Kondisi Keolahragaan di Indonesia Paska Kemerdekaan
mendapatkan pengakuan dalam pergaulan interanasional. Langkah awal yang dilakukan yaitu bergabungnya Indonesia dalam organisasi Perserikatan Bangsa-
Bangsa pada 27 September 1950,
7
Indonesia bergabung menjadi anggota PBB yang ke 60. Diterimanya Indonesia menjadi Anggota PBB maka Indonesia
memiliki kedudukan yang sama dengan negara-negara lainnya. Tidak hanya itu hal tersebut juga merupakan upaya Indonesia untuk menciptakan perdamaian
dunia. Di tahun yang sama Indonesia juga menjadi tuan rumah penyelengara konfrensi Asia-Afrika pada tahun 1950 yang dihadiri oleh negara-negara dari Asia
dan Afrika. Upaya Indonesia untuk memperkenalkan diri dalam pergaulan dunia sudah
dilakukan, baik dari bidang diplomasi, politik, kerjasama pedagangan serta keikut sertaan Indonesia dalam olahraga, Setelah Perang Dunia ke II ada perpindahan
paradigma di dunia yaitu dari peperangan dan persaingan dominasi militer ke paradigma “pertandiangan Olympiade” untuk menunjukan prestasi olahraga suatu
negara. Semboyan dari Olympiade yang berbunyi,
Altius, Litius, Fortius
menunjukan perubahan paradigma dunia
.
Selain itu, Olympiade Games membawa misi perdamaian hal ini dapat dilihat dari lambang yang terdapat pada Bendera
Olympiade yang terdri atas 5 buah lingkaran terdiri atas warna biru, kuning, hitam,hijau dan merah. Lingkaran tersebut mewakili dari lima benua di dunia, biru
7
Ginanjar Kartasas mita, dkk. “
30 Tahun Indonesia Merdeka
, tahun 1950- 1964
”, Jakarta: P.T. Jayakarta Agung Offset, hlm. 51.
untuk Benua Eropa, kuning untuk Benua Asia, hitam untuk Afrika, hijau untuk Australia dan merah untuk Amerika.
8
Langkah awal partisipasi Indonesia dalam perhelatan Olympiade yaitu ketika Indonesia mendapat undangan tahun 1948 dari Olympiade London XIV sebagai
peninjau. Ketika Indonesia ingin turut berpartisipasi dalam ajang olympiade internasional tersebut nyatanya paspor Indonesia tidak diakui. Hal tersebut karena
Indonesia merupakan negara yang masih baru dan dunia belum mengakui kemerdekaannya. Indonesia dapat ikut dalam ajang tersebut dengan syarat
Indonesia bergabung dengan kontingen dari Belanda.
9
Alasan lain atas penolakan tersebut disebabkan karena Indonesia belum resmi menjadi anggota
International Olympic Comitte
IOC yang merupakan syarat keikutsertaan Olympic games. Kekecewaan bangsa Indonesia atas penolakan tersebut justru memberikan
semangat bagi bangsa Indonesia untuk menyelenggarakan pertandingan olahraga di dalam negeri.
Pelaksanaan Pekan olahraga Nasional yang pertama ini hanya diikuti sebatas pulau jawa saja, meskipun begitu PON I Surakarta berlangsung cukup meriah dan
berhasil. Berbagai cabang olahraga dipertandingkan dalam PON I. Semangat olahraga semakin memuncak dengan keikutsertaan Indonesia pada Asian Games
di New Delhi tahun 1951, bangsa Indonesia memiliki kesempatan untuk
8
C. J. Stolk,
Indonesia Langkah Pertama Ke Olympiade XV Helsinki 1952,
Bandung: Badan Penerbitan G.Kolff Co.,1952, hlm. 95.
