberapa kelebihan dan kelemahan pestisida nabati Suriana, 2012 :
A. Kelebihan pestisida nabati yaitu :
1. Teknologi pembuatannya lebih mudah dan murah, sehingga memungkinkan untuk dibuat sendiri dalam skala rumah tangga.
2. Pestisida nabati tidak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan maupun terhadap makhluk hidup, sehingga, relatif aman untuk
digunakan.
16
3. Tidak beresiko menimbulkan keracunan pada tanaman, sehingga, tanaman yang diaplikasikan pestisida nabati jauh lebih sehat dan
aman dari pencemaran zat kimia berbahaya. 4. Tidak menimbulkan resistensi kekebalan pada hama. Dalam
artian pestisida nabati aman bagi keseimbangan ekosistem. 5. Hasil pertanian yang dihasilkan lebih sehat serta terbebas dari
residu pestisida sintetis.
B. Kelemahan pestisida nabati yaitu :
1. Daya kerja pestisida nabati lebih lambat, tidak bisa terlihat dalam jangka waktu yang cepat.
2. Pada umumnya tidak membunuh langsung hama sasaran, akan tetapi hanya bersifat mengusir dan menyebabkan hama menjadi
tidak berminat mendekati tanaman budidaya. 3. Mudah rusak dan tidak tahan terhadap sinar matahari.
4. Daya simpan relatif pendek, artinya pestisida nabati harus segera digunakan setelah proses produksi. Hal ini menjadi hambatan
tersendiri bagi petani untuk mendapatkan pestisida nabati instan ataupun untuk memproduksi pestisida nabati untuk tujuan
komersil. 5. Perlu dilakukan penyemprotan yang berulang-ulang. Hal ini dari
sisi ekonomi tentu saja tidak efektif dan efisien.
17
C. Prinsip kerja pestisida nabati Hendayana, 2010 :
a. Merusak perkembangan telur, larva dan pupa. b. Menghambat pergantian kulit.
c. Mengganggu komunikasi serangga. d. Menyebabkan serangga menolak makan.
e. Menghambat reproduksi serangga betina. f. Mengurangi nafsu makan.
g. Memblokir kemampuan makan serangga. h. Mengusir serangga.
i. Menghambat perkembangan patogen penyakit.
4. Kriteria Tanaman Sumber Bahan Baku Pestisida Nabati
Menurut Suryaningsih 2004: 4-5 kriteria pestisida nabati yang baik antara lain adalah :
1. Toksisitas terhadap jasad bukan sasaran nol atau rendah.
2. Biotoksin memiliki lebih dari satu cara kerja, daya persistensi
tidak terlalu singkat.
3. Diekstrak dari tanaman sumber yang mudah diperbanyak, tahan
terhadap kondisi suboptimal, diutamakan tanaman tahunan, tidak akan jadi gulma atau inang alternatif OPT.
4. Tanaman sumber sedapat mungkin tidak atau kurang
berkompetisi dengan tanaman yang diusahakan.
5. Tanaman sumber tersebut dapat berfungsi multiguna.
18
6. Biotoksin sudah efektif di bawah konsentrasi 10 ppm, secara
praktikal sekitar 3-5 bobot kering bahan.
7. Sedapat mungkin solven atau pelarutnya adalah air.
8. Bahan baku pestisida nabati dapat digunakan baik dalam kondisi
segar, kering dan pengkondisian sederhana lainnya.
9. Teknologi pestisida nabati tidak bertentangan, bahkan berakar
pada teknologi tradisional, mudah dimengerti dan sederhana.
10. Teknologi pestisida nabati tidak menimbulkan masalah baru,
terjangkau biayanya, bahan baku mudah didapat.
5.Bahan Aktif
Bahan aktif dari pestisida nabati adalah produk alam yang berasal dari tanaman yang mempunyai kelompok metabolit sekunder yang
mengandung banyak senyawa bioaktif seperti senyawa alkaloid, terpenoid, fenolik, dan juga zat-zat kimia sekunder yang lain. Senyawa
bioaktif tersebut apabila kita aplikasikan ke tanaman yang terinfeksi Organisme Pengganggu Tanaman OPT, tidak berpengaruh terhadap
fotosintesis pertumbuhan ataupun aspek fisiologis tanaman lainnya, namun berpengaruh terhadap sistem saraf otot, keseimbangan hormon,
reproduksi, perilaku berupa penarik, anti makan dan sistem pernafasan Organisme Pengganggu Tanaman OPT Setiawati, 2008:4.
