Lakon “Bima Madeg Pendita”

yang dikendalikan. Allah kuat, manusia lemah, Allah kaya, manusia miskin, dan sebagainya. Demikianlah hasilnya paham agama kalau orang itu berguru dengan benar—kepada Masyeih—orang yang mempunyai nasab ke- Nabian.

3. Lakon “Bima Madeg Pendita”

Lakon “Bima Madeg Pendita”, adalah kelanjutan dari lakon “Bratasena Meguru”. Lakon BrIma Madeg Pendita tersebut adalah sebaai berikut. Bima adalah nama lain daripada Bratasena. Dalam lakon “Bima Madeg Pendita” diceritakan, setelah Bima atau Bratasena mendapatkan kepahaman Sangkan Paran seperti dalam lakon “Bratasena Meguru”, oleh Pendeta Durna kemudian disuruh madeg Pendeta di gunung Arga Kelasa untuk menyebarkan paham sangkan paran-nya kepada masyarakat. Atas perintah Pendeta Durna gurunya itu, Bratasena kemudian berangkat untuk melakukannya. Ketika Batara Guru mengetahui bahwa Bratasena madeg Pendeta untuk menyebarkan paham Sangkan Paran-nya, Batara Guru marah. Oleh karena itu, Bratasena kemudian dilanjrat—dimasukkan dalam api kawah Candradimuka. Hal itu dilakukan, sebab Batara Guru kuatir terhadap keberhasilan Bratasena dalam menyebarkan paham Sangkan Paran- nya akan menjadikan masyarakat tidak lagi menyembah dirinya yang selama ini mengaku Tuhan. Tetapi ketika Bratasena dilanjrat—dimasukkan dalam api kawah Candradimuka tidak terbakar, maka kemudian Batara Guru minta maaf, selanjutnya bertobat dan tidak mengaku diri lagi sebagai Tuhan. Makna dari cerita “Bratasena Meguru” yang telah diuraikan tersebut adalah sebagai berikut. Setelah Bratasena mendapatkan kepahamam Sangkan Paran, oleh Pendeta Durna kemudian disuruh madeg Pendeta di gunung Arga Kelasa untuk menyebarkan paham sangkan paran-nya kepada masyarakat. Artinya, setelah kita mendapatkan kepahaman agama— hlaailaahaillallaah, oleh guru kita pasti disuruh dakwah ke suatu tempat menyebarkan agama—hlaailaahaillallaah tersebut kepada masyarakat, sebab ini adalah wajib. Atas perintah Pendeta Durna gurunya itu, Bratasena kemudian berangkat melakukannya. Artinya, atas perintah guru itu kita mesti harus taat untuk melakukannya. Ketika Batara Guru mengetahui bahwa Bratasena madeg Pendeta untuk menyebarkan paham Sangkan Paran-nya, Batara Guru marah. Oleh karena itu, Bratasena kemudian dilanjrat—dimasukkan dalam api kawah Candradimuka. Artinya, ketika orang yang belum paham agama itu mengetahui ada orang dakwah, pasti marah—orang yang dakwah tersebut kemudian diusir, difitnah, dan sebagainya. Hal itu dilakukan, sebab Batara Guru kuatir terhadap keberhasilan Bratasena dalam menyebarkan paham Sangkan Paran- nya akan menjadikan masyarakat tidak lagi menyembah diri yang selama ini mengaku Tuhan. Artinya, hal itu marah—orang yang dakwah tersebut kemudian diusir, difitnah, dan sebagainya, sebab kuatir keberhasilannya akan menjadikan diri jatuh martabatnya— masyarakat tidak mau lagi menghormati dirinya. Tetapi ketika Bratasena dilanjrat—dimasukkan dalam api kawah Candradimuka tidak terbakar, maka kemudian Batara Guru minta maaf, selanjutnya bertobat dan tidak mengaku diri lagi sebagai Tuhan. Artinya, tetapi ketika orang dakwah tersebut diusir, difitnah, dan sebagainya tidak marah, bahkan malah semakin banyak pengikutnya, artinya mendapatkan pertolongan Allah intanshurullaaha yanshurkum: barang siapa yang menolong agama Allah maka akan aku—Allah akan menolongmu, maka kemudian orang yang belum paham agama itu akan bertobat masuk Islam, dan atau mengikutinya untuk dakwah.

C. Agar Tetap Istiqimah dalam Iman dan Usaha Dakwah