Olahraga juga digunakan pemerintah sebagai
Nation and Character Building. S
esuai dengan semangat zaman yang dibangun pemerintah saat itu.
Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional PON digunakan sebagai alat pemersatu bangsa yang saat itu baru merdeka, maka lahirlah PON I pada tahun
1948 di Solo. Meskipun dalam pelaksanaannya masih banyak pertentangan politik namun pelaksanaan PON I ini masih tetap berlanjut dan mendapat perhatian
masyarakat Indonesia yang cukup banyak.
7
Di awal tahun 1950-an olahraga telah mengalami perluasan makna. olahraga yang awalnya adalah sebuah upaya untuk menjaga kesehatan jasmani kemudian
berubah menjadi ajang persaingan antar negara.
8
Pergeseran makna itulah maka, pemerintah baik lokal maupun nasional terus memperbaiki dan mengembangkan
prestasi keolahragaan baik nasional maupun internasional. Melalui beberapa kebijakan dan usaha-usaha pembangunan khususnya olahraga, pemerintah
berusaha mewujudkan Indonesia yang sehat melalui beberapa tindakan yang diperlukan saat itu. Misalnya, pembangunan stadion, pemenuhan fasilitas, dan
upaya memperbaiki kualitas atlet melalui pembinaan dan penggojlokan. K.G.P.A.A Paku Alam VIII memiliki pribadi yang sederhana.
9
Ia memilih untuk turun ke masyarakat dengan menjadi seorang pegawai di kantor agraria
setelah ia tamat sekolah. Ia juga dikenal hobi berolahraga, panahan merupakan
7
Lihat Tugas Tri Wahyono, “Aspek Politik Dalam Olahraga: Studi Kasus
tentang Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional PON I di Solo 1948”,
Patrawidya,
Vol. VIII No. 2 Juni 2007, hlm. 3.
8
Aulia Rahman, “Olahraga Dan Identitas Nasional: Pencak Silat Di Indonesia Tahun 1950-
1970”,
Tesis,
Yogyakarta: UGM, 2002, hlm 30.
9
Djoko Dwiyanto,
Puro Pakualaman: Sejarah Kontribusi dan Nilai Kejuangannya
, Yogyakarta: Paradigma Indonesia, 2009, hlm. 87.
salah satu olahraga yang digemarinya, bahkan ia dijuluki Bramastro yaitu nama busur panah yang dimiliki. Kecintaannya dalam bidang olahraga terutama
panahan telah membawanya untuk berkontribusi mengembangkan olahraga di Indonesia.
Tercatat bahwa P.A VIII pernah menjabat sebagai ketua organisasi olahraga seperti Komite Olimpiade Indonesia KOI, dan mendirikan Persatuan Panahan
Seluruh Indonesia Perpani pada tahun 1953. Sebagai wakil kepala daerah, Paku Alam VIII juga mendukung aktivitas olahraga lain yang muncul di Yogyakarta
misalnya olahraga pacuan kuda, pencak silat, dan anggar. Ia mampu membagi waktunya dengan baik, ketika menjadi seorang wakil kepala daerah Yogyakarta,
ataupun saat menjadi ketua umum Perpani. Upaya K.G.P.A.A Paku Alam VIII dalam mengembangkan Perpani sangat
gencar. Ia adalah salah satu tokoh yang mengusulkan jika olahraga panahan menjadi salah satu cabang olahraga yang di perlombakan dalam Pekan Olahraga
Nasional PON mengingat saat itu panahan merupakan cabang olahraga yang berstatus
ekshibisi
dalam PON I tahun 1948. Pada akhirnya atas perjuangannya, panahan kemudian diperlombakan dalam penyelenggaraan PON.
Perpani bergabung dengan organisasi panahan Internasional
Federation
Internationale de tir A Lar’c FITA tahun 1959 untuk mengembangkan potensi dan prestasi. Diperlombamakannya ronde memanah di PON dan keaggotaannya
dalam FITA adalah awal perjalanan perkembangan Perpani di Indonesia untuk mencapai cita- cita olahraga sebagai
character building
bangsa Indonesia seperti yang dicita-citakan pada masanya. Sebagai seorang pemimpin ia banyak
melakukan upaya-upaya untuk memajukan olahraga panahan di Indonesia hingga taraf Internasional.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan
beberapa permasalahan yang dijadikan sebagai dasar penelitian yaitu:
1. Bagaimana riwayat hidup K.G.P.A.A Paku Alam VIII?
2. Bagaimana awal mula ketertarikan K.G.P.A.A Paku Alam VIII dalam
bidang olahraga khusunya olahraga panahan? 3.
Bagaimana upaya yang dilakukan K.G.P.A.A Paku Alam VIII untuk mengembangkan organisasi Perpani tahun 1953-1977?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian berjudul “Peran K.G.P.A.A Paku Alam VIII dalam Persatuan
Panahan Seluruh Indonesia Perpani Tahun 1953-1977 ” bertujuan untuk :
1. Tujuan Umum
a. Melatih dan menguji daya kritis, anilisis, dan intelektual dalam
menuliskan sebuah penelitian ilmiah sejarah yang sesuai dengan metodologi sejarah.
b. penelitian ini juga bertujuan untuk menambah khasanah kepenulisan
sejarah, terutama sejarah olahraga. c.