Molekul biotoksin yang aktif berperan sebagai biosida dapat digolongkan dalam golongan alkaloid nikotin, nornikotin, anabasin,
solanin, antropin dan golongan metabolit sekunder pyrethrum
19
kompleks, pitetheroid sintetik, rotenone dan rotenoid, quassin, ryanin, azadirachtin Suryaningsih, 2004:11.
6. Kendala Penggunaan Pestisida Nabati
Berkaitan dengan manfaat yang didapatkan dari pestisida nabati maka sudah selayaknya jika penggunaan jenis pestisida nabati harus di
masyarakatkan. Namun demikian, penggunaan dan pengembangan pestisida nabati di Indonesia mengalami beberapa kendala seperti berikut
ini, Kardinan, 2000:13-14. a. Pestisida sintetis lebih disukai dengan alasan mudah didapatkan,
praktis mengaplikasikannya, hasilnya relatif cepat dilihat, tidak perlu membuat sediaan sendiri, tersedia dalam jumlah banyak dan
tidak perlu membudidayakan sendiri tanaman penghasil pestisida. b. Kurangnya rekomendasi atau dorongan dari pengambil kebijakan
lack of official recommendation. Hal ini terlihat dari kurangnya atau tidak adanya penyuluhan dan pengenalan penggunaan
pestisida nabati kepada petani atau pengguna. c. Tidak tersedianya bahan secara berkesinambungan dalam jumlah
yang memadai saat diperlukan. d. Walaupun penggunaan pestisida nabati menimbulkan residu
relatif rendah pada bahan makanan dan lingkungan serta dianggap lebih aman dari pada pestisida sintetis, tetapi frekuensi
penggunaannya menjadi tinggi. Tingginya frekuensi penggunaan
20
pestisida ini diakibatkan oleh sifatnya yang mudah terurai, sehingga membutuhkan pengaplikasian yang lebih sering.
e. Sulitnya registrasi pestisida nabati mengingat pada umumnya jenis pestisida ini memiliki bahan aktif yang kompleks multiple
active ingredient dan pada beberapa kasus tidak semua bahan
aktif dapat dideteksi.
7. Peluang Penggunaan Pestisida Nabati
Beberapa peluang penggunaan pestisida nabati sebagai berikut ini Kardinan, 2000:15
a. Menghasilkan produk pertanian dengan kualitas dan juga kuantitas yang optimal
b. Bersahabat dengan alam c. Mengupayakan kesuburan tanah secara lestari
d. Meminimalkan pemakaian
bahan yang
tidak dapat
diperbaharui.
21
C. Hama ulat grayak Spodoptera litura
Gambar 1.Larva Spodoptera litura diinfeksikan dan Larva Spodoptera litura
yang sudah dewasa Sumber: dokumen pribadi 2017
1. Klasifikasi
Menurut Kalshoven 1981 Spodoptera litura dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Spodoptera
Spesies : Spodoptera litura.
Ulat grayak Spodoptera litura mengalami metamorfosis sempurna yang terdiri dari empat stadium hidup yaitu telur, larva, pupa, dan imago.
Larva Spodoptera litura mempunyai warna yang bervariasi, mempunyai warna kulit corak berbentuk bulan sabit berwarna hitam pada segmen
abdomen keempat dan kesepuluh. Pada sisi lateral dan dorsal terdapat
22
garis kuning. Larva yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat atau hitam kecoklat-coklatan dan hidup berkelompok. Biasanya
larva berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar Asih setiani, 2012:5
2. Nama Daerah
Nama lain hama Spodoptera litura adalah ulat grayak, biasa disebut dengan ulat tentara.
