Di Indonesia marketing politik disinyalir mulai digunakan sejak tahun 1990-an. Tapi di dunia, marketing politik digunakan sejak sebelumnya Perang Dunia II, yaitu pertama kali
pada tahun 1917 ketika Partai Buruh di Inggris meresmikan Departemen Publikasi dibantu oleh agen publikasi Egerton Wake. Sedangkan di Amerika Serikat pertama kali digunakan
pada tahun 1926 ketika pesan politik dilakukan melalui media cetak seperti poster pamflet, koran dan majalah Firmanzah, 2007.
II.3.2 Keaslian Politik Marketing
II.3.2.1 Dari Marketing Komersial menuju Marketing Politik
Memahami hal dasar tentang marketing adalah gambaran tentang sebuah era perkembangan dunia ekonomi dimana terjadi perubahan-perubahan sistem ekonomi terutama
terjadinya peningkatan kompetisi dan sekaligus perubahan dinamika pasar dalam kehidupan ekonomi. Marketing pada prinsipnya menyangkut hubungan relasi dan aktivitas antara dua
pihak dalam ruang kepentingan ekonomi. Bisa jadi dimensi produsen dan konsumen ada dalam relasi pertukaran ini. Dalam logika pertukaran ini, dua pihak yang berkepentingan,
masing-masing akan memberi peneguhan dan jaminan bahwa kepentingannya sendiri juga akan mendapatkan pemenuhan. Maka masing-masing pula akan membangun mekanisme,
cara, aturan dan bahkan negosiasi untuk masing-masing saling menemukan pemahaman dan deal kesepakatan yang sama. Marketing adalah hubungan dan pertukaran. Relasi dan
pertukaran inilah yang sebenarnya menjadi inti dasar dari pemahaman tentang dunia „marketing. Seperti digambarkan pada bagan dibawah:
Universitas Sumatera Utara
MARKETING
PRODUKSI
“Marketing relasional bertujuan untuk lebih mempertahankan konsumen yang telah ada sambil mencari konsumen baru. Hal ini dilakukan dengan menciptakan kepuasan
konsumen untuk membentuk loyalitas terhadap produk dan jasa yang dihasilkan. Dalam marketing relasional, produsen perlu memikirkan cara dan metode untuk mempertahankan
konsumen. Selain itu, produsen harus benar-benar memahami karakteristik konsumennya. Konsumen harus dilihat sebagai bagian penting dalam sistem produksi dan tidak dianggap
sebagai semata-mata pihak luar yang membeli produk dan jasa mereka. Agar hubungan jangka panjang bisa terwujud, harus terdapat mekanisme yang saling menguntungakan antara
kedua belah pihak”.
Pengembangan sistem marketing didalam dunia persaingan atau kompetisi akan menyingung dan memperkenalkan sebuah elemen yang sering disebut
“branding” atau yang sering dipahami sebagai nama, termonologi, dan logo spesifik yang dapat digunakan untuk
menandai atau membuat sebuah identitas pada produk dan jasa yang dihasilkan. Dan tentu saja setiap usaha marketing ini akan selalu mengarah kepada
“brand equity” atau keunggulan produk yang akan bersaing dengan produk produk lainnya. Ketika suatu produk atau jasa
sudah memiliki brand equity yang baik, dengan sendirinya brand tersebut akan diingat oleh para konsumen yang selalu menginginkan kualitas dari sebuah produk dan jasa.
Sebenarnya jika kita lihat dalam nalar logic yang dibangun oleh strategi „branding; ini adalah keyakinan dan nilai pandangan yang sudah meyakini bahwa sistem pengelolaan
NILAI SIMBOL PRODUK
NILAI PRAKTIS
TUJUAN DAN KEPUASAN
Universitas Sumatera Utara
produk ternyata tidak hanya terletak pada „esensi produk‟ itu sendiri, tetapi bagaimana makna dan nilai yang dibangun dari produk tersebut. Pada yang terakhir tentu saja penghargaan atas
kepentingan konsumen menjadi yang terutama. Sebaik apapun produk jika tidak mampu menjawab nilai, makna dan loyalitas keyakinan bagi konsumen maka, ia akan gagal untuk
bertahan dalam kompetisi pasar. Sebaliknya seburuk apapun produk tetapi mampu memenuhi apa yang menjadi nilai, makna dan loyalitas keyakinan bagi konsumen, tentu saja akan
bertahan dalam kompetisi pasar. Pada dunia politik ini kemudian berkembang dalam fenomena „politik pencitraan‟. Sebuah era trend politik yang lebih mengedepankan kemasan
daripada isi. Ternyata ide filosofis dari marketing yang selama ini digunakan di dalam dunia
ekonomi sudah mulai diterapkan didalam dunia politik. Perubahan yang terjadi dalam strategi politik didorong oleh kompetisi politik dan kontestasi politik yang lebih terbukan dan liberal.
Kompetisi yang makin terbuka juga telah memaksa para pelaku dan aktor politik baik individu maupun kelembagaan untuk membangun strategi pemenangan politik dengan lebih
maju. Cara yang banyak ditempuh saat ini adalah memahaminya sebagai hal yang sama terjadi dalam dunia ekonomi. Salah satu gambaran yang bisa membuktikan terjadinya
perubahan tersebut adalah dengan lahirnya berbagai kembagaan profesional baru yang ikut menyediakan jasa untuk proyek kepentingan politik seperti biro iklan politik, biro konsultan
politik sampai agen pemenangan kandidat tertentu dalam pemilu.
II.3.2.2 Pemasaran Politik, Iklan Politik, Propaganda, Informasi dan Komunikasi