Biaya Tetap Kesimpulan Analisis Pendapatan Usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica ) (Studi Kasus Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan)

Rp30.000 kg. Dari hasil yang diperoleh total produksi usahatani kopi adalah sebesar 29.172 Kg, dengan rata-rata produksi sebesar 729.3 Kg petani. Tabel 15. Penerimaan Petani Kopi Per Petani dan Per Ha No Penerimaan Petani Kopi Rata-Rata Rupiah 1 Per Petani 14,042,200.00 2 Per Hektar 41,557,507.94 Sumber : Analisis Data Primer, 2014 Lampiran 19 dan 20

5.4.2 Biaya Produksi Usahatani Kopi

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung, Biaya produksi terdiri dari biaya tetap Fixed Cost dimana penggunaanya tidak habis dalam satu masa produksi. Biaya yang termasuk biaya tetap adalah pajak, penyusutan alat dan bangunan. Selain biaya tetap terdapat juga biaya tidak tetap Variable Cost dimana penggunaanya habis dalam satu masa produksi. Biaya yang termasuk kedalam biaya tidak tetap adalah bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. Berikut ini merupakan komponen biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam kegiatan usahatani :

a. Biaya Tetap

Biaya tetap yang dianalisis oleh peneliti diantaranya adalah biaya penyusutan alat dan Pajak yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Penyusutan Peralatan

Penyusutan Biaya peralatan yang dihitung meliputi penyusutan peralatan diantaranya terdiri atas cangkul, parang, sabit dan mesin semprot. Dimana, untuk rincian perhitungan dapat dilihat pada lampiran, sedangkan rata-rata besarnya Universitas Sumatera Utara biaya penyusutan peralatan yang dikeluarkan oleh per petani kopi dan per hektar, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 16. Rata-Rata Biaya Tetap penyusutan Peralatan Usahatani Kopi Per Hektar dan Per Petani No. Alat Biaya per petani Rp Biaya per hektar Rp 1 Cangkul 44,537.70 227,247.47 2 Sabit 12,062,50 61,758.75 3 Parang 12,344.44 63,424.44 4 Mesin Semprot 72,553.57 453,885.64 Sumber : Diolah dari Data Primer, 2014 Lampiran 9-12

2. Pajak

Kegiatan usahatani kopi responden di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, sebagian besar memiliki status kepemilikan lahan sendiri. Dengan status kepemilikan lahan tersebut petani juga membayar pajak untuk tanah mereka. Berdasarkan hasil yang diperoleh rata-rata pajak didapat sebesar Rp 11.440 per petani kopi dan sebesar Rp 30.699,52 per hektar. Berdasarkan rincian besarnya komponen masing-masing biaya tetap yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha kopi untuk penyusutan alat dan pajak di peroleh hasil sebagai berikut . Tabel 17. Biaya Tetap Usahatani Kopi Per Hektar dan Per Petani No. Komponen Penyusutan Alat Pajak Biaya per petani Rp Biaya per hektar Rp Biaya per petani Rp Biaya per hektar Rp 1 Rata-rata 141,498.21 806,316.29 11,440.00 30,699,52 2 Range 41,000.00- 355,000.00 82,000.00- 5,062,500.00 1,200.00- 32,400.00 20,000.00- 60,000.00 Sumber : Diolah dari Data Primer, 2014 Lampiran 19 dan 20 Universitas Sumatera Utara

b. Biaya Variabel

Biaya variabel yang digunakan dalam kegiatan usahatani di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan terdiri atas biaya bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Penjelasan umum untuk biaya variabel akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Bibit