3. Penyebaran
Spodoptera litura merupakan serangga hama yang terdapat di
banyak negara seperti Indonesia, India, Jepang, Cina, dan negara-negara lain di Asia Tenggara Sintim et al., 2009. Ulat grayak Spodoptera
litura bersifat polifag atau mempunyai kisaran inang yang luas sehingga
berpotensi menjadi hama pada berbagai jenis tanaman pangan, sayuran,
buah dan perkebunan Marwoto dan Suharsono, 2008. 4.
Siklus hidup Spodoptera litura
Instar pertama larva Spodoptera litura tubuh larva berwarna hijau kuning, panjang 2,00 sampai 2,74 mm dan tubuh berbulu-bulu halus,
kepala berwarna hitam dengan lebar 0,2-0,3 mm. Instar dua, tubuh berwarna hijau dengan panjang 3,75-10,00 mm, bulu-bulunya tidak
terlihat lagi dan pada ruas abdomen pertama terdapat garis hitam meningkat pada bagian dorsal terdapat garis putih memanjang dari toraks
hingga ujung abdomen, pada toraks terdapat empat buah titik yang berbaris dua-dua. Larva instar tiga memiliki panjang tubuh 8,0
– 15,0
23
mm dengan lebar kepala 0,5 – 0,6 mm. Pada bagian kiri dan kanan
abdomen terdapat garis zig-zag berwarna putih dan bulatan hitam sepanjang tubuh. Instar empat, lima dan enam agak sulit dibedakan.
Panjang tubuh instar empat 13-20 mm, instar lima 25-35 mm dan instar enam 35-50 mm. Mulai instar empat warna bervariasi yaitu hitam, hijau,
keputihan, hijau kekuningan atau hijau keunguan. Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat
tua atau hitam kecoklat-coklatan. Ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa kokon berwarna coklat kemerahan
dengan panjang sekitar 1,6 cm. Imago berupa ngengat dengan warna hitam kecoklatan. Pada sayap depan ditemukan spot-spot berwarna hitam
dengan strip-strip putih dan kuning. Sayap belakang berwarna putih. Spodoptera litura
merupakan salah satu serangga hama penting yang sangat polifag. Serangga ini merusak pada stadia larva, yaitu memakan
daun, sehingga menjadi berlubang-lubang. Biasanya dalam jumlah besar ulat grayak bersama-sama pindah dari tanaman yang telah habis dimakan
daunnya ke tanaman lainnya Pracaya, 2005. Seekor ngengat betina dapat meletakkan 2000-3000 telur. Ulat berkepompong dalam tanah,
membentuk pupa tanpa rumah pupa kokon, berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm. Siklus hidup berkisar antara 30-60 hari
lama stadium telur 2-4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar : 20-46 hari, pupa : 8-11 hari.
24
Gambar 2. Telur Spodoptera litura yang hampir sempurna Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada
daun kadang tersusun 2 lapis, warna coklat kekuning-kuningan, berkelompok masing-masing berisi 25-500 butir tertutup bulu seperti
beludru Tenrirawe dan Talanca, 2008. Stadia telur berlangsung selama 3 hari Rahayu, dkk, 2009. Setelah 3 hari, telur menetas menjadi larva.
Gambar 3.Spodoptera litura Sumber: dokumentasi pribadi 2017 Ulat yang keluar dari telur berkelompok dipermukaan daun.
Setelah beberapa hari, ulat mulai hidup berpencar. Panjang tubuh ulat yang telah tumbuh penuh 50 mm Balitbang, 2006. Masa stadia larva
berlangsung selama 15-30 hari Rahayu, dkk, 2009. Setelah cukup dewasa, yaitu lebih kurang berumur 2 minggu, ulat
mulai berkepompong, pupa memiliki panjang 9-12 mm. Masa pupa
25
berlangsung didalam tanah dan dibungkus dengan tanah kurang lebih 1 cm Kalsoven, 1981. Setelah 9-10 hari kepompong akan berubah
menjadi ngengat dewasa Balitbang, 2006.
