PEMBAHASAN ANALISA DAN PEMBAHASAN

empirik lebih besar dari mean hipotetik 155.64 130. Berdasarkan fakta ini dapat disimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki dukungan sosial keluarga yang lebih tinggi daripada yang diperkirakan alat ukur. Rangkuman data penelitian tersebut, selanjutnya digunakan untuk mengkategorisasikan self regulated learning mahaswi S2 USU yang telah menikah. Berdasarkan kategorisasi subjek penelitian secara empirik, data dikelompokkan dalam tingkatan-tingkatan untuk kemudian disusun menurut norma tertentu. Untuk kriteria variabel self regulated learning mahasiswi program magister USU yang telah menikah dengan frekuensi dan presentase dapat dilihat pada tabel berikut ini: Table. 17 Kategorisasi Subjek pada Variabel Self Regulated Learning Variabel Rentang nilai Kategori Jumlah Persentase Self Regulated Learning X ≥ 174,278 Tinggi 13 Orang 18,57 137,002 ≤ X 174,278 Sedang 48 Orang 68,57 X 137,002 Rendah 9 Orang 12,86 Total 70 orang 100

D. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil utama yang diperoleh dari hasil penelitian ini yang terdiri dari 70 subjek penelitian maka diperoleh korelasi antara persepsi dukungan sosial keluarga dengan self regulated learning pada mahasiswi S2 USU yang telah menikah. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh adanya korelasi positif antara persepsi dukungan sosial keluarga dengan self regulated learning pada mahasiswi S2 USU yang telah menikah r = 0.460 dengan p = 0,000 dan p 0,05. Ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya bahwa ada hubungan positif antara persepsi dukungan sosial keluarga dengan self regulated learning mahasiswi S2 USU yang telah menikah. Artinya semakin tinggi persepsi dukungan sosial keluarga maka semakin tinggi self regulated learning pada mahasiswi S2 USU yang telah menikah. Sebaliknya, semakin rendah persepsi dukungan sosial keluarga maka semakin rendah juga self regulated learning pada mahasiswi S2 USU yang telah menikah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persepsi dukungan sosial keluarga dapat dipandang sebagai salah satu pendorong mahasiswi S2 dalam belajar untuk menggunakan berbagai strategi belajar dalam meregulasi dirinya mencapai tujuan yang ditetapkan. Menurut Sarafino 2006 dukungan sosial adalah berbagai dukungan yang diterima seseorang dari orang lain, dapat berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasional. Orang yang memiliki persepsi dukungan sosial keluarga yang tinggi merasa banyak mendapat dukungan emosional, perngahargaan, instrumental, dan informasional dari keluarga. Apabila dukungan emosional yang didapat tinggi, individu akan mendapat motivasi, perasaan nyaman, dan diperdulikan oleh keluarga, hal ini memunculkan dorongan bagi dirinya sendiri untuk mencapai tujuan belajarnya. Apabila penghargaan untuk individu besar, maka akan mendapat pujian yang dapat memunculkan dorongan untuk menjadi lebih baik dalam diri individu itu sendiri. Apabila dukungan instrumental tinggi, invidu akan mendapatkan fasilitas dalam belajar yang memadai dari anggota keluarga. Apabila individu memperoleh informatif yang banyak, akan memeproleh nasihat dan saran sehingga mempermudah melaksanakan tugas pembelajaran. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang mana menurut Schunck dan Zimerman hal tersebut berdampak pada berkembangnya kompetensi self regulated learning pada individu dalam Woolfolk, 2004 yaitu pengaruh yang bersumber dari sumber sosial yang mana hal ini berkaitan dengan informasi yang diperoleh dari lingkungan keluarga, pengaruh yang bersumber dari pengaruh lingkungan yangmana hal ini berkaitan dengan keterlibatan keluarga sehingga peserta didik dapat menetapkan rencana dan tujuan akademiknya secara maksimal, dan pengaruh yang berasal dari diri sendiri yang mana hal ini berkaitan dengan dorongan diri individu sendiri untuk mencapai tujuan belajarnya. Dalam lingkungan keluarga