Jadi Ajaran yang didakwahkan para Wali dalam pacul tersebut adalah agar hendaknya setiap orang Islam dalam berdakwah
mempunyai empat sifat seperti disebutkan. Untuk mempunyai empat sifat seperti tersebut, hendaknya diusahakan dengan cara dakwah
juga—didasari atas iman yang benar kepada Allah— hlaailaahaillallaah.
Perlu diketahui bahwa arti dan atau tafsir pacul tersebut tidak selalu demikian—ada yang mengartikan dan atau mentafsir bahwa
pacul itu: ngipatke barang sing muncul membuang sifat-sifat kesombongan. Bawak: obahing awak sama seperti yang telah
diterangkan di atas. Doran: ndonga ing pangeran berdoa kepada Allah. Arti dan atau tafsirnya, orang harus senantiasa melepas
kesombongan, dengan cara usaha dan doa kepada Allah
b. Luku dan Garu
Luku adalah alat untuk menggarap membajak sawah—ditarik oleh dua kerbau atau sapi. Adapun bagian-bagian daripada luku itu
ada: pegangan, tandhing, singkal, dan kejen. Pegangan, artinya orang hidup itu harus mempunyai pegangan
yang benar, yakni hlaailaahaillallaah—tidak ada Tuhan selain Allah. Tandhing, hendaknya orang bisa membandingkan bahwa
ketinggian agama Islam—hlaailaahaillallah itu adalah mutlak—al- Islaamu ya’lu walaa yu’la ‘alaihi: Islam itu adalah tinggi, dan tidak ada
yang melebihi atas ketinggiannya. Singkal, adalah tanah yang terpelanting di terjang oleh kejen
luku. Kalau kita mengamati orang yang sedang mluku mengarap sawah, maka akan bisa melihat bagaimana tanah itu terpelanting atau
tersingkap diterjang oleh kejen. Singkal, maknanya agar manusia senantiasa membuang atau menjauhi kejahatan.
Kejen—ke-ijen, artinya kepada satu. Maksudnya, niat melakukan segala sesuatu haruslah ihlas—semata-mata karena Allah, bukan
karena yang lain: karena orang tua, karena pak Kyai, dan sebagainya. Garu adalah alat untuk menggarap sawah—ditarik oleh dua
kerbau atau sapi—sama seperti luku, tetapi bentuk dan fungsinya lain —bentuknya lebar, fungsinya untuk meratakan tanah yang sudah di-
luku. Adapun bagian-bagian daripada luku itu ada: pegangan, tandhing, pancatan, olang-aling, dan racuk.
Pegangan, artinya orang hidup itu harus mempunyai pegangan yang benar, yakni hlaailaahaillallaah sama dengan pegangan dalam
luku. Tandhing, hendaknya orang bisa membandingkan bahwa
ketinggian agama Islam—hlaailaahaillallah itu adalah mutlak—al- Islaamu ya’lu walaa yu’la ‘alaihi: Islam adalah tinggi, dan tidak ada
yang melebihi atas ketinggiannya sama dengan tandhing dalam luku.
Pancatan, namanya orang berbuat, atau melakukan sesuatu itu hendaknya dengan menggunakan pancatan dasar atau alasan yakni
Qur’an dan Hadits. Olang-aling, simbolisme dari sebuah rintangan. Namanya orang
amal agama untuk sampai pada allah, pasti ada rintangannya. Racuk, jarwa dhosok dari ke arah pucuk ke arah cita-cita.
Dalam melakukan sesuatu amal agama, walaupun banyak olang- aling atau rintangannya, tetapi tetap harus ditempuh hingga sampai
pada tujuan Allah.
8. Dalam Sebuah Budaya Wisata a. Grebeg Sekaten