9
Tugas Tri Wahyono “Aspek Politik Dalam Olahraga: Studi Kasus tentang
Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional PON I di Solo 1948”, dalam
Patrawidya,
Vol.8, No. 2, Juni 2007, hlm. 2.
memperkenalkan dirinya kepada negara-negara tetangga, dan peristiwa ini amatlah penting bagi bangsa Indonesia. Tidak hanya bagi para penggemar
olahraga tapi juga bagi seluruh bangsa Indonesia yaitu untuk menjunjung tinggi kehormatan negara dan dunia keolahragaan. Indonesia mempersiapan diri untuk
keikutsertaanya persiapan yang dilakukan diantaranya dengan mengadakan pemilihan atlet yang berasal dari penggemar olahraga yang mungkin dapat
dikirimkan ke Asian Games dan dengan selanjutnya di bina dalam
training centre
. Komite Olympiade Indonesia, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia
PSSI dan Persatuan Atletik seluruh Indonesia PASI,
10
masing-masing dari top-organisasi yang bersangkutan berusaha agar dapat mengirimkan wakil-wakil
Indonesia ke ajang Asian games. Kemudian diadakan pertandingan- pertandingan seleksi. atletik dan sepakbola didaerah-daerah yang diakhiri dengan pertandingan-
pertandingan pemilihan seluruh Indonesia di Jakarta dan Bandung dengan memberikan bukti cukup bahwa para pemimpin PSSI dan PASI benar-benar
menyelenggarakan persiapan-persiapan secara teratur dan sistematis menurut suatu rencana tertentu pula.
Diadakan pertandingan pemilihan terakhir menunjukan hasil yang menggembirakan meskipun organisasi PASI dan PSSI boleh dikatakan saat itu
masih muda, organisasi-organisasi tersebut didukung oleh para anggotanya dan karena taatnya para atlet dan pemain sepakbola di dalam memenuhi panggilan
masing-masing. Usaha dan keinginan top-organisasi Indonesia sangat keras, mengingat masing-masing top-organiasi mengalami kesulitan keuangan,
10
C. J. Stolk.
op.cit.,
hlm. 105.
penyelenggaraan pertandingan seleksi dari seluruh Indonesia membutuhkan biaya yang tidak sedikit, meskipun begitu proses seleksi tersebut dapat terlaksana.
Usaha mempersiapkan diri keikutsertaan Indonesia, Pemerintah yaitu Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan adalah pihak yang
membiayai penyelenggaraan
training centre
TC, bagi para atlet yang akan di kirimkan ke pertandingan. Pertandingan-pertandingan PASI di Bandung maupun
pengirimannya ke India. Setelah pertandingan-pertandingan selesai, dapat dipilih sejumlah atlet dan pemain sepakbola dan diserahkan kepada Komite Olympiade
Indonesia KOI untuk selanjutnya dilatih dan disaring. Selepas keikut sertaan Indonesia dalam Asian Games, maka hal ini kemudian memicu Indonesia untuk
memulai mempersiapkan kembali keikutsertaannya di ajang Internasional. Salah satu event olahraga Internasional terbesar di dunia yaitu
Olimpiade Games
yang pesertanya berasal dari negara-negara dunia.
Pada tanggal 15 Juni 1952 Indonesia mengirimkan rombongan yang mewakili Indonesia ke Olympiade ke XV di Helsinki. Keikutsertaan tersebut
merupakan pengalaman pertama kalinya bagi Indonesia untuk memperkenalkan dirinya di hadapan 72 negara dunia. Ajang tersebut di ikuti oleh 5800 pemuda-
pemudi dari berbagai negara, selama 16 hari rombongan Indonesia bertemu dan mendapat pengalaman dari pertandingan-pertandingan yang dilaksanakan saat
itu.
11
Hal ini penting bagi bangsa Indonesia, dengan begitu Indonesia mampu memperbaiki kondisi olahraga di Indonesia ketika melihat ketertingaalan yang
dialami.
