Grebeg artinya mengikuti, Sekaten asalnya dari kata syahadaten, artinya dua kalimat syahadat: pertama hlaailaahaillallaah
tidak ada Tuhan selain Allah, kedua Muhammadurrasuulullaah Muhammad itu utusan Allah. Grebeg Sekaten, artinya mengikuti
dua kalimat syahadat hlaailaahaillallaah, Muhammadur-rasuulullaah. Bentuk wisata Grebeg Sekaten, yang paling utama adalah
menonton gamelan atau karawitan. Untuk keraton Surakarta, Sekaten tersebut ada atau ditabuh di depan masjid Agung. Konon
dulu bari gampil tanggapane, amung maos kalimat syahadat nuli Islam: setiap penonton masuk Sekaten mengucapkan dua kalimat
syahadat hlaailaahaillallaah–Muhammadurasuulullaah kemudian masuk Islam.
Ajaran yang didakwahkan para Wali dalam Grebeg Sekaten tersebut adalah agar pertama manusia mempunyai iman yang benar
kepada Allah—hlaailaahaillallaah, kedua
mengikuti sunah Rasulullaah.
Dalam perjalanannya untuk sekarang ini, Sekaten sudah tidak lagi dijadikan sebagai dakwah, tetapi lebih dijadikan sebagai tontonan
biasa jauh dari maksud dakwah yang sebenarnya, hingga bertentangan dengan ajaran tersirat dalam wisata Grebeg Sekaten
sebenarnya.
b. Bekakak
Bekakak adalah nama sebuah budaya wisata—terdapat di Gamping Sleman. Acara utama dalam wisata Bekakak ini adalah
mengiring boneka Bekakak, sampai di suatu tempat yang ditentukan kemudian disembelih, hingga mengalir darah—beras ketan.
Bekakak asalnya dari kata baqok, artinya kekal. Baqok adalah sifat Allah. Karena sifat Allah, maka yang dimaksud dengan Baqok itu
adalah Allah itu sendiri. Karena demikian asal nama kegiatan wisata
itu, maka ajaran yang didakwahkan para Wali di dalamnya adalah tentang pentingnya iman yang benar kepada Allah hlaailaahaillallah.
Karena ajaran yang di dakwahkan oleh para Wali dalam bekakak adalah ajaran tentang pentingnya iman yang benar kepada
Allah—hlaailaahaillallaah, maka wisata tersebut mestinya berisi kegiatan-kegiatan agama yang benar untuk memuji dan membesarkan
Allah seperti mujahadahan, pengajian, dhikir-tahlil, dan sebagainya hingga bisa meningkatkan iman. Tetapi tidak demikian kenyataannya,
wisata tersebut diisi kecuali kegiatan agama, juga kegiatan lain yang bertentangan dengan agama, seperti hiburan yang berbau telanjang
terutama dhang-dhut dan judi seperti jual rokok berhadiah, dan sebagainya yang bisa menurunkan iman.
c. Wanalela
Wanalelala—adalah nama suatu tempat, yakni desa di daerah Ngemplak Sleman Yogyakarta.
Wanalela, asalnya dari kata wana dan lela. Wana artinya hutan, lela dari kata hlaailaahaillallaah—tidak ada Tuhan selain Allah. Yang
penting dari kata Wanalela tersebut adalah “lela”. Berdasarkan arti kata Wanalela lela tersebut, maka ajaran
yang didakwahkan para Wali di dalamnya adalah tentang pentingnya iman yang benar kepada Allah—hlaailaahaillallaah.
Desa Wanalela, dalam perjalanannya untuk sekarang ini mempunyai acara tahunan setiap Sura, yakni Wisata Wanalela dengan
acara inti ngarak pusaka Ki. Ageng Giring, dan nyebar apem. Apem asalnya dari kata ‘afwun—artinya ampunan—bermakna agar diampuni
atas segala salah dan khilafnya. Dalam wisata Wanalela tersebut banyak diisi dengan kegiatan
agama yang bisa meningkatkan iman seperti mujahadahan,
pengajian, dzikir-tahlil, dan sebagainya. Oleh karena itu, kegiatan tersebut sesuai dengan ajaran tersirat dalam Wanalela. Tetapi
meskipun demikian, banyak juga diisi dengan kegiatan lain yang berbau telanjang terutama ndhang-dhut, yang lain juga judi seperti
jual rokok berhadiah, dan lain-lain. Yang demikian sudah barang tentu bisa menurunkan iman, hingga bertentangan dengan ajaran
tersirat dalam wisata Wanalela tersebut.
9. Dalam Permainan Gangsingan