Bibit dalam usaha tani kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, berasal dari jenis Sigarar Utang dan kopi jagur USDA 762. Kebutuhan bibit tanaman kopi untuk jenis Kopi Sigarar Utang dengan jarak tanam 1,5 m X 2,0 m = 4.000. Dibandingkan dengan bibit yang berasal dari jenis kopi jagur USDA 762 penggunaan bibit kopi Sigarar Utang lebih banyak untuk 1 ha lahan. Karena pada bibit kopi jagur jarak tanam ya ng digunakan 2,0 m X 2,5 m = 2.500 bibit, jumlah bibit jenis kopi jagur lebih sedikit penggunaanya karena jarak tanam yang dibutuhkan tanamannya lebih besar. Pada umumnya harga bibit yang dibeli oleh petani kopi Rp 1000 batang. Dalam satu hektar lahan penggunaan bibit di daerah penelitian rata-rata adalah 1.356 batangha, dengan biaya rata-rata sebesar Rp 1.356.043,65 ha. Jumlah ini tergantung dari jarak tanam dan penyulaman yang digunakan petani.

2. Pupuk

Petani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, Menggunakan berbagai macam pupuk dalam kegiatan usahataninya, diantaranya pupuk Urea, TSP , dan NPK. Harga masing- masing pupuk tersebut diantaranya pupuk urea Rp 4.500Kg, NPK Rp 6.000Kg, dan TSP Universitas Sumatera Utara Rp 3.500Kg. Rata –rata biaya yang dikeluarkan dari penggunaan pupuk tersebut diantaranya untuk pupuk urea dibutuhkan biaya Rp 318.517,86 Ha untuk pupuk TSP Rp 235.659,72Ha dan untuk pupuk NPK Rp 1.075.779,76Ha.

3. Pestisida

Petani Kopi di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan pada umumnya memiliki masalah yang sama dengan tanaman kopi mereka. Tanaman kopi tersebut tidak dapat menghasilkan produksi yang maksimal karena buah tanaman kopi mengalami busuk sebelah. Petani di daerah penelitian belum menemukan solusi untuk mengatasi masalah tanaman kopi tersebut, namun meskipun demikian petani kopi di Desa Dolokmargu tetap menggunakan pestisida untuk melindungi tanaman kopi dari hama dan penyakit tanaman kopi. Rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani kopi di daerah penelitian untuk pengendalian hama penyakit yang menyerang tanaman kopi adalah Rp 33.096,19 per hektar.

4. Tenaga Kerja

Petani kopi di Desa Dolokmargu pada umumnya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga TKDK. Namun pada masa-masa tertentu jumlah tenaga kerja dalam keluarga sering tidak cukup. Hal ini sering dialami petani pada masa pengolahan lahan dan panen besar. Untuk menutupi kekurangan tenaga kerja saat musim panen petani biasanya mengambil tenaga kerja luar keluarga TKLK. Namun demikian untuk mencari Tenaga Kerja Luar Keluarga di desa Dolokmargu juga tergolong sulit, karena pada umumnya petani di daerah penelitian sama-sama mengusahakan tanaman kopi. Didaerah penelitian jika petani menggunakan Universitas Sumatera Utara tenaga kerja luar keluarga TKLK sistem pembayaran yang dilakukan petani adalah dengan pemberian upah harian. Upah tenaga kerja dilokasi penelitian ditetapkan sebesar Rp 50.000,- per hari untuk tenaga kerja wanita dan Rp 60.000,- per hari untuk tenaga kerja laki-laki. Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani dapat dilihat pada tabel 17 Sebagai berikut: Tabel 18. Rata-rata biaya variabel usahatani kopi per petani dan per hektar No. Komponen Biaya Per petani Rp Biaya Per Hektar Rp Persentase Biaya Per petani Persentase Biaya Per Hektar 1 Bibit 371,000.00 1,356,043.65 20,8 18,16 2 Pupuk:  NPK  TSP  Urea 302.000,00 61.250,00 96.450,00 1.075.779,76 235.659,72 318.517,86 16,9 3,45 5,41 14,4 3,15 4,26 3 Pestisida 11.526,67 33.096,19 0,64 0,44

