Meter 70 Gaya Yang ditimbulkan akibat Hubungan Teks dan Melodi 70 Latar Belakang Masalah

4.5 Meter 70

4.6 Gaya Yang ditimbulkan akibat Hubungan Teks dan Melodi 70

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

72 5.2 Saran 76 DAFTAR INFORMAN DAFTAR PUSTAKA DAFTAR WESITE TRANSKRIP ABSTRAK Skripsi ini akan membahas tentang analisis tekstual penyajian andung yang ada pada kematian masyarakat batak toba. Andung adalah sebuah nyanyian ratapan yang disajikan oleh perempuan dalam konteks kematian. Isi daripada andung tersebut merupakan kisah hidup orang yang meninggal dunia dinyanyikan atau diandungkan dihadapan jasadnya dimana syair atau teksnya berisikan ungkapan perasaan mendalam umumnya mengungkapkan kesedihan dan duka lara. Andung hannya ditujukan kepada orang yang meninggal, sedangkan andung-andung berisi tentang penderitaan hidup seseorang atau perjalanan hidup seseorang. Perbedaan lainnya adalah andung biasanya tidak menggunakan unsur musik sedangkan andung-andung selalu diiringi oleh musik. Dalam hal ini yang menjadi pokok permasalahan adalah melihat bagaimana andung disajikan pada konteks kematian umumnya pada masyarakat batak toba dan bagaimana analisis tekstual andung tersebut. Berkenan dengan itu dalam penulisan ini, maka notasi dipakai adalah dengan pendekatan deskriptif karena notasi deskriptif ini dapat juga diartikan sebagai notasi yang digunakan untuk menuliskan semua bunyi musik yang telah disajikan dari apa yang didengar.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat toba adalah masyarakat yang sangat menghormati norma-norma adat yang diwariskan nenek moyangnya kepada mereka baik upacara perkawinan dan kematian. Kesetiaan terhadap praktek adat tersebut mereka buktikan dengan pembagian energi yang besar terhadap praktek pesta adat pada masyarakat toba khususnya dalam hal andung pada adat kematian. Dalam hal ini, adat adalah suatu tatanan tingkah laku yang lazim di ikuti dan dilakukan yang diatur dalam norma-norma, aturan-aturan yang diwariskan nenek moyang kepada generasi berikutnya Lothar Schriner 1972:18 Dalam tulisan ini akan membahas tentang andung toba yang merupakan salah satu musik vokal bagi masyarakat toba di desa sigumpar kecamatan lintong nihuta kabupaten humbanghasundutan. Andung merupakan suatu nyanyian ratapan dalam konteks kematian atau kemalangan. Secara umum andung adalah berisi tentang kesedihan atau penderitaan hidup. Wujud dari kemalangan ini adalah kesedihan dan dukacita misalnya pada saat kematian orang tua, dan anggota keluarga. Ini adalah sebuah lagu ratapan kematian dikalangan orang batak toba, isi dari pada andung tersebut biasanya berupa kisah hidup orang yang meninggal dunia dan dinyanyikan diandungkan dihadapan jasadnya. Ketika melakukan andung ini orang-orang yang melayat dapat mengetahui dan mengenal sifat-sifat dari orang yang meninggal tersebut. Andung sebagai salah satu warisan budaya yang pernah hidup dan berperan kuat didalam masyarakat batak toba yang sampai saat ini masih dipakai. Hannya orang tua-tua tertentu saja yang masih dapat menguasai hata andung dan hannya mereka yang masih dapat melakukan andung dengan menggunakan hata andung dengan benar. Berbeda halnya dengan andung bahwa andung-andung masih hidup subur dan sangat kuat peranannya hingga sekarang ini. Bahkan andung-andung masih senang mendengar lagu- lagu yang bernada andung-andung. Kekuatan andung-andung ialah bahwa ia menyimpan sebuah semangat hidup dibalik isinya yang sering berisikan tentang kesedihan dan penderitaan hidup. Banyak pendapat mendefenisikan bahwa andung berarti tangis atau ratap. Namun andung harus dibedakan dari tangis yang biasa, karena andung diutarakan dengan bentuk melodi tertentu yang diulang-ulang dengan teks yang tertentu pula. Mangandung berarti melakukan andung atau ratap, sedangkan orang yang melakukan andung disebut pangandung. Siahaan 1964 : 70 mengatakan teks andung merupakan sejenis sastra lisan yang berisi curahan perasaan untuk meratapi jenazah orang yang dikasihi. Dalam teks andung banyak digunakan ungkapan-ungkapan tertentu yang tidak lazim dalam penghidupan sehari-hari. Penulis memandang keberadaan andung saat ini dalam konteks kematian mempunyai fungsitujuan sebagai suatu