Sluku-sluku Bathok Dalam Sebuah Lagu a. Lir-ilir

Cup menenga aja pijer nangis, artinya cup diamlah jangan terus menangis. Yen nangis ndhak ilang ayune, artinya jikalau menangis akan hilang cantiknya. Dadiya satriya utama, artinya jadilah kesatria utama atau jadilah orang yang baik. Terkait dengan arti lagu tersebut, konon mengapa Abu Laits Samarkandi penyusun kitab Tanbighul ghafiliin itu bisa menjadi ulama besar, sebab ketika masih bayi jika beliau menangis minta tetek air susu, tidak akan diberi kecuali setelah ibunya selesai membacakan dzikir hlaailaahaillallaah seratus kali, hingga air susu yang diberikan tersebut benar-benar terjaga atas keberkahannya. Perlu diketahui, untuk sekarang ini walaupun kebanyakan ibu- ibu bisa melantunkan lagu dak lela-lela ledhung, tetapi tidak tahu maksud sebenarnya. Karena tidak tahu maksud sebenarnya, maka ketika menina bobokkan anaknya yang sedang rewel atau menangis itu, ibu-ibu tersebut lebih suka memilih lagu ndhang-dhut, Campur Sari atau yag lain seperti: “Cocak Rawa”, “Mendem Wedokan”, dan sebagainya.

e. Sluku-sluku Bathok

“Sluku-sluku bathok, bathoke ela-elo, sirama menyang solo, leh-olehe payung montha, mak jenthit lololobah, wong mati ora obah, yen obah medeni bocah, yen urip goleka dhuwit”. Lagu tersebut biasa dilantukan oleh orang-orang Jawa dalam posisi duduk selonjor sambil kedua tangannya ngelus-elus dhengkul— hampir setiap orang Jawa baik besar maupun kecil, dewasa maupun anak hapal. Dikalangan orang Islam biasa dilantunkan dengan selang seling sholawat seperti berikut: “Allahumma sholli’ala, Muhammaad Raasuulillaah, ya Robbi Sholli ‘alaik, wasallim habibibillah”. “Eling-eling sira manungsa, ngelingana nggonmu ngaji, mumpung during ketekanan, malaikan juru pati”. “Panggilane kang kuwasa, gelem oraa bkal digawa, dibebeti sandhangan putih, yen wis budhal ‘ra gelem mulih”. Ajaran yang didakwahkan dalam Sluku-sluku Bathok tersebut adalah agar kita semua mempunyai iman yang benar kepada Allah— hlaailaahaillallaah, dan ingat akan kematian—selebihnya tata-tata sanguining pati—iman-amal sholeh. Sluku sluku bathok, sluku dari kata islah, atau ghuslu. Kalau islah artinya bangunlah, tetapi kalau ghuslu artinya mandilah atau bersihkanlah. Bathok dari kata batnaka, atau batin. Kalau batnaka artinya hatimu, tetapi kalau batin artinya pikir atau batin itu sendiri. Laelo asalnya dari kata hlaailaahaillallaah, artinya tidak ada Tuhan selain Allah. Lengkapnya, sluku-sluku bathok, bathoke ela-elo itu asalnya dari kata atau kalimat islah batinuka bikalimati hlaailahaillallaah. Artinya, bangunlah atau bersihkan hati atau batinmu dengan kalimat hlaailaahaillallaah; bangunlah hati atau batinmu dengan iman kepada Allah. Mengapa kok hati atau batin orang disuruh untuk membangun atau membersihkan dengan iman kepada Allah—hlaailaahaillallaah ?, karena hati atau batin orang selama ini rusak atau kotor—tidak iman kepada Allah atau tidak hlaailaahaillallaah, tetapi iman kepada selain Allah; iman kepada harta atau dhuwit—“hlaailahailla harta” atau “hlaailaahailla dhuwit”, iman kepada anak istri—“hlaailaahailla anak istri”; iman kepada sawah ladang—“hlaailaahailla sawah ladang”, dan sebagainya. Si rama menyang solo; Si rama—rama artinya bapak—mewakili semua orang, atau sira, artinya koweanda, menyang Solo: pergi ke Solo. Leh olehe payung montha; leh-olehe: dapatnya, payung montha: simbolisme daripada kematian. Maksudnya orang atau anda itu di dunia ini mau ke mana, atau mau apa ta ?, mau jadi pedagang ?, jadi petani ?, guru ?, atau yang lain ?, seluruhnya akan berujung pada kematian. Mak jenthit lololobah, wong mati ora obah, yen obah medeni bocah, yen urip goleka dhuwit—memberi suasana kematian yang sebenarnya—namanya orang mati sudah barang tentu tidak akan bergerak, jikalau bergerak akan menakutkan anak. Perlu disampaikan di sini, bahwa Si rama menyang Solo leh- olehe payung montha dan seterusnya sampai dengan selesai tersebut, ada pula yang memberi keterangan lain. Walaupun keterangan lain tersebut agak sedikit rumit, tetapi perlu kiranya untuk tetap pulka disampaikan di sini agar bisa dicermati oleh halayak pembaca. Sirama menyang solo, asalnya dari kata: siruma yasluka. Artinya: berwudlu dan kemudian sholatlah. Leh-olehe payung montha, asalnya dari kata: hlaailaahaillallaahi yaumal mauta. Artinya, hlaailaahaillallaah: tidak ada Tuhan selain Allah. Yaumul mauta: hari kematian. Maksudnya, orang sholat itu akan mendapatkan perlindungan dari Allah, terutama ketika menghadapi kematian. Mak jenthit lo lo lobah, asalnya dari kata: man dholik muroqobah. Maksudnya, jikalau sholat jangan lupa mak jenthit , maksudnya menuding bukan mak jenthit sujut. Wong mati ora obah, asalnya dari kata hayyun wal mauta inna lillaah. Artinya, hidup dan mati itu adalah milik Allah. Yen obah medeni bocah, asalnya dari kata: mahabatan mahrojuhu taubatan. Artinya Jikalau sholat itu obah, maksudnya banyak gerak tidak konsentrasi, maka akan mengurangi ganjaran. Yen urip goleka dhuwit, asalnya dari kata yasrifu inna kholaqnal insaana min maain dhofiq. Artinya: Jikalu sudah selesai sholat, kemudian bekerjalah dengan keyakinan bahwa hidup itu akan lama . Perlu diketahui, mungkin karena kekurangan dan ketiadaan amal agama, banyak orang yang mengartikan lain, atau bahkan “tidak tahu” secara keseluruhan dari lagu Sluku-sluku Bathok tersebut. Adapun “sluku-sluku bathok ......... “ tersebut, diartikan sebagai berikut. Sluku-sluku bathok, artinya orang yang sedang duduk dengan menjulurkan kaki sambil me-ngelus-elus lutut slonjor karo ngelus- elus dhhengkul. Bathoke ela-elo: tempurung atau cidhuk siwur gayung air genthong yang bergerak ke kiri dan ke kanan gela- gelo. Mak jenthit lololobah: bangun dan bergerak. Wong mati ora obah: orang mati tidak bergerak, yen obah medeni bocah: jikalau bergerak menakutkan anak, yen urip goleka dhuwit: jikalau hidup carilah uang. Maksud tersirat dalam lagu tersebut apa ?, orang tersebut tidak tahu.

F. Lepetan