4 Tenaga Kerja

938.010,42 4.446.753,72 52,69 59,56 Total 1.780.236 7.465.850,9 100 100 Sumber : Diolah dari Data Primer, 2014 Lampiran 4-8 dan 18 Berdasarkan hasil pada tabel 17, dapat diketahui bahwa biaya variabel tertinggi yang dikeluarkan petani di daerah penelitian adalah biaya upah tenaga kerja yaitu 52,69 dari total biaya variabel per petani. Besar biaya variabel yang dikeluarkan per petani kopi tersebut yaitu Rp 938.010,42petani dan Rp 4.446.753,72Ha. Hal ini disebabkan karena dalam kegiatan usahatani terdapat beberapa urutan kegiatan diantaranya mulai dari kegiatan pengolahan tanah, pemeliharaan, pemupukan, panen dan pasca panen. Masing- masing kegiatan tersebut membutuhkan jumlah tenaga kerja yang tidak sedikit sehingga biaya yang dikeluarkan oleh petani juga besar untuk masing-masing kegiatan diatas. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan rincian dari komponen biaya tetap dan biaya tidak tetap yang telah disebutkan diatas, dapat diperlihatkan rata-rata biaya produksi usahatani kopi per petani dan per hektar sebagai berikut: Tabel 19. Rata-Rata Biaya Produksi Petani Kopi Per Petani dan Per Ha No Biaya Per Petani Per Ha FC Fixed Cost Rp VC Variable Cost Rp FC Fixed Cost Rp VCVariable Cost Rp 1. Rata-Rata 152,938.21 1,008,049.58 837,015.82 5,551,279.10 2. Range 49,100.00- 370,000.00 269,275.00- 2,558,750.00 112,000.00- 5,122,500.00 1,518,541.67- 21,008,125.00 Sumber : Diolah dari Data Primer, 2014 Lampiran 21 dan 22 Dari tabel 18 dapat diketahui bahwa rata-rata biaya tetap per petani Rp 152,938.21 dan biaya tidak tetap per petani Rp 1,008,049.58. Sedangkan rata-rata biaya tetap per hektar Rp 837,015.82 dan biaya tidak tetap per hektar Rp 5,551,279.10.

5.4.3. Pendapatan Usahatani Kopi

Pendapatan merupakan selisih dari total penerimaan yang diperoleh petani dikurangi dengan jumlah biaya produksi selama proses produksi berlangsung. Berikut ini diperlihatkan rata-rata pendapatan bersih petani kopi di daerah penelitian: Tabel 20. Rata-Rata Pendapatan Bersih Petani Kopi Per Petani dan Per Hektar No Pendapatan Bersih Petani Kopi Rata-Rata Rupiah 1 Per Petani 12,881,212.20 2 Per Hektar 35,169,213.02 Sumber : Diolah dari Data Primer, 2014 Lampiran 21 dan 22 Dari tabel diatas dapat diketahui pendapatan per petani sebesar Rp 12.881.212,20 per tahun. Pendapatan tersebut merupakan pendapatan bersih petani yang sudah ditambahkan dengan upah Tenaga Kerja Dalam Keluarga Net Family Income. Universitas Sumatera Utara Apabila upah tenaga kerja dalam keluarga dikeluarkan dari pendapatan bersih keluarga Net Family Income, hal ini menandakan Petani kopi bertindak sebagai manajer murni dalam usaha taninya. Sebaliknya upah tenaga kerja dalam keluarga TKDK yang ditambahkan kedalam net income dianggap sebagai pendapatan keluarga yang diupah dalam usahataninya sendiri. Ini disebut juga dengan pendapatan bersih keluarga Net Family Income. Berdasarkan pendapatan bersih petani kopi di daerah penelitian, dapat dilihat kesejahteraan petani kopi di daerah penelitian melalui, Indikator kemiskinan menurut BPS 2005 . Yang dijelaskan dengan 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluargarumah tangga dikategorikan miskin. Jika minimal 9 sembilan indikator terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin RTM. Indikator tersebut adalah: 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m 2 per orang 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanahbambukayu murahan 3. Jenis dinding tempat tinggal dari bamburumpiakayu berkualitas rendahtembok tanpa diplester 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besarbersama-sama dengan rumah tangga lain 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik 6. Sumber air minum berasal dari sumurmata air tidak terlindungsungaiair hujan 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakararangminyak tanah 8. Hanya mengkonsumsi dagingsusuayam satu kali dalam seminggu Universitas Sumatera Utara 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun 10. Hanya sanggup makan sebanyak satudua kali dalam sehari 11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmaspoliklinik 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan 500m 2 , buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya 13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolahtidak tamat SD hanya SD 14. Tidak memiliki tabungan Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di daerah penelitian hanya terdapat 2 indikator yang terpenuhi dari 14 indikator yang menjadi kategori rumah tangga miskin. Yaitu sebagian petani kopi di daerah penelitian masih memiliki dinding tempat tinggal dari kayu, tembok tanpa diplester, dan sumber air minum berasal dari sumur bor bantuan pemerintah. Hal ini menandakan bahwa petani kopi di daerah penelitian tergolong sejahtera.