individu yang merasa memperoleh dukungan sosial, mereka akan merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Keadaan tersebut yang akan membuat individu menjadi merasa nyaman sehingga dapat mengerjakan tugas-tugas kuliahnya sebagaimana seorang mahasiswa dan melakukan self regulated learning selama mengikuti proses pendidikan tanpa disertai dengan tekanan yang dapat membuat mereka menjadi malas untuk belajar maupun mengikuti perkuliahan. Kemampuan self regulated learning meliputi kemampuan mengevaluasi dirinya, mengatur materi pelajaran, merencanakan dan menentukan tujuan belajar, mencari informasi yang berkaitan dengan pembelajaran, mengatur tempat belajar, serta memanfaatkan berbagai sarana yang dapat menujang pembelajaran. Kemampuan ini tidak dapat berkembang dengan sendirinya sehingga diperlukan lingkungan yang kondusif salah satunya seperti hubungan yang baik dengan keluarga. Secara ringkas, hubungan antara persepsi dukungan sosial keluarga dengan self regulated learning menunjukkan bahwa indvidu dengan persepsi dukungan sosial rendah tidak menggunakan strategi self regulated learning sebanyak individu dengan perspsi dukungan sosial keluarga tinggi. Berdasarkan hasil perbandingan antar skor empirik dan skor mean hipotetik untuk skala perspsi dukungan sosial keluarga menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dari mean hipotetik 57,97 47,5. Hal ini berarti bahwa secara umum persepsi dukungan sosial keluarga yang diteliti lebih tinggi dibandingkan dengan populasi yang diasumsikan. Begitu juga dengan hasil perbandingan antara skor mean empirik dengan skor mean hipotetik untuk skala self regulated learning menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dari mean hipotetik 155,64 130. Hal ini berarti bahwa secara umum self regulated learning mahasiswi S2 USU yang diteliti lebih tinggi dibandingkan dengan populasi yang diasumsikan. Berdasarkan kategorisasi, subjek yang berada dalam kategori persepsi dukungan sosial keluarga yang tinggi berjumlah 11 orang 15. 75 dari 70 orang mahasiswi S2 USU yang telah menikah, subjek yang berada dalam kategori persepsi dukungan sosial keluarga rendah berjumlah 10 orang 14.29. Sedangkan subjek yang berada dalam kategori sedang berjumlah 49 orang 70 dari 70 orang mahasiswi S2 yang telah menikah. Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar mahasiswi memiliki persepsi dukungan sosial keluarga yang sedang. Berdasarkan kategorisasi, subjek yang berada dalam kategori self regulated learning yang tinggi berjumlah 13 orang 18.57 dari 70 mahasiswi S2 yang telah menikah. Subjek yang berada dalam kategori self regulated learning yang rendah 9 orang 12.86 dari 70 orang mahasiswi S2 yang telah menikah. Sedangkan subjek yang berada dalam kategori sedang berjumlah 48 orang 68.57 dari 70 mahasiswi S2 USU yang telah menikah. Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar mahasiswi memiliki self regulated learning sedang. 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan dijabarkan kesimpulan dari penelitian ini yang dilanjutkan dengan diskusi mengenai hasil yang diperoleh dan pada bagian akhir akan dikemukakan saran-saran baik yang bersifat praktis maupun metodologis yang mungkin dapat berguna bagi penelitian yang akan datang dengan topik yang sama.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan penelitian sebagai berikut: 1. Dari hasil penelitian, ada hasil hubungan positif antara persepsi dukungan sosial keluarga dengan self regulated learning pada mahasiswi S2 USU yang telah menikah. 2. Secara umum, persepsi dukungan sosial keluarga lebih tinggi dibandingkan dengan populasi yang diasumsikan. 3. Secara umum, self regulated learning mahasiswi lebih tinggi dibandingkan dengan populasi yang diasumsikan.

B. Saran

1. Saran Metodologis

a. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik yang sama diharapkan dapat mengontrol faktor-faktor lain yang diperkirakan dapat