Berdasarkan rincian dari komponen biaya tetap dan biaya tidak tetap yang telah disebutkan diatas, dapat diperlihatkan rata-rata biaya produksi usahatani kopi per
petani dan per hektar sebagai berikut:
Tabel 19. Rata-Rata Biaya Produksi Petani Kopi Per Petani dan Per Ha No
Biaya Per Petani
Per Ha FC Fixed
Cost Rp VC Variable
Cost Rp FC Fixed
Cost Rp VCVariable
Cost Rp 1. Rata-Rata 152,938.21 1,008,049.58 837,015.82 5,551,279.10
2. Range 49,100.00-
370,000.00 269,275.00-
2,558,750.00 112,000.00-
5,122,500.00 1,518,541.67-
21,008,125.00 Sumber
: Diolah dari Data Primer, 2014 Lampiran 21 dan 22 Dari tabel 18
dapat diketahui bahwa rata-rata biaya tetap per petani Rp 152,938.21 dan biaya tidak tetap per petani Rp 1,008,049.58. Sedangkan rata-rata biaya tetap
per hektar Rp 837,015.82 dan biaya tidak tetap per hektar Rp 5,551,279.10.
5.4.3. Pendapatan Usahatani Kopi
Pendapatan merupakan selisih dari total penerimaan yang diperoleh petani dikurangi dengan jumlah biaya produksi selama proses produksi berlangsung.
Berikut ini diperlihatkan rata-rata pendapatan bersih petani kopi di daerah penelitian:
Tabel 20. Rata-Rata Pendapatan Bersih Petani Kopi Per Petani dan Per Hektar
No Pendapatan Bersih Petani Kopi
Rata-Rata Rupiah 1
Per Petani 12,881,212.20
2
Per Hektar 35,169,213.02
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2014 Lampiran 21 dan 22
Dari tabel diatas dapat diketahui pendapatan per petani sebesar Rp 12.881.212,20 per tahun. Pendapatan tersebut merupakan pendapatan bersih petani yang sudah
ditambahkan dengan upah Tenaga Kerja Dalam Keluarga Net Family Income.
Universitas Sumatera Utara
Apabila upah tenaga kerja dalam keluarga dikeluarkan dari pendapatan bersih keluarga Net Family Income, hal ini menandakan Petani kopi bertindak sebagai
manajer murni dalam usaha taninya. Sebaliknya upah tenaga kerja dalam keluarga TKDK yang ditambahkan kedalam net income dianggap sebagai pendapatan
keluarga yang diupah dalam usahataninya sendiri. Ini disebut juga dengan pendapatan bersih keluarga Net Family Income.
Berdasarkan pendapatan bersih petani kopi di daerah penelitian, dapat dilihat kesejahteraan petani kopi di daerah penelitian melalui, Indikator kemiskinan
menurut BPS 2005
.
Yang dijelaskan dengan 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluargarumah tangga dikategorikan miskin. Jika minimal 9
sembilan indikator terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin RTM. Indikator tersebut adalah:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m
2
per orang 2.
Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanahbambukayu murahan 3.
Jenis dinding tempat tinggal dari bamburumpiakayu berkualitas rendahtembok tanpa diplester
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besarbersama-sama dengan rumah tangga
lain 5.
Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik 6.
Sumber air minum berasal dari sumurmata air tidak terlindungsungaiair hujan
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakararangminyak
tanah 8.
Hanya mengkonsumsi dagingsusuayam satu kali dalam seminggu
Universitas Sumatera Utara
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
10. Hanya sanggup makan sebanyak satudua kali dalam sehari
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmaspoliklinik
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan
500m
2
, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolahtidak tamat SD
hanya SD 14.
Tidak memiliki tabungan
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di daerah penelitian hanya terdapat 2 indikator yang terpenuhi dari 14 indikator yang menjadi kategori rumah tangga
miskin. Yaitu sebagian petani kopi di daerah penelitian masih memiliki dinding tempat tinggal dari kayu, tembok tanpa diplester, dan sumber air minum berasal
dari sumur bor bantuan pemerintah. Hal ini menandakan bahwa petani kopi di daerah penelitian tergolong sejahtera.
5.5 Analisis Finansial Usaha Tani Kopi