5.5 Analisis Finansial Usaha Tani Kopi

Tujuan didirikannya suatu usaha yaitu untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat. Oleh karena itu dalam merencanakan suatu usaha harus selalu memperhitungkan apakah usaha tersebut mendatangkan keuntungan atau tidak. Untuk melihat layak tidaknya usahatani kopi yang dikerjakan oleh Petani Kopi di Desa Dolokmargu dapat digunakan analisis kelayakan finansial. Dalam analisis finansial terdapat kriteria yang harus dipenuhi antara lain BC Ratio, IRR Internal Rate of Return, dan NPV Net Present Value. Universitas Sumatera Utara

5.5.1 Net Present Value NPV

Net Present Value NPV atau nilai bersih sekarang adalah analisis manfaat finansial yang digunakan untuk mengukur layak tidaknya suatu usaha dilaksanakan dilihat dari nilai sekarang present value arus kas bersih yang akan diterima dibandingkan dengan nilai sekarang dari jumlah investasi yang dikeluarkan. Arus kas bersih adalah laba bersih usaha ditambah penyusutan, sedang jumlah investasi adalah jumlah total dana yang dikeluarkan untuk membiayai pengadaan seluruh alat-alat produksi yang dibutuhkan dalam menjalankan suatu usaha. NPV adalah kriteria investasi yang banyak digunakan untuk mengukur apakah proyek feasible atau tidak. Bila nilai NPV ≥ 0 maka usahatani dikatakan layak. Bila nilai NPV = 0 maka usahatani tersebut dapat mengembalikan sebesar cost of capital discount rate. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa discount factor tingkat bunga bank pada 15 didapat nilai NPV positif sebesar Rp 6.705,506,31 selama satu tahun. Dengan demikian diperoleh nilai NPV lebih besar dari nol yang berarti bahwa usahatani kopi di desa Dolokmargu layak diusahakan. Melalui analisis NPV juga diketahui bahwa usahatani kopi di desa Dolokmargu layak untuk dikembangkan.

5.5.2 Internal Rate of Return IRR

Internal Rate of Return IRR adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Keputusan menerimamenolak rencana investasi dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat Universitas Sumatera Utara pengembalian investasi yang diinginkan. Bila IRR ≥ i maka usahatani dikatakan layak. Hasil perhitungan IRR untuk usahatani kopi diperoleh sebesar 49,3 lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku dipasar yaitu 15 per tahun. Ini menunjukkan ketika suku bunga meningkat sampai mendekati 49,3 usahatani kopi masih layak untuk diusahakan. Keadaan ini merupakan peluang yang baik bagi para petani kopi di Desa Dolokmargu untuk mengembangkan usahatani kopi lebih intensif.

