Operasional Dakwah Para Wali

Fikir—kepada mnusia seluruh alam sampai dengan bayi yang laihr terakhir kelak, semua masuk surga Dzikir—dalam berdakwah senantiasa ingat pada Allah karena apa yang dilakukan ini bukanlah atas kekuatan diri, tetapi semata- mata kekuatan dari Allah. Syukur—alhamdulillah diri tetmasuk orang-orag yang dipilih oleh Aallah untuk mengemban amandh dakwah menyampaikan kalimat mulia kepada manusia yang dulu hanya diberikan kepada Nabi-Nabi saja. Sabar—apabila mendapatkan tantangn, hujatan, caci makian yang tidak menyenangkan dalam hati, hendaknya sabar. 000000000000000000000000000000000000 Sdidik, amanah, tabligh fatonah

3. Operasional Dakwah Para Wali

Operasional juga tergambar dalam cerita Dewa dalam dunia pewayangan. Dewa ini mempunyai arti, bentuk, dan gerak tersendiri. Arti Dewa adalah para dai. Jelasnya, Dewa itu asalnya dari kata dawaaun—jamak dari kata da’i, artinya para Dewa. Dengan kata lain dawaaun itu jamak atau bilangan banyak plure, sedang mufrod atau bilangan satunya adalah da’i, artinya satu orang yang dakwah singular. Bentuk Dewa ini adalah: memotong kumis, memanjangkan janggut, memakai sepatu, serban, jubah, dan celana blunci celana panjang di atas kemiri dan di bawah lutut. Oleh karena itu, kalau ada orang yang mengaku dai tetapi kok bentuknya tidak seperti disebutkan: tidak memotong kumis, tidak memanjangkan janggut, tidak memakai serban, jubah, dan celana blunci, menurut pemikiran orang-orang Jawa tersebut, maka bukan dai namanya, tetapi orang umum. Gerak para Dewa seperti terungkap dalam tembang “Aja Turu Sore Kaki” seperti berikut: “Aja turu sore kaki, ana Dewa ngangnglang jagat, nyangking bokor kencanane, isine donga tetulak, sandhang klawan pangan, yaiku bageanipun, wong melek sabar narima” Aja turu sore kaki, artinya jangan tidur sore anak cucu. Ana Dewa nganglang jagat: ada Dewa nganglang jagat, maksudnya ada Dewa atau dai bergerak dari negara satu ke negara lain. Nyangking bokor kencanane, artinya membawa bokor mas, isine donga tetulak: berisi do’a tolak balak, sandhang klawan pangan: sandang dan pangan. Maksudnya, para Dewa atau dai dalam bergerak dari negara satu ke negara lain tersebut dengan membawa hidayah. Ya iku bageanipun, artinya hidayah itulah jatah yang akan diberikan. Wong melek sabar narima: kepada orang yang suka menahan rasa kantuk, sabar dan qonaah. Maksudnya, hidayah itulah akan diberikan kepada orang yang menahan rasa kantuk karena wirid dzikir, sabar berjuang menghadapi hidup, dan qonaah—menerima apa adanya pemberian Allah. Berdasar tembang tersebut, maka gerak dewa adalah nganglang jagat—pindah dari negara satu ke negara lain. Dari Indonesia pindah ke India, dari India pindah ke Pakistan, dari Pakistan pindah ke Bangledes, dan sebagainya. Oleh karena itu, kalau dakwah kok hanya bergerak dalam satu negara saja—tidak nganglang jagat pindah dari negara satu ke negara lain, maka walaupun itu dakwah, tetapi baru dakwah njajah desa milang kori saja dari desa ke desa, dari pintu ke pintu seperti dilakukan satria atau orang umum orang salih, dan belum dakwah seperti dimaksud sebenarnya.

B. Ajaran yang Didakwahkan Para Wali