Memperoleh gelar Sarjana Sastra Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui riwayat hidup K.G.P.A.A Paku Alam VIII.
b. Mengetahui awal mula ketertarikan K.G.P.A.A Paku Alam VIII terhadap
olahraga khususnya panahan. c.
Mengetahui upaya K.G.P.A.A. Paku Alam VIII dalam mengembangkan Perpani tahun 1953-1977.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pembaca
a. Pembaca dapat mengetahui bagaimana riwayat hidup K.G.P.A.A
Paku Alam VIII. b.
Memperoleh pengetahuan tentang awal mula ketertarikan K.G.P.A.A Paku Alam VIII terhadap olahraga khususnya panahan.
c. Menambah wawasan terkait upaya K.G.P.A.A Paku Alam VIII dalam
mengembangkan organisasi Perpani tahun 1953-1977.
2. Bagi Penulis
a. Menambah wawasan bagi penulis mengenai topik penelitian secara
lebih mendalam. b.
Melatih kemampuan penulis dalam rangka penerapan metodologi sejarah dalam merekonstruksi peristiwa sejarah.
c. Menambah pengetahuan tentang K.G.P.A.A Paku Alam VIII, yang
memiliki andil cukup besar dalam olahraga khusunya panahan dan Perpani.
E. Kajian Pustaka
Kajian Pustaka merupakan telaah terhadap pustaka atau literatur yang menjadi landasan pemikiran dalam penelitian.
10
Mengingat minimnya pustaka yang membahas mengenai peran Paku Alam VIII dalam bidang olahraga, terlebih
megenai peranannya dalam panahan. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan
beberapa pustaka.
Pustaka yang
Pertama, buku
dari Soedarisman
Poerwokoesoemo, berjudul
Kadipaten Pakualaman
terbitan UGM press, buku ini berisi tentang riwayat hidup raja-raja di Pakualaman dimulai dengan Paku Alam I
hingga Paku Alam VII. Soedarsiman Poerwokesoemo menjelaskan bagaimana kondisi sosial dan politik Pakualaman di masing-masing masa pemerintahan raja
Pakualaman. Buku Kadipaten Pakualaman ini terbatas membahas mengenai pemerintahan
masa Paku Alam VII. Namun, buku ini menjelaskan bagaimana asal usul Sri Paku Alam VIII yang merupakan putera Paku Alam VII dengan seorang puteri dari
kasunanan Surakarta yaitu Retno Puwoso. Pernikahan tersebut berdampak pada adanya pengaruh kebudayaan keraton Surakarta yang dibawa Retno Puwoso
terhadap Puro Pakualaman. Perbedaan kebudayaan dari ayah dan Ibu inilah yang akan dilihat dalam sikap dan perilaku Sri Paduka Paku Alam VIII, yang
dibesarkan dalam asuhan seorang putri keraton Solo dan dibesarkan di lingkungan puro Pakualaman.
10
Tim Prodi Ilmu Sejarah,
Pedoman penulisan Tugas Akhir Ilmu Sejarah,
Yogyakarta: Prodi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, 2013, hlm. 6
Kedua, diktat kuliah karya Margono berjudul Sejarah Olahraga, terbitan Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2001. Diktat ini menjelaskan mengenai
perjalanan sejarah olahraga secara umum yang berkembang dibeberapa negara,di dunia misalnya, Mesir, Yunani, Romawi, Persia dan beberapa negara di Asia.
Pelatihan jasmani di masing-masing negara sudah nampak terlihat. Pelatihan jasmani yang diajarkan biasanya melatih ketangkasan berperang, memanah,
beladiri, dan berenang. Romawi dan Athena merupakan cikal bakal adanya Olympiade di dunia. Olympiade merupakan salah satu event
Pan Helenic Games
Suatu pekan pesta olahraga dan seni baik yang bertaraf lokal, regional, yang dilaksankan oleh bangsa hellenhellos yaitu bangsa yang menempati wilayah
yunani pada saat itu.
11
Pekan olahraga yang termasuk dalam
Pan Helenic Games
yaitu
, Olympic, Pythia, Isthmia, dan Nemea
. Diantara keempat tersebut, Olympic adalah pekan olahraga yang termashur hingga saat ini.
Margono menjelaskan bahwa perkembagan olahraga di Indonesia dimulai sejak masa Pra Sejarah, yaitu pendidikan jasmani yang berkembang di masyarakat
primitif. Pengajaran jasmani ini bertujuan untuk menggalang kekuatan dan kesadaran kelompok, misalnya saja renang, dayung lari, gulat, dan tari-tarian.
Perkembangan olahraga masa Kerajaan Hindu Budha bertujuan untuk bertapa dan menyucikan diri, sedangkan pada masa Islam olahraga digunakan untuk bela diri
dan kebugaran jasmani. Margono juga menjelaskan mengenai perkembangan olahraga di Indonesia hingga muncul, PON, Asian Games, dan Olympiade.
11
Margono,
op.cit.,
hlm. 12