5.5.3 Benefit – cost ratio BC

Analisis benefit-cost ratio BC merupakan perbandingan antara present value aliran kas bersih dengan present value biaya investasi. Net BC ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat benefit yang diperoleh dari biaya cost yang dikeluarkan. Apabila net BC 1, maka usahatani yang dijalankan layak untuk dilaksanakan. Perhitungan BC usahatani kopi di Desa Dolokmargu diperoleh dengan membandingkan nilai sekarang dari manfaat benefit selama 10 tahun dengan nilai sekarang biaya cost yang dikeluarkan selama 10 tahun. Dari hasil analisis pada Lampiran 25 diperoleh BC sebesar 40,38. Hasil BC sebesar 40,38 dapat memberikan suatu gambaran bahwa setiap pengorbanan atau biaya sebesar Rp 1.000,00 akan mampu memberi manfaat atau benefit sebesar Rp 40.380,00 Ini berarti pengembangan usahatani Kopi di Desa Dolokmargu dapat memberi manfaat yang lebih besar dari setiap biaya yang dikeluarkan dalam jangka waktu 10 tahun. Universitas Sumatera Utara Hasil perhitungan ketiga Kriteria Kelayakan Finansial diperlihatkan sebagai berikut: Tabel 21. Kriteria Kelayakan Finansial Usahatani Kopi Arabika di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan 2014. No Kriteria Kelayakan Finansial Hasil Perhitungan Kesimpulan 1 Net Present Value NPV ≥ 0 Layak 2 Internal Rate of Return IRR ≥ i Layak 3 Net Benefit Cost Ratio BC BC 1 Layak Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa usahatani Kopi Arabika di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, secara finansial layak untuk dilaksanakan. Dengan kata lain, hipotesis dapat diterima. Universitas Sumatera Utara BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1 Produktifitas kopi di daerah penelitian lebih tinggi 0.65 TonHa dibandingkan dengan produktifitas kopi di tingkat kecamatan Lintongnihuta dan lebih tinggi 0,7 TonHa dari produktifitas kabupaten Humbang Hasundutan. 2 Faktor produksi bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan lahan, secara serempak berpengaruh nyata terhadap produksi kopi, namun secara parsial hanya variabel bibit dan lahan saja yang berpengaruh nyata terhadap produksi kopi. 3 Usahatani kopi di daerah penelitian tergolong menguntungkan, karena penerimaan petani lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk usahataninya. 4 Usahatani kopi di daerah penelitian secara finansial layak untuk diusahakan dan dikembangkan ditinjau dari kriteria kelayakan finansial NPV, IRR, dan BC. Universitas Sumatera Utara

6.2 Saran Kepada Petani

Dokumen yang terkait

Hubungan KetinggianTempat, Kemiring Lereng Terhadap Produksi Kopi Arabika Sigarar Utang Pada Bebagai Jenis Tanah di Kecamatan Lintong Nihuta

1 34 94

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Ateng Arabika (Cofeea arabicaL.) di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

2 44 64

Evaluasi Lahan Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)

2 72 89

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Arabika ( Coffea arabica ) di Dusun Paman Similir Desa Telagah Kecamatan Sel Bingei Kabupaten Langkat

1 52 58

Distribusi Pendapatan Dan Tingkat Kemiskinan Petani Kopi Arabika Di Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi

1 48 116

Analisis Finansial dan Kontribusi Usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica) Terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir

2 52 159

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffee sp.), Kentang (Solanum tuberosum L.), dan Kubis (Brassica oleraceae L.), Jeruk (Citrus sp.) di Kecamatan Harian Kabupaten Samosir

0 40 116

Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica) Studi Kasus: Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun

10 44 101

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KOPI ARABIKA (Coffea arabica ) (Studi Kasus Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan) SKRIPSI

0 0 13

Analisis Pendapatan Usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica ) (Studi Kasus Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan)

1 2 78