Pendekatan Psikologi Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian

Sebelum melihat peranan K.G.P.A.A Sri Paku Alam VIII dalam Perastuan Panahan Indonesia Perpani, akan lebih mudah untuk memahami jika mengenal Paku Alam VIII mulai dari asal-usul dan latar belakang keluarga, riwayat pendidikan, serta aktivitas Paku Alam VIII ketika ia menggantikan ayahnya K.G.P.A.A. Paku Alam VII. Bab III K.G.P.A.A Paku Alam VIII Dan Bidang Olahraga, Setelah memahami asal-usul dan riwayat K.G.P.A.A. Paku Alam VIII maka dalam bab III ini penulis lebih membahas mengenai bagaiamana awal mula Paku Alam VIII tertarik menggeluti bidang olahraga khususnya olahraga panahan. BAB III terdiri atas empat sub bab yaitu a Kondisi Keolahragaan di Indonesia pasca kemerdekaan b Awal mula tertaik bidang olahraga, c Peran dalam Keolahragaan di Indonesia. Bab IV Perkembangan Persatuan Panahan Seluruh Indonesia Perpani, Bab ini akan menjelaskan perkembangan Organisasi Panahan Indonesi Perpani yang berdiri atas prakarsa dari K.G.P.A.A Paku Alam VIII. Bab ini akan membahas bagaimana perkembangan organiasi Olahraga Perpani, mulai dari panahan tradisional, berdirinya Perpani dan perkembangan Perpani di Indonesia, hingga bergabungnya Perpani dalam organisasi panahan internasional FITA. Bab V Kesimpulan, dalam Skripsi ini akan berisi tentang simpulan dari penjabaran setiap bab yang terdapat dalam penelitian sejarah yang dilakukan. Selain itu, kesimpulan berisi tentang benang merah dari hasil penelitian dalam hal ini khususnya penelitian sejarah Biografi berjudul “K.G.P.A.A Paku Alam VIII Dalam Persatuan Panahan Seluruh Indonesia Perpani Tahun 1953-1977 ”. 26 BAB II RIWAYAT HIDUP K.G.P.A.A SRI PAKU ALAM VIII

A. Latar Belakang dan Silsilah Keluarga

Kedudukan Pakualaman dalam pemerintahan di Yogyakarta sama halnya dengan kadipaten Mangkunegaran yang berada di Solo. Kadipaten Pakualaman merupakan wilayah yang dibentuk melalui perjanjian politik antara penguasa lokal yang dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono III dengan pemerintahan Inggris, yang diwakili oleh Raffless pada tanggal 28 Desember 1811. Perjanjian itu menyebutkan bahwa tanah yang akan diberikan kepada Pangeran Notokusumo adalah Grobogan. Berdasarkan pasal 3 tahun 1813 yang tertulis dalam politik kontrak tersebut menyebutkan bahwa tanah yang diberikan kepada Notokusumo ditambah dengan tanah yang berada diwilayah distrik Parakan di Klaten. Luas tanah distrik tersebut sebesar 100 jung yang terbagi beberapa daerah, dan sebagian dibangun di Klaten. 1 Politik kontrak tersebut juga menyatakan bahwa “Pangeran Notokusumo, Paku Alam sudah masuk dalam dinas gubermen Inggris, dan Sri Sultan berjanji tidak akan mengganggu keluarga serta pengikut- pengikutnya”, Politik kontrak ini juga ditandatangani oleh gubernemen Jendral Raffles dan Sri Sultan Hamengku Buwono III dan disahkan oleh Raad van Indie pada tanggal 2 Oktober 1813. 2 1 S. Ilmi Albiladiyah, Puro Pakualaman Selayang Pandang, Yogyakarta: Badan Kepariwisataan, 1984, hlm. 9 . 2 Soedarisman Poerwokoesoemo, Kadipaten Pakualaman, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1985, hlm.146-147. Hasil dari penandatanganan kontrak tersebut salah satunya berisi tentang diangkatnya Pangeran Notokusumo menjadi Sri Paku Alam I, yang dilaksanakan pada tanggal 29 Juni 1812. Kemudian dikukuhkan lagi melalui politik kontrak yang ditandatangani oleh Crawfurd Minister Pakualaman Inggris untuk Yogyakarta dan Sri Paku Alam I Notokusumo yang saat itu sudah ditetapkan sebagai kepala kadipaten Pakualaman. Politik kontrak ini dilakukan pada tanggal 17 Maret 1813 di Yogyakarta. Selama itulah akhirnya kadipaten Pakualaman merupakan wilayah yang lepas dari kasultanan Yogyakarta dan memiliki kewenangan atas wilayahnya. Selama perjalanan kadipaten ini dipimpin oleh Kepala pemimpin yang disebut dengan Paku Alam, menurut silsilah, Pakualaman dan Kasultanan masih memiliki hubungan darah bahkan Notokusumo Sri Paku Alam I merupakan putera dari Hamengku Buwono I. Banyak tokoh-tokoh besar yang lahir dari keluarga Pakualaman, wilayahnya yang tidak terlalu luas dan perhatian terhadap pendidikan yang cukup tinggi, membuat keturunan dan kerabat Paku Alam bisa mengenyam pendidikan. Abad ke 19 ketika politik etis irigasi, transmigrasi dan edukasi diterapkan di Hindia Belanda. Politik etis tersebut juga dirasakan di wilayah Yogyakarta. Akibat politik etis tersebut maka mulai bermunculan sekolah-sekolah partikelir di Pakualaman misalnya Surjengyuritan Lor , Padmosoekarnan , dan sekolah ongko loro . 3 Perkembangan dan perhatian terhadap pendidikan di Pakualaman mulai terlihat pada masa kepemerintahan Paku Alam V. Hal ini dapat dilihat dengan 3 Ninda Purnama Sari, “Perkembangan Sekolah Partikelir Pakualaman 1892- 1942” , Skripsi, Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2012, hlm. 55-56.