11
Ibid
., hlm.145
Berdasarkan pidato yang disampaikan oleh Menteri Olahraga A.Halim serta Sri Sultan Hamengku Buwono IX saat pelepasan dan pemberangkatan rombongan
menyampaikan jika keikut sertaan Indonesia dalam ajang internasional tersebut diharapkan mampu membawa nama baik bagi Indonesia, atau setidaknya atlet
Indonesia bisa belajar dan kemudian bisa membagikan pengalamannya demi perbaikan dunia olahraga di Indonesia.
12
Dalam Olympiade Games tahun 1952 di Helsinki, Indonesia hanya mengirimkan tiga atlet, hal ini karena hanya 3 atlet saja
yang dirasa siap dan memenuhi syarat mengikuti Olympiade Helsinki. Atlet tersebut yaitu dari atlet Peloncat Tinggi Sudarmodjo, Perenang Gaya Dada
Suharko dan Atlet Angkat Besi Kelas Ringan Thio Ging Hwie Selain factor kesiapan dan kemampuan, sedikitnya perwakilan atlet dari
Indonesia ke Olympiade, disebabkan karena kendala pembiayaan serta kemampuan Indonesia yang dirasa belum siap. Hal ini dapat dilihat ketika masa
penyeleksian dari masing-masing top organisasi. Indonesia hanya mampu mengirimkan 3 atlet yang memenuhi syarat ke Olympiade Helsinki.
13
Akan tetapi, setelah Indonesia mengikuti event olahraga internasional yaitu Olympiade tingkat
dunia, Indonesia mendapatkan pembelajaran karena ketertinggalannya dari bangsa-bangsa di dunia, seperti Eropa dan Amerika, bahkan di tingkat Asia seperti
Tiongkok dsb. Ketertinggalan tersebut terlihat dari beberapa ketersediaan fasilitas olahraga dan pelayanan keolaragaan yang kurang memenuhi. Melihat hal tersebut
12
Ibid.,
hlm. 139-141
13
Arsip Pakualaman No. 656, tentang
hasil latihan dan pertimbangan dari masing-masing Top Organisasi.
kemudian Indonesia mendatangkan pelatih dari luar negeri untuk melatih atlet Indonesia guna memperbaiki kualitas atlet.
14
Pascakemerdekaan Indonesia mencoba untuk menjunjung nama bangsa serta memberikan efek positif bagi
bangsa Indonesia saat menghadapi kejuaraan dunia. Belajar dari pengalaman keikutsertaan Indonesia pada Olympiade Helsinki
tahun 1952, maka untuk menghadapi Olympiade games ke XVI di Melbourne, Komite Olympiade Indonesia KOI sebagai lembaga yang mengurus segala
persiapan olahraga skala Internasional
15
membuat panduan bagi seluruh cabang olahraga pada tanggal 16 Maret 1955.
16
Panduan ini dibentuk akibat adanya kekurangan dana di masing-masing top-oraganisasi cabang olahraga cabor.
Pedoman ini terutama ditujukan kepada setiap top-organisasi, hal ini karena top- organisasi merupakan pihak yang paling bertanggung jawab atas semua yang
terjadi dimasing-masing organisasi olahraga yang dikelolanya. Laporan teknis ini di bagikan kepada seluruh cabor agar masing-masing mengadakan seleksi untuk
diambil atlet terbaik sehingga bisa menjadi team perwakilan Inodonesia mengikuti Olympiade Melbourne. Sempat terjadi ketegangan di dalam top-organisasi
mengenai pendanaan dimasing-masing top-organisasi.
14
KPH Indrokusumo, Wawancara di KOI Pusat Yogyakarta, 16 Juni 2015.
15
Margono,
op.cit.,
hlm. 49
16
Arsip Puro Pakualaman, Nomor.636 tentang laporan teknis KOI bagi top- organisasi dalam pengiriman ke Olympiade XVI Di Melbourne. Tertanggal 16
Maret 1955.