Gambar 4 : Spodoptera litura menjadi pupa Sumber: dokumentasi pribadi 2017
5. Gejala Serangan
Larva yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa- sisa epidermis bagian atas atau transparan dan tinggal tulang-tulang daun
saja dan ulat yang besar memakan tulang daun dan buahnya. Pada serangan berat menyebabkan gundulnya daun. Ulat grayak muda
menyerang daun sehingga bagian daun yang tertinggal hanya epidermis
atas dan tulang-tulangnya saja. Ulat dewasa juga merusak tulang-tulang
daun sehingga tampak lubang-lubang bekas gigitan pada daun. Secara
umum serangan ulat ini terjadi pada malam hari atau pada saat sinar matahari teduh, misalnya menjelang sore hari. Ulat Spodoptera litura
tidak nyaman memakan daun atau cabai di bawah terik matahari. Sedangkan pada waktu siang hari yang terik , mereka bersembunyi di
26
bawah ketiak daun, pangkal tanaman atau dibalik mulsa, sehingga mereka nyaman dan aman dari sengatan sinar matahari dan selamat dari
penyemprotan bila dilakukan penyemprotan Sastrisiswojo, 1994.
Gambar 5. Serangan larva Spodoptera litura Sumber: dokumen pribadi Berdasarkan statusnya hama dibedakan
antara lain :
1. Hama potensial adalah semua organisme yang berpotensi
menimbulkan kerugian pada manusia. Pada saat organisme tersebut berstatus sebagai hama potensial perkembangan populasinya
terhalangi oleh kondisi lingkungan fisik dan biotik. Apabila kondisi lingkungan tersebut menunjang perkembangan populasi organisme
tersebut, maka mungkin saja diantaranya akan berubah status menjadi hama utama key pest.
2. Hama utama key pest yaitu hama yang selalu ada dan
menyebabkan kerugian secara ekonomi dengan persentase yang lebih bersar daripada hama lainnya.
3. Hama tidak penting minor pest, adalah hama yang menyerang
tanaman, tetapi hanya sedikit sekali menyebabkan kerugian secara
27
ekonomi. Hama ini timbulnya pun hanya sewaktu-waktu, maka disebut juga hama sewaktu-waktu occasional pest.
4. Hama reguler reguler pest adalah bila suatu spesies hama selalu
timbul, misalnya hama tikus pada tanaman kelapa sawit, sebab hama ini selalu timbul dimana saja dan menyebabkan kerugian secara
ekonomi, meskipun intensitas dan luas serangannya bervariasi antar musim.
5. Hama endemik endemic pest adalah hama yang selalu timbul di
tempat atau daerah tertentu, sedangkan di daerah lain jarang terjadi, Salah satunya adalah ulat grayak yang mempunyai nama ilmiah
Spodoptera litura Fabricus Lepidoptera; Noctuidae. Serangan
hama ini merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan produksi dan mutu tembakau. Hama ini sering mengakibatkan
penurunan produktivitas
bahkan kegagalan
panen karena
menyebabkan daun dan buah sayuran menjadi sobek, terpotong- potong dan berlubang. Bila tidak segera diatasi maka daun atau buah
tanaman di areal pertanian akan habis.
28
D. Tanaman cabai merah Capsicum annuum L.
Gambar 6. Tanaman cabai merah yang digunakan dalam penelitian Sumber: dokumen pribadi 2017
1. Klasifikasi
Menurut klasifikasi dalam tata nama sistem tumbuhan tanaman cabai termasuk kedalam :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L.
2. Penyebaran
Berdasarkan asal-usulnya, cabai hot pepper berasal dari Peru. Ada yang menyebutkan bahwa bangsa Meksiko kuno sudah menggemari
cabai semenjak tahun 7000 SM, jauh sebelum Columbus menemukan
29
benua Amerika pada tahun 1492. Christophorus Columbus kemudian menyebar dan mempopulerkan cabai dari benua Amerika ke Spanyol
pada tahun 1492. Hingga saat ini belum ada data yang pasti mengenai kapan cabai dibawa masuk ke Indonesia. Menurut dugaan, kemungkinan
besar cabai dibawa oleh saudagar-saudagar dari Persia ketika singgah di Aceh. Sumber lain menyebutkan bahwa cabai masuk ke Indonesia karena
dibawa oleh bangsa Portugis Setiadi, 2000.
