Menjadi Wakil Kepala Daerah Yogyakarta

Yogyakarta yaitu Bantul, Sleman, Kulon Progo dan Gunung Kidul yang dilakukan secara bergiliran. 38 38 Soekarto, wawancara di Yogyakarta tanggal 24 Juni 2015. 44 BAB III K.G.P.A.A PAKU ALAM VIII DAN OLAHRAGA

A. Kondisi Keolahragaan di Indonesia Paska Kemerdekaan

Tahun 1945-1950an merupakan kondisi sulit yang harus dihadapi Indonesia. Kondisi sosial politik dan ekonomi saat itu mengalami pergolakan hingga akhir tahun 1950an, hal ini karena di awal kemerdekaan Indonesia mengalami beberapa kali pergantian kabinet. Disisi lain muncul agresi militer Belanda serta muncul pemberontakan-pemberontakan di beberapa wilayah di Indonesia yang berdampak pada seluruh aspek kehidupan masyarakat Indonesia termasuk perkembangan olahraga di Yogyakarta. Kondisi olahraga saat itu mengalami pasang surut, karena pada saat itu kehidupan olahraga tidak dapat lepas dari kebijakan politik pemerintah. Pidato kenegaraannya tahun 1957, Soekarno menyampaikan pidato yang berjudul “Suatu Tahun Ketentuan ”. Pidato tersebut menegaskan bahwa Indonesia berada pada tahap national building, yaitu revolusi ke dua yang sebelumnya Indonesia mengalami revolusi yang berbuah kemerdekaan. 1 Oleh karena itu poisisi keolahragaan menjadi strategis dalam mewujudkan character building di Indonesia. Soekarno pernah menjelaskan dalam amanatnya yang disampaikan pada tanggal 9 April 1961 di Sasana Gembira, Bandung: jika olahraga adalah alat 1 Brigitta Isworo Laksmi Primastuti Handayani, MF. Siregar Matahari Olahraga Indonesia , Jakarta: Kompas Gramedia. 2008, hlm 70-71. untuk menuju 3 tujuan revolusi Indonesia yaitu: negara kesatuan yang kuat, masyarakat yang adil dan makmur, dan tata dunia baru. 2 Indonesia berada di bawah pendudukan Belanda periode awal abad ke XX hingga akhir tahun 1942. Semasa Pemerintahan Belanda nampak diskriminasi terjadi pada kaum pribumi dalam menikmati fasilitas olahraga, misalnya pemisahan penggunaan kolam renang bagi golongan pribumi dengan kaum elit Eropa. 3 Penyebab diskriminasi dan pemisahan penggunaan fasilitas olahraga di Hindia Belanda, hal ini karena ketakutan pemerintah Belanda jika semangat gotong royong dan kerjasama antar tim “persatuan” akan muncul dikalangan pribumi. Hal tersebut tidak dikehendaki pemerintahan Belanda saat itu, hingga pada akhirnya pribumi dilarang untuk melakukan aktivitas keolahragaan. Diskriminasi penggunaan fasilitas olahraga bagi pribumi tidak menjadi halangan bagi bond-bond untuk berolahraga. Munculnya semangat olahraga ditandai dengan lahirnya ikatan olahraga yang pertama yaitu Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia PSSI pada 29 April 1930. Organisasi ini berkedudukan di Yogyakarta, diketuai oleh Ir. Suratin. Pada mulanya PSSI hanya terdiri atas 6 anggota yaitu Yogyakarta, Solo, Madiun, Bandung, Jakarta, dan Surabaya. Namun pada tahun 1941, anggota PSSI sudah memiliki anggota sebanyak 40 kota yang tersebar di Seluruh Jawa dan luar Jawa. Oleh karena itu, untuk mempermudah mengorganisasi persatuan olahraga di masing masing wilayah 2 Ibid ., hlm. 87. 