METODE PENELITIAN Strategi Komunikasi Politik Dan Pemenangan Pemilu (Studi Kasus Strategi Komunikasi Politik Hulman Sitorus, SE - Drs. Koni Ismail Siregar Pada Masa Kampanye Pemilihan Umum Kepala Daerah Pematangsiantar 2010)

BAB III METODE PENELITIAN

III.1 Metode Penelitian Pendekatan penelitian deskriptif kualitatif sering disebut dengan naturalistic inquiry inkuiri ilmiah dimana semua data kualitatif mempunyai karakteristik tersendiri. Data kualitatif berada secara tersirat dalam sumber datanya yang diperoleh melalui hasil observasi, wawancara, dan dokumen-dokumen terkait berupa tulisan atau gambar. Penelitian deskriptif kualitatif ditujukan untuk mengumpulkan informasi secara actual dan terperinci, mengidentifikasi masalah, dan membuat evaluasi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan data analisa mengenai Strategi Komunikasi Politik Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar Pada Masa Kampanye Pemilihan Umum Kepala Daerah Pematangsiantar 2010 secara lebih mendalam berdasarkan teori-teori terpilih yang akan digunakan. Adapun metode penelitian deskriptif kualitatif merupakan cara memberi ulasan, merumuskan dan menafsirkan strategi komunikasi politik yang digunakan pasangan calon sebagai cara untuk meraih simpati, minat, kepercayaan, dan suara dari masyarakat yang akan menjadi modal untuk memenangkan pemilihan umum tersebut sehingga memberikan gambaran yang lebih jelas. Metode penelitian ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan mendeskripsikan atau menggambarkan sejumlah variabel yang berkenaaan dengan masalah yang diteliti. Universitas Sumatera Utara Adapun ciri-ciri pokok metode analisis deskriptif kualitsatif adalah: a. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang pada saat penelitian dilakukan atau masalah-masalah yang aktual. b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya. III.2 Objek Penelitian Kampanye politik merupakan kegiatan komunikasi politik yang paling semarak dan melibatkan banyak orang. Kegiatan ini dilakukan menjelang pemilihan, terutama pemilihan anggota legislatif parlemen yang sering disebut dengan pemilihan umum pemilu serta pemilihan jabatan jabatan politik terutama pemilihan presiden, gubernur, bupati, dan walikota. Kampanye politik adalah bentuk aplikasi komunikasi politik yang dilakukan oleh seseorang, sekelompok orang, atau organisasi politik untuk membentuk dan membina citra dan opini public yang positif agar terpilih dalam suatu pemilihan pemilu, pemilukada, dan pilpres 25 . Didalam kampanye politik selalu terjadi kompetisi antar kandidat atau antara partai politik. Berdasarkan kompetisi itu Arifin 26 menyebut empat sasaran kampanye sebagai berikut: 1. Memelihara dan menyegarkan kembali loyalitas para “pengikut setia” satu partai politik atau kandidat agar tetap memilih sesuai dengan kesetiaan itu. 2. Membina dan membangkitkan loyalitas para anggota organisasi sosial agar tetap memilih sesuai dengan komitmen politik organisasi tersebut 25 Anwar Arifin, 2010 Pers dan Dinamika Politik - Analisis Media Komunikasi Politik Indonesia Jakarta: Yasrif Watampone, hal. 244 26 Ibid hal.245 Universitas Sumatera Utara 3. Melakukan penggalangan secara intensif kepada rakyat untuk menciptakan pendukung baru. 4. Meyakinkan rakyat atau pemilih bahwa kandidat atau partai politik yang dikampanyekan pantas untuk dipilih dengan member keyakinan tentang keunggulan visi, misi, dan program politik yang diusungnya. Dalam mencapai keempat sasaran kampanye diatas diperlukan manajemen kampanye yang rapi sehingga dapat dikembangkan sebuah konsep kampanye total. Hal tersebut harus dimulai dengan perumusan gagasan dan tema kampanye yang persuasif, yang kemudian disusun perencanaan, pengorganisasian, penganggaran, pelaksanaan, evaluasi sehingga dapat mencapai tujuan yang efektif dan efisien dalam membangun citra politik dan mempengaruhi, membentuk, membina opini public yang positif. Hal ini terwujud dalam sebuah “tim kampanye” atau “tim pemenangan” yang biasa juga disebut “tim sukses”. Penyusunan gagasan utama atau tema kampanye harus diserahkan kepada pemikir dan konseptor sedangkan penyebaran gagasan tersebut harus dilaksanakan oleh para komuikator politik yang terdiri dari politikus, professional, aktivis, individu yang memiliki kemampuan sebagai orator, public relations officer. Dalam penyusunan strategi kampanye kampanye dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: kampanye dialogis, kampanye monologis, dan kampanye organisasi. Kampanye dialogis adalah kampanye tatap muka atau antarpersonal, tanpa media perantara. Seorang kandidat bertemu dan berdialog langsung dengan para calon pemilih, melakukan jabat tangan, bercanda, dan bahkan mungkin melakukan foto bersama. Kampanye dialogis dapat dilakukan didalam satu gedung atau tempat yang luas yang dihadiri