ekspresi dukacita yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan adat yang bermakna menghormati orang yang meninggal serta rohtondi orang itu dan tondi yang duluan meninggal dan merupakan sebagai semacam komunikasi antara dunia ini dan dunia lain yang sudah meninggal agar permohonan dari dunia ini dapat di ajukan kepada nenek moyang dan tuahberkat dari mereka dapat diberikan kepada orang yang hidup terutama ahli warisnya. Syair- syair dari lagu andung bervariasi sehubungan dengan subjek yang diandungkannya. Namun pada umumnya dapat membawa ekspresi dukacita, kesedihan dari orang yang berdukacita. Andung ini juga memakai beberapa macam ikon-ikon tangisan, dalam hal mangandung, sipangandung itu akan menggerakkan tangannya secara teratur dan berulang kali, yaitu dari arah orang yang meninggal tersebut kearah jantungnya sendiri dengan makna untuk mengambil sahalaberkat dari orang mati kepada dirinya atau kepada keturunan, gerakan ini disebut “Mangalap tondi ni namatemangalap sahala ni na mate”. Proses mentansfer sahala ini dianggap sangat penting bagi proses penyembuhan luka yang dialami komunitas karena meninggalnya seseorang dan juga untuk menguatkan komunitas berdukacita serta komunitas yang lebih luas dalam konteks dalihan na tolu yaitu hula-hula, dongan tubu dan boru 1 Hata andung adalah bahasa ratapan dipakai untuk meratapi kerabat atau kenalan yang meninggal. Selanjutnya Sibarani 1999 : 84-85 menjelaskan bahwa andung-andung dalam prosa liras yang dikumandangkan untuk mengekspresikan perasaan sedih baik karemditinggal kekasih, teman, anak, orangtua atau karena kesedihan lain. Andung-andung umumnya mempunyai ritme yang sama dengan andung namun berbeda dalam hal tujuannya. Didalam pada masa depan. Selain gerakan ini, orang yang mangandung terkadang menyentuh muka pipi orang yang meninggal tersebut terkadang bergoyang- goyang atau menggerakkan tangan dengan kuat dan penuh perasaan sambil meratap. Semua gerakan ini dan yang lain juga merupakan suatu aspek komunikatif dari kegiatan meratap dalam ritus kematian orang batak toba. Dalam andung ratapan ini hannya ada suara tangisan yang langsung keluar tanpa adanya musik yang mengiringi, karena dalam sistem adat batak toba apabila seseorang yang meninggal muda dan keturunannya masih kecil tidak dapat menerima adat yang lengkap. Isi dari syair orang mangandung tersebut biasanya tentang kejadian yang menimpanya pada saat kejadian berlangsung dan merupakan ungkapan perasaan dari sipenyaji. Oleh karena itu, kata-kata yang diucapkan tidak sembarangan tetapi ada aturan atau norma tersendiri dalam penyampaian kata-kata tersebut. Biasanya dalam mangandung ini bisa juga diiringi dengan ende lagu yang dibawakan oleh salah satu orang disekitarnya kemudian diikuti oleh andung-andung. Seorang yang melakukan andung disebut pangandung, sedangkan pekerjaan melakukan andung disebut mangandung. Seseorang yang melantunkan andung-andung disebut mangandung-andung. 1 Hula-hula yaitu kelompok marga istri. Dongan tubu yaitu teman sesama marga. Boru yaitu kelompok marga yang mengambil istri dari anak kita anak perempuan. andung kata-katanya harus menggunakan “hata andung”, sedangkan andung-andung tidak harus menggunakan bahasa andung dan tidak selalu berhubungan dengan kematian. Andung- andung menggambarkan tentang perjalanan hidup atau penderitaan seseorang. Fungsi dari andung ini dalam masyarakat toba antara lain adalah bahasa ratapan, bentuk ini dipakai pada waktu meratapi orang yang meninggal. Kata-kata yang dipergunakan lain dari yang dipakai sehari-hari. Misalnya kata anak disebut menjadi ‘sinuan tunas’putra, boru ‘sinuan beu’putri, amang ‘parsinuan’ayah, inang ‘pangintubu’ibu. Andung ini bisa juga dikatakan sebagai sarana komunikasi untuk memberitahukan atau sebagai tanda bahwa ada orang yang meninggal dunia terhadap orang-orang disekitarnya. Pada waktu mangandung orang yang meninggal tersebut, maka penyaji mengungkapkan segala keluh kesah didalam kehidupannya, seperti contoh “boasama lao ho, tinggalhononmu ma hape hami na dison, lungun nai pakkilaanki di bahen ho”. Artinya: “kenapa kau pergi, kau tinggalkan nya rupanya kami disini, sedih hatiku kau buat”. Jadi, andung ini bisa dikatakan sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaanisi hati sipenyaji tentang penderitaan yang dialami dalam hidupnya. Semua keluh kesah diungkapkan didalam andung tersebut. Sipenyaji terus menerus mangandung dihadapan jenazahnya sampai puas mengungkapkan perasaannya. Biasanya mereka tidak perlu lagi dengan aktivitas atau kegiatan lain, sipenyaji terlarut dalam duka yang mendalam dan terus mengungkapkan perasaan yang ada dalam hatinya, kata-kata yang diungkapkan mengalir secara spontan. Dengan menyajikan andung tersebut maka sipenyaji merasa puas karena sudah mengungkapkan perasaan yang ada dalam hatinya. Selain itu andung-andung ini juga banyak berfungsi sebagai pengisi waktu bersifat hiburan. Andung-andung yang menggambarkan kesedihan hidup misalnya “andung-andung ni na so marina” ratapan karena tidak mempunyai ibu. Andung-andung ini biasanya sangat sedih karena dalam batak toba ketika seseorang tidak mempunyai ibu lagi, orang-orang pun pada umumnya tidak mempedulikan atau tidak menghargai anak-anak yang ditinggalkan oleh ibunya tadi. Sebagaimana berpendapat bahwa andung dan andung-andung pada prinsipnya nya adalah sama. Memang sekilas tidak ada bedanya, tetapi bila ditelusuri lebih jauh akan kita temukan persamaan dan perbedaan diantara keduannya. Andung-andung adalah tiruan dari andung dan yang ditiru adalah irama ritme nya. Selanjutnya penulisan ini lebih memfokuskan pada penyajian andung pada pesta adat kematian khususnya pada orang yang saur matua. Saur matua yaitu seseorang yang meninggal dunia dalam posisi titir maranak, titir marboru, marpahompu sian anak marpahompu sian boru. Biasanya pesta adat kematian orang yang saur matua pada masyarakat toba berlangsung antara 3-4 hari tergantung permintaan yang meninggal juga tetapi dalam penyajian andung ini berlangsung 1-2 hari saja, karena hari ke 3 adalah persiapan untuk memperlengkapi apa yang perlu dalam pesta tersebut kemudian hari terakhir orang yang meninggal tersebut diangkatdibawa keluar halaman tempat pesta tersebut. Dalam memenuhi pesta adat kematian di masyarakat toba penyaji andung atau salah satu dari anggota keluarga tersebut diharapakan memiliki peran aktif, artinya tugas dia bukan hannya menyajikan andung tetapi begitu pesta adatnya dimulai dia harus aktif mengikuti jalannya pesta adat kematian tersebut dan memahami seluk beluk permasalahan diantara kelompok keluarga, sehingga pada saat dia menyajikan andung dia bisa memaparkan keadaan, menyampaikan maksud keinginan serta mendamaikan apabila ada terjadi permasalahan dalam kelurga tersebut. Dengan demikian penyaji andung memiliki peran yang penting dalam lingkungan keluarga pemilik pesta adat tersebut karena difungsikan juga mewakili orang atau kelompok yang akan menyampaikan kata-kata nasehat. Walaupun penyaji andung memiliki peran yang penting bagi pesta adat kematian masyarakat toba tetapi tidak juga menjadi keharusan tergantung keinginan sipenyaji. Akan tetapi melihat keadaan saat ini tradisi atau kebiasaan meratap seperti ini ditentang oleh Greja pinpinanajaran yang menganggap bahwa penghormatan roh-roh nenek moyang melalui andung-andung, serta benang-benang penghubung yang masih ada diantara tradisi ratapan dan kultus tondi roh adalah berlawanan dengan ajaran dogmatisteologis dari Greja Protestan. Respon dari greja adalah untuk menggantikan tradisi andung dengan lagu- lagu greja ende huria. Proses ini diungkapkan dalam ucapan “ganti andung gabe ende artinya ganti andung menjadi lagu greja. Lagu-lagu tersebut diambil dari buku nyanyian greja buku ende dan berasal dari lagu greja eropa yang dibawa oleh para penginjil pada masa penginjilan di tapanuli. Buku ende itu adalah buku nyanyian yang sah dari greja kristen batak protestan. Dari uraian diatas ada beberapa hal yang menarik untuk disaji secara Etnomusikologi dalam bentuk karya ilmiah yaitu: berhubungan dengan analisis makna tekstual andung sehingga nyanyian itu dapat mempengaruhi orang dalam suasana duka. Maka penulis meneliti lebih lanjut dan membuat kedalam bentuk karya ilmiah dengan judul “ Analisis Tekstual Penyajian Andung dalam pesta adat Kematian pada Masyarakat Toba di Desa Sigumpar Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbahas”.

1.2 Pokok Permasalahan