3. Jenis-Jenis Cabai Merah
Tanaman cabai memiliki varietas yang jumlahnya sangat banyak. Berkat kemajuan teknologi di bidang pembibitan telah banyak dihasilkan
berbagai varietas cabai unggul hibrida oleh berbagai negara atau perusahaan benih unggul di dunia Setiadi, 2008 yaitu :
1. Cabai Kriting Cabai ini berukuran kecil dari cabai merah biasanya, tetapi
rasanya lebih pedas dan aromanya lebih tajam. Bentuk fisiknya memang sedikit berkelok-kelok dengan permukaan buah tidak rata sehingga
memberikan kesan “keriting”. Buah mudanya ada yang berwarna hijau. Bila dibandingkan dengan cabai lainnya, cabai keriting lebih tahan
terhadap serangan penyakit. 2. Cabai tit atau tit super
Tit super dikenal sebagai cabai lokal. Tinggi tanaman antara 30- 70 cm. buahnya berwarna merah tua menyala dengan ukuran besar,
panjang, dan mulus serta ujungnya mengecil runcing dan bengkok.
30
3. Cabai hot beauty Dikalangan petani umumnya cabai ini sering disebut cabai
Taiwan. Memang cabai ini merupakan hybrid yang diproduksi dari Taiwan. Ukuran buahnya besar, panjang dan lurus. Daging buahnya tipis
dengan rasa kurang pedas dibandingkan cabai keriting. 4. Cabai merah lainnya
Selain jenis cabai merah yang sudah dijelaskan diatas, ada beberapa jenis cabai merah lain yang ada di Indonesia. Beberapa
diantaranya ialah cabai semarang, cabai paris, cabai jatilaba, dan cabai long chili
. Cabai semarang mirip cabai tit super. Perbedaannya hanya terletak pada buah yang lebih kecil, pangkalnya lurus, dan berujung
bengkok. Cabai paris buahnya besar, lurus dan pangkal sampai ujung, berwarna merah kekuningan, dan berurat atau bergaris putih. Cabai
jatilaba buahnya besar, lurus, berkerut-kerut, berujung runcing, dan berwarna merah kehitaman. Cabai long chili merupakan cabai produksi
dari Taiwan. Buahnya ramping, panjang berkulit halus, dan berdaging agak tebal dibandingkan hot beauty.
4. Ciri dan Morfologi
Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan Solanaceae dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran
rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang
menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan panas bila
31
digunakan untuk rempah-rempah bumbu dapur. Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa
harus membelinya di pasar Harpenas, 2010. Cabai merah ini berukuran kecil dari cabai merah biasanya, tetapi
rasanya lebih pedas dan aromanya lebih tajam. Bentuk fisiknya memang sedikit berkelok-kelok dengan permukaan buah tidak rata sehingga
memberikan kesan “keriting”. Buah mudanya ada yang berwarna hijau. Bila dibandingkan dengan cabai lainnya, cabai keriting lebih tahan
terhadap serangan penyakit. Ciri tanaman cabai merah ini batang tanaman besar, daun yang lebar dan halus, serta banyaknya ranting
cabang yang muncul.
5. Syarat Tumbuh
Syarat tumbuh tanaman cabai dalam budidaya tanaman cabai adalah sebagai berikut.
1. Iklim Suhu berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, demikian juga
terhadap tanaman cabai. Suhu yang ideal untuk budidaya cabai adalah 24
sampai dengan 28ºC. Pada suhu tertentu seperti 15ºC dan lebih dari 32ºC akan menghasilkan buah cabai yang kurang baik. Pertumbuhan
akan terhambat jika suhu harian di area budidaya terlalu dingin. Tjahjadi, 1991 mengatakan bahwa tanaman cabai dapat tumbuh pada
musim kemarau apabila dengan pengairan yang cukup dan teratur. Iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhannya antara lain.
32
a. Sinar Matahari Penyinaran yang dibutuhkan adalah penyinaran secara penuh, bila
penyinaran tidak penuh pertumbuhan tanaman tidak akan normal. b. Curah Hujan
Walaupun tanaman cabai tumbuh baik di musim kemarau tetapi juga memerlukan pengairan yang cukup. Adapun curah hujan yang
dikehendaki yaitu 800 sampai dengan 2000 mmtahun. c. Suhu dan Kelembaban
Tinggi rendahnya suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Adapun suhu yang cocok untuk pertumbuhannya adalah siang
hari 21ºC sampai dengan 28ºC, sedangkan malam hari 13ºC sampai dengan 16ºC, untuk kelembaban tanaman 80.
d. Angin Angin yang cocok untuk tanaman cabai adalah angin sepoi-sepoi,
angin berfungsi menyediakan gas CO
2
yang dibutuhkannya. 2.
Ketinggian Tempat Ketinggian tempat untuk penanaman cabai adalah adalah dibawah
1400 m dpl. Berarti cabai dapat ditanam pada dataran rendah sampai dataran tinggi 1400 m dpl. Di daerah dataran tinggi tanaman cabai
dapat tumbuh, tetapi tidak mampu berproduksi secara maksimal. 3. Tanah
Cabai sangat sesuai ditanam pada tanah yang datar. Dapat juga ditanam pada lereng-lereng gunung atau bukit. Tetapi kelerengan lahan
33
tanah untuk cabai adalah antara 0 sampai dengan 100. Tanaman cabai juga dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis
tanah, mulai dari tanah berpasir hingga tanah liat Harpenas, 2010. Pertumbuhan tanaman cabai akan optimum jika ditanam pada tanah
dengan pH 6 sampai dengan 7. Tanah yang gembur, subur, dan banyak mengandung humus bahan organik sangat disukai Sunaryono dan
Rismunandar, 1984.
6. Benih
Perbanyakan tanaman
cabai merah
dilakukan dengan
menggunakan biji. Biji tanaman cabai merah diperoleh dari tanaman yang dibiarkan berbunga hingga berkembang berbuah dan akhirnya tua,
dan terdapat biji didalamnya. Sebelum dikebunkan biji tanaman cabai harus disemaikan terlebih dahulu, bisa dengan menggunakan pot tray.
Bibit tanaman cabai yang sudah tumbuh dan yang sudah berdaun 3 sampai 4 helai dapat dipindahkan ke lahan. Biasanya sekitar umur 4-5
minggu setelah semai.
34
7. Kandungan Gizi
Cabai mengandung kurang lebih 1,5 biasanya antara 0,1-1 rasa pedas. Kandungan gizi cabai Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan gizi buah cabai per 100 gram No
Macam Cabai Merah
Cabai Hijau 1
Air 90
93,3 2
Energi kal 32
23,0 3
Protein g 0,5
0,7 4
Lemak g 0,3
0,2 5
Karbohidrat g 7,8
5,4 6
Serat g 1,6
1,5 7
Abu g 0,5
0,4 8
Kalsium mg 29,0
12,0 9
Fosfor mg 45
18,0 10 Besi mg
0,5 0,4
11 Vitamin A IU 470
260 12 Vitamin C mg
18 84
13 Tiamin mg 0,05
0,05 14 Riboflavin mg
0,06 0,03
15 Niasin mg 0,9
0,5 16 Asam askorbat mg
18,0 84,0
Sumber : Ashari, 2006
35
8. Penyakit Pada Tanaman Cabai
Menurut Tim Bina Karya Tani 2009, ada beberapa penyakit pada tanaman cabai yaitu:
1. Penyakit Keriting Daun Penyakit keriting daun menyerang tanaman sejak masih kecil
hingga pertumbuhannya terhenti. 2. Penyakit Antraknosa
Penyakit yang menyerang buah cabai itu disebut penyakit busuk buah, yang dikenal dengan nama antraknosa.
3. Penyakit Layu Penyakit layu pada tanaman sayuran cabai disebabkan oleh jamur
Fusarium oxysporium. Penyakit layu ini bisa menular melalui luka.
4. Penyaki Virus Mozaik Penyakit mozaik pada tanaman sayuran cabai disebabkan oleh
virus. Penyakit virus ini menyerang daun tanaman. 5. Penyakit Bakteri Xanthomonas solanacearum
Penyakit bakteri yang menyerang tanaman sayuran cabai adalah Xanthomonas Solanacearum.
6. Busuk Buah Cabai Penyakit fisiologis akibat kekurangan unsur hara tertentu. Salah
satu di antaranya yang sering ditemukan pada tanaman cabai adalah busuk ujung buah.
36
E. Batang Mimba Azadirachta indica A. Juss
Gambar 7. Batang Mimba Sumber: dokumentasi pribadi 2017
1. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Filum : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Meliaceae
Marga : Azadirachta
Jenis : Azadirachta indica A. Juss.
2. Nama Daerah
Mimba Azadirachta indica A. Juss dikenal dengan tanaman mimbo atau mimba selain itu juga dikenal dengan nama Nimba, ada
tanaman yang mirip dengan mimba yaitu tanaman mindi. Mimba Jawa, Mempheuh Madura, Mimba Bali.
37
3. Asal dan Distribusi Geografi
Pohon Mimba Azadirachta indica A. Juss adalah pohon yang banyak ditemukan di India maupun di tempat beriklim kering lainnya.
Pohon ini tumbuh baik di provinsi NTB dan NTT. Pohon ini mempunyai berbagai manfaat untuk pertanian dan kesehatan serta dapat
diintegrasikan dalam sistem agroforestri.
4. Ciri-ciri
Mimba Azadirachta indica A. Juss merupakan tumbuhan yang umum ditanam sebagai tanaman peneduh. Tanaman ini mempunyai
potensi yang tinggi sebagai insektisida botanik. Karena bersifat toksik terhadap beberapa jenis hama dari ordo Orthoptera, Homoptera,
Coleoptera, Lepidoptera, Diptera dan Heteroptera Jacobson, 1981. Daun dan biji mimba diketahui mengandung Azadirachtin Partopuro,
1989; Sudarmadji, 1994. Mengingat tanaman ini tersedia dalam jumlah yang relatif banyak, maka para ahli biologi di Indonesia sejak tahun
1980-an mulai banyak yang mencoba menggunakan ekstrak mimba untuk mengendalikan hama tanaman. Mimba merupakan pohon dengan
ketinggian 10-15 m, batang tegak berkayu, berbentuk bulat, percabangan simpodial dan berwarna coklat.
- Daun majemuk, berhadapan berbentuk lonjong, tepi bergerigi ujung
lancip, pangkal meruncing, pertulangan menyirip, panjang 5-7 cm, lebar 3-4 cm, tangkai daun panjangnya 8-20 cm berwarna hijau.
38
- Bunga majemuk berkelamin dua diujung cabang, tangkai silindris
panjang 8-15 cm. Kelopak berwarna hijau, mahkota halus dan berwarna putih. Buah bulat telur dan berwarna hijau, biji bulat
diameter ± 1 cm berwarna putih. Tanaman mimba tumbuh diketinggian 1-1.700 m dpl, tetapi yang baik didaerah panas karena
tahan tekanan air.
5. Kandungan Ekstrak Batang Mimba
Daun, batang, dan biji mimba diketahui mengandung Azadirachtin
Partopuro, 1989; Sudarmadji, 1994. Mengingat tanaman ini tersedia dalam jumlah yang relatif banyak, maka para ahli biologi di
Indonesia sejak tahun 1980-an mulai banyak yang mencoba menggunakan ekstrak mimba untuk mengendalikan hama tanaman.
Batang mimba Azadirachta indica A. Juss mengandung beberapa komponen aktif pestisida antara lain azadirakhtin, salanin, azadiradion,
salannol, salanolacetat, 3-deasetil salanin, 14-epoksi-azadiradion, gedunin, nimbin, dan deasetil nimbin. Dari beberapa komponen tersebut
ada tiga senyawa yang diketahui sebagai pestisida nabati, yaitu azadirakhtin, salanin, dan meliantriol Horbone, 1982; Jones et.al dalam
Schmutterer, 1990; Saxena et al.,1993. Azadirakhtin tidak langsung mematikan serangga, tetapi melalui mekanisme menolak makan,
mengganggu pertumbuhan dan reproduksi serangga. Salanin bekerja sebagai penghambat makan serangga, sedangkan meliantriol sebagai
penolak serangga.