oleh puluhan atau ratusan bahkan ribuan orang. Didalam kampanye ini selain melakukan kampanye dengan gaya retorik dilakukan Tanya jawab dengan calon pemilih sehingga tercipta suasana dialogis yang baik. Universitas Sumatera Utara Kampanye monologis biasanya disebut dengan kampanye massa yaitu kampanye yang ditujukan kepada m,assa yang dilakukan di lapangan terbuka. Persuasi kepada massa dilakukan menggunakan retorika yaitu menampilkan juru kampanye, melakukan pidato, dan melakukan orasi politik secara bergantian. Kampanye ini berjalan satu arah monolog tanpa dialog dan dapat juga berbentuk iklan politik yang banyak mengandung unsure persuasif. Penyampaian pesan politik kepada massa merupakan bentuk strategi kampanye politik yang handal. Kampanye organisasi pula merupakan kampanye yang mengandalkan dukungan organisasi berupa partai politik, organisasi sosial, dan kelompok penyokong. Semua calon atau kandidat yangingin sukses dalam kampanye politik harus memiliki ketiga elemen organisasi tersebut dan memanfaatkannya untuk memperoleh dukungan. Tanpa adanya organisasi kampanye akan kurang efektif dan kurang efisien. Oleh karena itu para kandidat perlu membentuk dan menjadi pemimpin bermacam-macam organisasi sosial seperti organisasi kemanusiaan, kedaerahan, keagamaan, dan sebagainya. Suksesnya sebuah kampanye sangat ditentukan oleh kapasitas kandidatcalon dalam menampilkan diri untuk mendemonstrasikan keahliannya sebagai organisator, strategi, dan taktik kampanye sebagai pembuktian diri pada khalayak bahwa dia adalah calon yang pantas untuk dipilih. III.3 Subjek Penelitian Adapun subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mengenai tim kampanye dari Hulman Sitorus,SE dan Drs. Koni Ismail Siregar HOKI. Dimana tim kampanye HOKI ini diketuai oleh Drs. T.J. Sihombing Nababan. III.4 Kerangka Analisis Universitas Sumatera Utara Mekanisme strategi komunikasi politik biasanya meliputi cara kerja kandidat atau calon, jumlah anggota, tim kampanye, sebagai tahap perencanaan untuk pencapaian strategi komunikasi politik. Untuk itu diperlukan teknik-teknik, strategi komunikasi politik yang tepat sasaran untuk mendapat dukungan dari masyarakat pemilih sebanyak mungkin. Teknik- tersebut antara lain strategi komunikasi langsung dan strategi komunikasi tidak langsung. Beragamnya strategi komunikasi politik yang dilakukan oleh salah satu kandidat akan menimbulkan imej tersendiri dalam pikiran khalayak sendiri yang akhirnya akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menjatuhkan pilihan politiknya. Strategi komunikasi politik adalah keseluruhan keputusan kondisionat tenteng tindakan yang akan dijalankan saat ini, guna mencapai tujuan politik pada masa depan. Merawat ketokohan, memantapkan kelembagaan politik, menciptakan kebersamaan dan membangun consensus merupakan keputusan strategis yang tepat bagi komunikator politik. 27 1. Ketokohan dan Kelembagaan Ketokohan dan kelembagaan merupakan langkah utama yang harus ditempuh dalam strategi komunikasi politik. Ketokohan seorang politikus dan kemantapan lembaga politiknya dalam masyarakat akan memiliki pengaruh tersendiri dalam komunikasi politik. Selain itu diperlukan juga kemampuan dan dukungan lembaga dalam menyusun pesan politik, menetapkan metode, dan memilih media politik yang tepat. Merawat ketokohan dan memantapkan kelembagaan politik adalah keputusan strategis yang paling tepat bagi komunikator politik untuk mencapai tujuan politik ke depan terutama memenangkan pemilihan umum. Dengan kata lain ketokohan dan lembaga politik sangat menentukan berhasil tidaknya komunikasi politik dalam mencapai sasaran dan tujuannya. 27 Anwar Arifin, 2011 Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi Komunikasi Indonesia Jakarta:Graha Ilmu hal.235 Universitas Sumatera Utara 2. Menciptakan Kebersamaan Langkah kedua yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan komunikasi politik adalah menciptakan kebersamaan antara politikus dan khalayak atau rakyat dengan cara mengenal khalayak dan menyusun pesan yang homofili agar komunikator politik dapat melakukan empati. Homofili dan empati merupakan elemen penting dalam membangun dan merawsat ketokohan bagi politikus, aktifis, professional sebagai komunikator politik. Untuk mewujudkan homofili dan empati komunikator politik harus terlebih dulu mengenal, mengerti, dan memahami khalayak secara psikologis maupun sosiokultural. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara penjajakan, surfey dan penelitian. 