Pengaruh Keluarga terhadap Pribadi Paku Alam VIII

mempertahankan kebudayaan jawa. Pertunjukan kebudayaan tersebut terbuka untuk siapapun bagi yang ingin melihat. Selain itu banyak terjadi perubahan yang ia lakukan baik dalam pemerintahan maupun dalam segi pembaharuan bangunan. Keadaan Internal istana misalnya Keadaan Pangreh Praja dan Pamong Desa sudah nampak menjadi lebih baik karena penghasilan mereka sudah dapat disesuaikan dengan keadaan Pangreh Praja dan Pamong Desa diluar Kadipaten Pakualaman. Pembangunan Infrastruktur ekonomi dan sosial di bangun seperti jembatan, gedung-gedung pemerintahan, irigasi dan perbaikan jalan. Selain itu perombakan bangunan lama menjadi baru pun dilakukan dimasa Paku Alam VII. Pembongkaran dan pemugaran Gedung “Purwono” dan diganti dengan gedung yang diberi nama “Purworetno” dan penutupan kolam-kolom kuno. 14 Semasa pemerintahan Paku Alam VII banyak modernisasi yang terjadi pada masa itu.

2. Gusti Raden Ayu Retno Purwoso

BRAj Retno Puwoso merupakan Ibunda dari Paku Alam VIII sekaligus permaisuri dari Paku Alam VII. BRAj Retno Puwoso merupakan puteri dari Sunan Paku Buwono X dari selir Bendara Raden Ayu Retnopurnomo. Sejak kecil ia telah melakukan tindakan tindakan kontroversial yang menunjukan keberanian dan kecerdasannya. Salah satu tindakannya yaitu berbicara ngoko kepada ayahandanya. Meskipun anak kandung sendiri akan tetapi adat keraton saat itu tidak mengizinkan siapapun berbicara ngoko kepada Raja. 15 BRAj Retno Puwoso 14 Soedarisman Poerwokoesoemo, op.cit ., hlm. 291. 15 Ibid ,. hlm. 356-357. atas prakarsa ayahandanya ia menikah dengan Paku Alam VII pada Selasa Pon 21 Besar Je 1838 bertepatan dengan 5 Januari 1909. 16 Pilihan ini disarankan oleh Kyai agar kelak mendapatkan keturunan pertama seorang laki-laki yang bisa meneruskan tahta. 17 Sebagai seorang permaisuri, meskipun ia hidup berada di dalam istana Ia mampu bergaul dengan Orang Belanda dan pikiran-pikiran barat, bahkan putera dan puteri Paku Alam VII dengan Retno Puwoso disekolahkan di sekolah Belanda dan bergaul dengan anak-anak Belanda. Mereka juga diberi pendidikan secara teratur dan disiplin. 18 Baik dari pakaian maupun tingkah laku tidak ada yang menyangka jika mereka adalah putera-puteri dari Kepala Kadipaten Pakualaman. 19 BRAj Retno Puwoso meyandang gelar Gusti Bendara Raden Ayu GBRAy Paku Alam VII atau sering disebut dengan Gusti Hadipati. Untuk pertamakalinya dalam sejarah seorang permaisuri Pakualaman berasal dari Putri seorang Sunan Paku Buwono. Gusti Hadipati semakin hari menunjukan pribadi yang kuat. Keberadaannya berpengaruh besar terhadap Pakualaman terutama dalam bidang kebudayaan, selepas menikah Gusti Hadipati membawa kebudayaan keraton Surakarta ke Pakualaman. Perubahan-perubahan besar bahkan membawa Puro Pakualaman semakin mirip dengan keraton Kasunanan Surakarta dari pada 16 Ibid ,. hlm. 297 17 Ibid . 18 Djoko Dwiyanto, op.cit., hlm.73. 19 Soedarisman Poerwokoesoemo, op.cit ., hlm.289 Kasultanan Yogyakarta. 20 Gusti Hadipati juga berpengaruh besar dalam kebijakan politik yang krusial pada masa pemerintahan Adipati Paku Alam VIII yang merupakan putera sulungnya. 21 Pengalaman selama 27 tahun menemani Paku Alam VII sangat berperan dalam membimbing dan memberikan nasihat kepada anaknya di masa-masa awal Paku Alam VIII memimpin Pakualaman.

B. Masa Kanak-kanak

Pernikahan antara Sri Paduka Paku Alam VII dengan Gusti Retno Puwoso melahirkan seorang anak laki-laki pada hari Ahad Pon 29 Mulud Be 1840 atau tanggal 10 April 1910 M. Anak tersebut kemudian di beri nama Gusti Raden Mas Haryo Sularso Kunto Suratno. Paku Buwono ayahanda GBRAy Retno Puwoso sekaligus kakek dari Paku Alam VIII pernah menjenguk cucunya saat sepasaran berusia lima hari. Ia menimang dan berdoa “ Koe tak pujekake besuk bisa nganggo songsong gilap lan muga-muga aku Paku Buwono X bisa menangi ”. 22 Paku Buwono X berharap agar kelak cucunya dapat memegang tampuk kekuasaan di Pakualaman menggantikan menantunya Paku Alam VII. 20 Soedarisman Poerwokoesoemo, Peranan Beberapa Tokoh Wanita di Puro Pakualaman Yoyakarta. Yogyakarta: Lembaga Javanologi, 1987, hlm.27. 21 Dhani Kurniawan, “Adipati Paku Alam VIII :Pejabat Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1988-19 98” , Skripsi, Yogyakarta: UNY, 2015 , hlm. 44. 22 Artinya: “Saya doakan semoga engkau kelak bisa menjadi Kepala Kadipaten Pakualaman dan semoga saya bisa menyaksikannya ”. Diterangkan pula bahwa songsong atau payung emas adalah lambang dari seoarang raja. Pada tanggal 4 September 1936, di usianya yang ke 26 tahun Gusti Raden Mas Haryo Sularso Kunto Suratno 23 mendapat gelar Kanjeng Gusti Adipati Aryo Prabu Suryodilogo. Setengah tahun kemudian pada tanggal 12 April 1937 ia dinobatkan menjadi K.G.P.A.A Paku Alam VIII. 24 Penobatan ini dihadiri oleh Perwakilan gubernur Hindia Belanda untuk Yogyakarta.

1. Pendidikan

Pakualaman merupakan Kadipaten yang terkenal dengan tempat lahirnya elite modern Indonesia. Kesadaran akan pentingnya mengikuti perkembangan zaman pada saat itu, agar Pakualaman mampu menjalankan peranannya dalam masyarakat jawa, sehingga melalui pendidikan dan moderniasasi merupakan langkah yang diambil untuk mencapai hal tersebut. Intelektualisasi di lingkungan keluarga Pakualaman dimulai pada masa Paku Alam V 1878-1900. Begitu pula dengan kerabat dan keturunan-keturunannya, termasuk GRMH Sularso Kunto Suratno. Sebagai calon penerus dari Pakualaman maka ia diberi pendidikan Eropa oleh ayahnya. Dimasa kecilnya GRMH Sularso Kunto Suratno, disekolahkan di Neutrale Europeesche Lagere School Yogyakarta Christelijke. Pada sekolah tersebut Ia sempat menjalin kontak dengan putera-putera Sultan Hamengku Buwono VIII, akan tetapi saat itu Ia belum mengenal akrab GRM Dorojaton Nama Kecil Sultan Hamengku Buwono IX. ELS merupakan sekolah tingkat dasar yang mulanya 24 S. Ilmi Albiladiyah, Puro Pakualaman Selayang Pandang, Yogyakarta: Badan Kepariwisataan,1984, hlm. 67