39
Biji, batang dan daun mimba mengandung tiga senyawa kimia alami yang aktif sebagai pestisida, yaitu azadirakhtin, salanin, dan
meliatriol. Dalam satu gram biji mimba mengandung 2-4 mg azadirakhtin, namun ada juga yang mencapai 9 mg. Senyawa kimia
tersebut dapat berperan sebagai penghambat pertumbuhan serangga, penolak makan, dan repellent bagi serangga. Keuntungan lainnya,
azadirakhtin mudah terabsorbsi oleh tanaman, bekerja secara sistemik, sedikit racun kontak dan aman bagi serangga musuh alami Isman 1994.
Pestisida nabati dari biji mimba dapat diproduksi baik dengan teknologi yang sederhana maupun dengan teknologi tinggi. Teknologi sederhana
adalah dengan cara menumbuk atau menggiling biji mimba menjadi serbuk, kemudian serbuk direndam dalam air selama semalam, disaring
dan langsung dapat diaplikasikan. Teknologi tinggi adalah dengan mengisolasi bahan aktif yang bersifat toksik dan diformulasi dengan
menambahkan bahan-bahan lain, sehingga dapat diaplikasikan seperti insektisida pada umumnya.
40
F. Kerangka Berpikir
Penggunaan pestisida sintetis menunjukkan hasil yang sangat efektif dan efisien, tetapi penggunaan pestisida sintetis dalam jangka
waktu lama dapat menimbulkan permasalahan baik dalam aspek lingkungan, seperti mengakibatkan resistensi hama, meninggalkan residu
didalam tanah, air, udara serta berdampak pada kesehatan manusia yang mengkonsumsi bahan makanan yang terkena pestisida sintetis tersebut.
Dibutuhkan cara pengendalian hama yang tidak mengakibatkan hama menjadi resisten dan ramah lingkungan, sehingga tidak menimbulkan
permasalahan lingkungan dan aman di konsumsi manusia. Ekstrak batang mimba Azadirachta indica A. Juss mengandung senyawa kimia
alami yang aktif sebagai pestisida nabati pengendali hama, yaitu azadirachtin, salanin, dan meliantriol. Senyawa azadirachtin dapat
menghambat pertumbuhan serangga hama, mengurangi nafsu makan, mengurangi produksi dan penetasan telur, meningkatkan mortalitas,
mengaktifkan infertilitas dan menolak hama. Azadirakhtin tidak langsung mematikan serangga, tetapi melalui mekanisme menolak
makan, mengganggu partumbuhan dan reproduksi serangga. Salanin bekerja sebagai penghambat makan serangga. sedangkan meliantriol
sebagai penolak serangga. Berikut ini merupakan bagan alur kerangka berpikir peneliti.
41
Gambar 8. Kerangka Berfikir.
Salanin sebagai penurun nafsu makan
anti-feedant Meliantriol sebagai
penolak penghalau repellent
Penggunaan pestisida sintetis : -
Hama menjadi resisten -
Berbahaya terhadap lingkungan mencemari air,
tanah, udara -
Membahayakan kesehatan manusia
Pestisida nabati: - Pengendalian hama yang tidak
mengakibatkan hama menjadi resisten
- Pengendalian hama yang tidak membahayakan lingkungan dan aman
di konsumsi manusia
Pengendalian Hama Terpadu PHT mengurangi penggunaan pestisida sintetis dan mengintroduksi penggunaan pestisida nabati.
Pestisida nabati dengan menggunakan ekstrak batang mimba Azadirachta indica A. Juss yang mengandung senyawa azadirachtin, salanin, dan meliantriol.
Azadirachtin sebagai penolak makan,
Larva Ulat Grayak Spodoptera litura
Tanaman Cabai Merah Capsicum annuum L.
1. Mortalitas Hama 2.
Pemendekan fase larva Spodoptera litura menjadi pupa
1. Perubahan Morfologi dan tingkat kerusakan tanaman
2. Berat Basah tanaman cabai merah
42
G. Hipotesis