3. Membangun Konsensus Langkah ketiga yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan komunikasi poltik yaitu membangun consensus baik antara politikus dalam satu partai politik maupun antara para politikus dari partai yang berbeda. Biasanya dilakukan didalam rapat, persidangan, lobi politik dengan menggunakan model komunikasi interaktif. Semua pihak dapat berkomunikasi atau berinteraksi dengan posisi yang sama tanpa dibeda-bedakan sehingga tercipta suasana yang dialogis. Melalui komunikasi interaksional menjadikan semua pihak diangkat derajatnya ke posisi yang mulia. Suasana dialogis harus dibangun melalui penciptaan kebersamaan atau homofili dengan melakukan empati agar semua pihak mempunyai rasa memiliki atau sense of belonging sehingga dapat berpartisipasi secara aktif. III.5 Teknik Pengumpulan Data Dalam teknik pengumpulan data yang dibutuhkan maka akan ada dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Untuk data primer, metode wawancara yang merupakan Universitas Sumatera Utara salah satu studi lapangan merupakan salah satu metode yang di pilih peneliti dalam upaya mengumpulkan data. Adapun wawancara yang dilakukan antara lain dengan para: 1. Pasangan calon Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar. 2. Ketua tim sukses yang diberi nama tim HOKI center, Drs. T.J. Sihombing Nababan. Sedangkan untuk data sekunder, penelitian ini mengambilnya dari studi kepustakaan dengan melakukan pengumpulan data dari berbagai sumber yang diambil baik dari perpustakaan ataupun tempat lain. Adapun sumber yang digunakan tidak hanya terbatas pada buku-buku, tetapi juga dapat berupa bahan-bahan dokumentasi, majalah, Koran, dan sebagainya yang berupa bahan tulisan yang berhubungan dengan masalah penelitian ini. III.6 Teknik Analisa Data Penelitian ini merupakan bentuk pembahasan pemasaran komunikasi politik yang dilakukan oleh Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar dalam pemilukada Pematangsiantar 2010. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan observasi. Unit analisis data berupa narasi hasil wawancara dan hasil observasi berupa dokumen- dokumen pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk-bentuk komunikasi politik pemasaran yang dilakukan kandidat antara lain iklan berformat baliho, poster banner, dan spanduk. Untuk kepentingan penyampaian pesan politik, konsep pemasaran marketing diterapkan dalam penyusunan produk politik, distribusi produk politik kepada public dan meyakinkan bahwa produk politiknya lebih unggul dibandingkan dengan pesaing lainnya. 28 Untuk menyampaikan produk politik doperlukan bentuk-bentuk presentasi komunikasi yang 28 Firmanzah, Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2008, Hal.128. Universitas Sumatera Utara berbeda. Presentasi ini merupakan penyajian produk politik yang bertujuan untuk menyampaikan pesan-pesan politik bukan sekedar cara atau alat untuk menyampaikan pesan saja. 29 Secara umum medium ooresentasi terdiri dari event, agen, dan objek tertentu yang dijabarkan lebih luas dengan alat-alat yang digunakan sebagai medium presentasi. Medium tersebut digunakan sebagai sarana promosi. Sarana ini merupakan cara untuk memperkenalkan sebuah produk kepada konsumen. 30 Diantara sepuluh kandidat calon walikota dan wakil walikota yang meramaikan Pemilukada Pematangsiantar 2010, Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar mendapat nomor urut ke 7 sebagai calon walikota dan wakil walikota Pematangsiantar 2010- 2015 yang dicalonkan oleh partai pendukung seperti HANURA, PNBK, Partai Indonesia Baru, Partai Patriot, Partai Buruh. Dengan menggunakan pendekatan penyampaian bentuk presentasi komunikasi politik pemasaran maka dalam hal ini bersesuaian dengan presentasi politik yang dilakukan oleh calon Walikota dan Wakil Walikota di Pematangsiantar. Sebagaimana yang dikatakan oleh Belch 31 dan Fill 32 mengemukakan untuk memasarkan sebuah produk diperlukan alat-alat yang digiunakan terdiri dari Advertising, Direct Marketing, Interactive Internet Marketing, Sales Promotion, Publicity Public Relation dan Personal Selling. Adapun bentuk-bentuk presentasi komunikasi politik pemasaran yang dilakukan oleh Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar meliputi public relation, iklan, pernak-pernik dan merchandise. 29 Adman Nursal, Political Marketing:Strategi Memenangkan Pemilu:Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR,DPD,Presiden Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,2004, Hal.219. 30 Ibid, Hal.236 31 G.E Belch dan M.A Belch, Advertising and Promotion an Integrated Marketing Communication Perspective Boston:McGraw Hill-Irwin,2004 32 C.Fill, Marketing Communication Context and Strategies Herthfordshire:Prentice Hall, 1999 Universitas Sumatera Utara Bentuk-bentuk komunikasi politik pemasaran yang dilakukan Hulman Sitorus, SE dan Drs. Koni Ismail Siregar melalui slogan ”Bergandeng Tangan Untuk Pembaharuan Kota Siantar” sebagai penciptaan imej diri sebagai sosok pemimpin yang peduli. Hal tersebut juga ditambahkan melalui media relation, pernak-pernik yang disampaikan kepada masyarakat. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN