pertanian. Hasil dari usaha yang mereka lakukan biasanya ada yang di dagangkan kepasar dan sebagian di ekspor ke luar negeri.
2.2 Masyarakat Toba di Desa Sigumpar
Masyarakat toba didesa sigumpar selain mengenai besar kecilnya jumlah penduduk dalam kesatuan masyarakat juga menghadapi soal perbedaan asa dan kompleksitas dari unsur
kebudayaan, biasanya membedakan kesatuan masyarakat yang ada di desa sigumpar berdasarkan kepada kriteria mata pencaharian dan sistem ekonomi, yang mencakup beberapa
macam yaitu: masyarakat peternak, masyarakat peladang, masyarakat petani pedesaan. Sebagai masyarakat orang batak toba mengakui kehidupan sosial mereka tidak dapat terlepas
dari kebudayaan yang dimiliki. Konsep kebudayaan masyarakat ini secara keilmuwan telah dibahas secara luas dari sudut disiplin ilmu sosiologi dan antropologi. Hal ini diungkapkan
oleh Koentjaraningrat tentang kebudayaan itu sebagai ungkapan dari ide, gagasan dan tindakan manusia dalam memenuhi keperluan hidup sehari-hari yang diperoleh melalui
proses belajar dan mengajar. Masyarakat yang berbudaya hidup dari berbagai faktor yang menentukan cara
kehidupan masyarakat, disamping lingkungan dan teknologi faktor lain adalah organisasi sosial dan politik yang berpengaruh dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Unsur-unsur itu
disebut dengan inti kebudayaan meliputi kemampuan pengetahuan masyarakat terhadap sumber daya yang ada.
2.2.1 Mata Pencaharian
Pada umunya pekerjaan masyarakat desa sigumpar adalah bercocok tanam padi disawah dan di ladang, selain itu didesa sigumpar juga terkenal dengan penanaman kopi yang
biasa di sebut dengan kopi lintong. Selain itu masyarakat desa sigumpar bermata pencaharian
sebagai pegawai dan wiraswasta. Pasar induk kopi di desa sigumpar kabupaten humbang hasundutan yang diproyeksikan untuk menampung hasil panen petani kopi di rencanakan
sudah dapat beroperasi. Dengan adanya pasar induk ini petani kopi dapat menjual biji kopi mentah dengan harga lebih tinggi, sehingga kesejahteraan petani kopi daerahnya meningkat.
Dalam berwiraswasta juga bidang usaha yang banyak dikelola oleh masyarakat dalam usaha kerajinan tangan seperti usaha penenunan ulos dan ukiran kayu. Saat ini sudah cukup banyak
juga yang memulai merambah kebidang usaha jasa dan bertani. Untuk mendukung peningkatan produtivitas bertani seperti menanam padi di sawah, bapak bupati desa sigumpar
menyediakan lahan yang akan di olah oleh desa sigumpar untuk menanam padi dan juga memperbaiki saluran irigasi, selain itu sebagian juga lahan di dapat dari pembagian yang
didasarkan marga. Setiap keluarga mendapatkan tanah tetapi tidak boleh menjualnya selain tanah ulayat ataupun tanah yang dimiliki perseorangan. Tanaman yang sering ditanam
diladang adalah tebu, tanaman ubi, sayur-sayuran dan mentimun. Peternakan juga salah satu mata pencaharian desa sigumpar antara lain, peternakan kerbau, babi, kambing, ayam dan
bebek. Beberapa tahun kemudian dilaksanakan percobaan penanaman tanaman seperti kentang dan kol, masyarakat pun menyambut baik usaha ini. Hasil produk pertanian yang ada
sebagian di jual kepasar dan sebagian ada juga di ekspor hingga keluar negri. Desa sigumpar memiliki pemukiman yang khas berupa desa-desa tertututp yang membentuk kelompok-
kelompok kecil masyarakatnya. Biasanya kelompok ini adalah kumpulan margaklan atau masih memiliki hubungan kekerabatan dalam dalihan na tolu. Desa-desa tertutup ini disebut
huta. Adapun nama-nama huta di desa sigumpar antara lain huta banjar panova, banjar ina- ina, banjar gadong, dan banjar ganjang. Disekitar huta tersebut biasanya dekat dengan bahal
yang biasanya terdapat pohon baringin, biasanya disebut juga dengan hariara pohon beringin ada dua jenis rumah adat yang ada didalam huta batak yaitu rumah dan sopo yang
saling berhadapan. Diantara kedua deretan bangunan tersebut terdapat halaman yang luas
alaman yang menjadi tempat kegiatan orang tua maupun anak-anak. Kedua bangunan ini meskipun secara sekilas kelihatan sama sebenarnya berbeda dari sisi konstruksi dan fungsi.
2.2.2 Sistem Bahasa