Bada Kupat Dalam Sebuah Prosesi Tradisi Bulan Romadlon

rumah, dari pintu ke pintu, dengan serta merta hidmat atau suguhan yang disediakan oleh tuan rumah mulai dari makanan kecil, minuman, sampai dengan makanan besar nasi. Ajaran yang didakwahkan dalam tradisi Ujung tersebut agar orang semua mau menjalin silaturrahim atau persaudaraan dan saling maaf-memaafkan kesalahan sesama manusia khususnya umat Islam. Perlu diketahui, untuk sekarang ini tradisi Ujung mulai berubah dari kebiasaan. Kalau dulu kebiasaannya keliling dari rumah-ke rumah—dari pintu ke pintu dengan berbagai perhidmatan atau suguhan-nya, sekarang cukup di lakukan di masjid—tidak harus keliling dari rumah ke rumah—dari pintu-ke pintu, hingga perhidmatan-nya pun berkurang atau tidak banyak dilakukan .

d. Bada Kupat

Prosesi bulan Romadlon paling akhir adalah Bada Kupat— dilakukan lima hari setelah hari Raya Idul Fitri. Bada Kupat. Bada, asalnya dari kata ba’da, artinya setelah— setelah itu selesai—selesai menjalankan puasa Romadlon. Setelah selesai menjalankan puasa Romadlon, kemudian langsung bada— Bada Syawal atau hari raya “idul Fitri. Setelah hari raya Idul Fitri, lima hari kemudian bada kupat atau hari raya Kupat. Ajaran yang didakwahkan dalam Bada Kupat tersebut agar orang mau silaturrahim menjalin tali persaudaraan dan saling maaf- memaafkan terhadap kesalahan sesama umat Islam Bada Kupat walaupun tidak ada tuntunan dalam agama Islam, tetapi oleh masyarakat Islam Jawa dijalankan sebagai syi’ar agama. Bentuk daripada kegiatan Bada Kupat atau hari raya kupat ini adalah saling kirim kupat dan lepet. Kupat untuk orang muda kepada yang lebih tua, sedang lepet dari orang tua kepada yang lebih muda. Perlu diketahui, walaupun Bada Kupat sebenarnya itu baru akan dilakukan lima hari kemudian setelah Idul fitri, tetapi pada hari raya Idul fitri sendiri sudah ada suasana. Sebab, kebanyakan ibu-ibu sudah membuat kupat sebagai sarapannya. Kupat adalah makanan dari beras nasi yang dibungkus dengan anyaman janur kuning, kemudian diolah dengan api sampai masak. Lepet adalah makanan dari beras ketan yang dibungkus dengan anyaman janur kuning, kemudian diolah dengan api sampai masak. Kupat, adalah jarwa dhosok arti yang dipaksakan daripada aku lepat saya salah, sedang lepet, bahasa krama dari kupat. Saling kirim kupat dan atau lepet, maksudnya saling kirim atau menghaturkan kesalahan—saling maaf memaafkan. Kupat, sebagaimana bisa dilihat bentuknya segi empat. Karena bentuknya segi empat, maka kupat tersebut juga berarti laku papat amalan empat. Amalan empat itu adalah: 1. lebar, 2. labur, 3. luber, 4. lebur. Lebar, artinya selesai. Selesai, maksudnya umat Islam harus menyelesaikan puasa selama duapuluh delapan hari, atau duapuluh sembilan hari, atau tiga puluh hari sesuai dengan jumlah hari bulan Romadlon urut mulai hari pertama sampai dengan hari terakhir. Labur—cat dinding berwarna putih—simbulisme kesucian. Maksudnya, umat Islam agar tidak hanya asal menyelesaikan puasa, tetapi juga harus melakukan amalan-amalan yang bisa menghantarkan diri sampai pada tingkat kesucian seperti sholat tarawih, tadarus Al-Qur’an, i’tikaf, dan sebagainya. Luber artinya meluap. Maksudnya setelah selesai bulan puasa, benar-benar umat Islam menjadi orang yang suci kembali secara sempurna. Agar bisa menjadi suci kembali secara sempurna, maka hendaknya saling luber—maaf-memaafkan antara satu dengan lainnya. Lebur artinya hancur. Maksudnya hendaknya umat Islam dalam saling maaf-memaafkan antara satu dengan lainnya tersebut, dibarengi dengan rasa ihlas, hingga benar-benar dosanya diampuni sampai pada tingkatan sempurna, bersih seperti bayi yang baru lahir —tidak punya dosa.

4. Dalam Sebuah Penyajian Wayang