3 Ibid ., hlm. 70. maka dibuatlah konsul-konsul diluar ibukota seperti Medan, Padang, dan Makassar. 4 Perkembangan olahraga mulai diperhatikan pada masa penjajahan Jepang namun saat itu kegiatan olahraga diperuntukan bagi kepentingan militer, olahraga- olahraga asal Jepang seperti Judo, Kido, dan Sumo mulai diajarkan di masyarakat. Pembelajaran dan latihan-latihan olahraga bagi kepentingan militer ini bertujuan untuk mengolah kecakapan dan ketangkasan serta kerjasama. 5 Salah satu cikal bakal atau perkumpulan yang mengajarkan ketahanan fisik adalah kepanduan. Kepanduan merupakan perkumpulan sebuah organisasi yang digunakan sebagai sarana untuk mempersatukan dan menggalang kekuatan di kalangan pemuda. Kepanduan semakin berkembang di Indonesia pada masa Jepang seperti Kepanduan Bangsa Indonesia KBI, Surya Wirawan, Hisbul Wathan HW dll. Demikian pula peranan olahraga dari bermacam-macam cabang mulai dibina dan diorganisasi terutama sebagai alat untuk mendukung pergerakan Nasional . 6 Pascakemerdekaan kondisi organisasi-organisasi olahraga tidak begitu menunjukan kemajuan secara signifikan. Kemerdekaan bangsa Indonesia sudah diakui secara defacto dan dejure oleh beberapa negara seperti Mesir, Palestina,dan Vatican. Namun, kemerdekaan Indonesia yang baru lahir ini belum dikenal oleh masyarakat dunia. Oleh sebab itu, Indonesia melakukan beberapa upaya untuk 4 Ibid., hlm.18. 5 Made Pramono, “Dasar-Dasar Ilmu Olahraga Suatu Pengantar” , Jurnal Filsafat, Agustus Jilid 34, No. 2, hlm. 140. 6 Jumiatiningsih “ Keikutsertaan Indonesia Di Arena Olympiade 1952-2000”, Skripsi, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2002, hlm. 17. mendapatkan pengakuan dalam pergaulan interanasional. Langkah awal yang dilakukan yaitu bergabungnya Indonesia dalam organisasi Perserikatan Bangsa- Bangsa pada 27 September 1950, 7 Indonesia bergabung menjadi anggota PBB yang ke 60. Diterimanya Indonesia menjadi Anggota PBB maka Indonesia memiliki kedudukan yang sama dengan negara-negara lainnya. Tidak hanya itu hal tersebut juga merupakan upaya Indonesia untuk menciptakan perdamaian dunia. Di tahun yang sama Indonesia juga menjadi tuan rumah penyelengara konfrensi Asia-Afrika pada tahun 1950 yang dihadiri oleh negara-negara dari Asia dan Afrika. Upaya Indonesia untuk memperkenalkan diri dalam pergaulan dunia sudah dilakukan, baik dari bidang diplomasi, politik, kerjasama pedagangan serta keikut sertaan Indonesia dalam olahraga, Setelah Perang Dunia ke II ada perpindahan paradigma di dunia yaitu dari peperangan dan persaingan dominasi militer ke paradigma “pertandiangan Olympiade” untuk menunjukan prestasi olahraga suatu negara. Semboyan dari Olympiade yang berbunyi, Altius, Litius, Fortius menunjukan perubahan paradigma dunia . Selain itu, Olympiade Games membawa misi perdamaian hal ini dapat dilihat dari lambang yang terdapat pada Bendera Olympiade yang terdri atas 5 buah lingkaran terdiri atas warna biru, kuning, hitam,hijau dan merah. Lingkaran tersebut mewakili dari lima benua di dunia, biru 7 Ginanjar Kartasas mita, dkk. “ 30 Tahun Indonesia Merdeka , tahun 1950- 1964 ”, Jakarta: P.T. Jayakarta Agung Offset, hlm. 51.