Sistematika Pembahasan Peran K.G.P.A.A Paku Alam VIII Dalam Persatuan Panahan Seluruh Indonesia (Perpani) Tahun 1953-1977.

Hasil dari penandatanganan kontrak tersebut salah satunya berisi tentang diangkatnya Pangeran Notokusumo menjadi Sri Paku Alam I, yang dilaksanakan pada tanggal 29 Juni 1812. Kemudian dikukuhkan lagi melalui politik kontrak yang ditandatangani oleh Crawfurd Minister Pakualaman Inggris untuk Yogyakarta dan Sri Paku Alam I Notokusumo yang saat itu sudah ditetapkan sebagai kepala kadipaten Pakualaman. Politik kontrak ini dilakukan pada tanggal 17 Maret 1813 di Yogyakarta. Selama itulah akhirnya kadipaten Pakualaman merupakan wilayah yang lepas dari kasultanan Yogyakarta dan memiliki kewenangan atas wilayahnya. Selama perjalanan kadipaten ini dipimpin oleh Kepala pemimpin yang disebut dengan Paku Alam, menurut silsilah, Pakualaman dan Kasultanan masih memiliki hubungan darah bahkan Notokusumo Sri Paku Alam I merupakan putera dari Hamengku Buwono I. Banyak tokoh-tokoh besar yang lahir dari keluarga Pakualaman, wilayahnya yang tidak terlalu luas dan perhatian terhadap pendidikan yang cukup tinggi, membuat keturunan dan kerabat Paku Alam bisa mengenyam pendidikan. Abad ke 19 ketika politik etis irigasi, transmigrasi dan edukasi diterapkan di Hindia Belanda. Politik etis tersebut juga dirasakan di wilayah Yogyakarta. Akibat politik etis tersebut maka mulai bermunculan sekolah-sekolah partikelir di Pakualaman misalnya Surjengyuritan Lor , Padmosoekarnan , dan sekolah ongko loro . 3 Perkembangan dan perhatian terhadap pendidikan di Pakualaman mulai terlihat pada masa kepemerintahan Paku Alam V. Hal ini dapat dilihat dengan 3 Ninda Purnama Sari, “Perkembangan Sekolah Partikelir Pakualaman 1892- 1942” , Skripsi, Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2012, hlm. 55-56. banyaknya keluarga Pakualaman yang mengenyam pendidikan bahkan sampai ke Negeri Belanda, dan lahir cendikia-cendikia dari keluarga Pakualaman.

1. Pengaruh Keluarga terhadap Pribadi Paku Alam VIII

Ibu dari BRMH Surarjaningrat Paku Alam VII yaitu Gusti Timur, ia merupakan keturunan dari Gusti Kanjeng dengan Sri Paku Paku Alam III. Gusti Timur tidak bisa meneruskan tahta ayahnya Sri Paku Alam III, karena dalam sejarah Pakualaman belum pernah ada pewaris tahta Pakualaman yang berasal dari kaum perempuan. Akhirnya Gusti Timur dinikahkan dengan putera Sri Paku Alam V yang bernama KPH Notokusumo. Gusti Kanjeng, ibunda Gusti Timur berharap dari perkawinan tersebut dapat lahir seorang putera mahkota yang nantinya akan meneruskan tahta dari Paku Alam VI. Perkawinan tersebut lahir seorang putera mahkota yang diberinama BRMH Surarjaningrat atau sering disebut dengan BRMH Surarjo. 4 Dirunut dengan menggunakan silsilah, maka Paku Alam VII merupakan keturunan langsung dari Panembahan Senopati Pendiri Kerajaan Mataram, keturunan langsung Sultan Hamengku Buwono I Pendiri Kasultanan Yogyakarta, Keturunan dari Sri Sultan Hamengku Buwono II putera dari Hamengkubuwono I dan kakak dari Sri Paku Alam I, dan keturunan langsung dari Sri Paku Alam I Putera Sri Sultan Hamengku Buwono I. 5 Latar belakang dari kedua orangtuanya yang membentuk pribadi Paku Alam VII. Menurut Gedenkscrhift “25 jarig bestuursjubileum ZH Paku Alam VII”, 4 Soedarisman Poerwokoesoemo, Ibid., hlm.270 5 Ibid. , hlm.273. menjelasakan bahwa salah satu cita-cita Sri Paku Alam VI adalah untuk memberikan pendidikan secara barat kepada puteranya, sehingga BRMH Surarja sejak masih muda telah dikanalkan dengan kebudayaan barat dari segala seginya. BRMH Surarjo menunjukan kegemaran belajar dan mencari Ilmu pengetahuan. 6 Semasa studi Ia tergolong murid yang cerdas, ia dan temannya berharap bisa menjadi satu dengan anak-anak yang bersekolah di Erste European, Lagere School yaitu sekolah yang mayoritas muridnya adalah orang-orang Eropa. Ia kecewa karena nyatanya ia justru didaftarkan di Derde Europeesche Lagere School di Bintaran. Tidak hanya itu BRMH Surarjo juga di- Indekost -kan pada seorang Belanda sehingga ia bisa mempelajari dan mengenal kebudayaan Barat. 7 Selama tinggal bersama dengan orang Belanda ia cepat menyerap pelajaran dan kebudayaan. Ia belajar bahasa Prancis dan mampu mengejar kekurangan- kekurangannya. Akhirnya pada tahun 1899 BRMH Surarja masuk sekolah HBS di Semarang, ia berencana setelah lulus akan melanjutkan ke universitas di Eropa untuk mendapatkan gelar. 8 Namun BRMH Surarjo saat itu masih menempuh pendidikan di Gymnasium Willem III Afdeeling B 9 di Jakarta dan ia harus 6 P.A.A Kusumoyudo , Gedenkschrift “ 25 Jarig bestuursjubileum ZH Paku Alam VII ”,Jakarta, tt, hlm. 35. PAA Kusumoyudo merupakan anggota Raad van Nederlansch Indie, lebih lanjut lihat Soedarisman Poerwokoesoemo, Kadipaten Pakualaman, terbitan UGM Press.1985 hlm. 274. 7 Ibid. , hlm. 276. 8 Ibid. 9 Gymnasium Willem III afdeeling B adalah sekolah latihan bagi calon-calon BB Belanda. Lihat Soedarisman Poerwokusumo, op.cit. hlm.277.