Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
di harapkan berkiprah dalam berbagai aktivitas yang menyibukkan masyarakat mereka, termasuk agama dan perang.
Mereka bukanlah pengikut yang pasif dan panurut, melainkan mitra bicara yang aktif dalam bidang ke imanan dan juga dalam masalah-masalah lainnya.
Dengan demikian, riwayat-riwayat hadis memperlihatkan wanita-wanita yang bertindak dan berbicara diluar pengertian bahwa mereka berhak berpartisipasi
dalam kehidupan pemikiran dan praktik keagamaan, yang mengomentari secara jujur topik apa pun, bahkan Al-Quran, dan berbuat demikian dengan harpan
bahwa pandangan-pandangan mereka didengar. Pada pernyataan paling penting dilontarkan oleh kaum wanita kepada
Muhammad tentang Al-quran adalah, mengapa ia menyeru hanya kaum pria dan pada saat yang sama kaum wanita juga harus memenuhi seruan Allah dan
Rasulnya. Pernyataan itu menjadi sebab turunnya asbab an –nuzul wahyu berupa ayat-ayat Al-Quran yang secara exsplinsit menyeru kaum wanita dan juga pria,
suatu tanggapan yang datang tegas menunjukan kesediaan Muhammad dan Allah untuk mendengar wanita. Sesudah itu, Al-quran secara explinsit menyeru kaum
wanita beberapa kali.
6
Selain itu, kita sering juga menemukan beberapa hadis yang tidak sesuai dengan keadaan sekarang yang butuh pengkajian ulang terkait dengan perempuan
salah satuanya adalah kitab ﻦﯿﺠﻠﻟ ا د ﻮﻘﻋ حﺮﺷ Uqud al-Lujjayn, karangan Imam
6
Leila Ahmed. Wanita Dan Jender Dalam Islam, New Have Londen: Lentera, 2000, hal. 87
Nawawi Muhammad ibn Umar al Banteny al-Jawy kitab yang cukup masyhur di Indonesia dan dalam banyak kesempatan di jadikan rujukan oleh para santri.
7
Setiap orang harus bekerja keras, hingga banyak laki-laki saat ini yang justru tidak mengerti tentang masalah agama. Kenyataan ini membuat perempuan
tidak bisa lagi tinggal diam menuggu suaminya memenuhi seluruh kebutuhannya, dan mengandalkan pengajaran agama sepenuhnya pada suami. Oleh karena itu,
kebutuhan perempuan untuk keluar rumah tidak bisa dihindari lagi. Demikian ungkap Ibu Sinta Nuriah membuka obrolannya pada acara radio talkshow.
8
Hal tersebut jelas bahwa, perempuan bukan hanya dapur, sumur, kasur. Perempuan memiliki hak yang sama dengan kaum laki-laki, serta berhak
mendapatkan pendidikan yang layak dan menjadi pemimpin dalam kehidupan sosial. Karena dewasa ini, proses modernisasi yang kian canggih, seiring dengan
kecendrungan matrealisme yang sulit dibendung, telah melahirkan kebutuhan dan keinginan-keinginan baru yang mendesak seseorang yang memenuhinya.
Indonesia telah meratifikasi konvensi CEDAW, namun kenyataanya kekerasan terhadap perempuan masih saja terjadi dimana-mana mulai dari
kelompok sosial yang kecil sepeti keluarga, sampai kelompok sosial yang besar, yaitu masyarakat dan negara. Sehingga menambah catatan daftar kasus kekerasan
dari tahun ke tahun. Ketimpangan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan, yang mengakibatkan dominasi dan diskriminasi terhadap perempua.
9
7
Forum kajian kitab kuning. Wajah baru relasi Suami Istri Jakarta: LkiS Yogyakarta, 2001 hal, xiv
8
Puan Amal Hayati.Tantri,Ciganjur : Puan Amal Hayati Jakarta, 2011, hal. 10
9
Puan Amal Hayati. Romantika Kehidupan, Jakarta: Yayasan Puan Amal Hayati, 2009, cet. 1, hal. vi
Melihat kondisi seperti ini Yayasan Puan Amal Hayati sangat berperan penting dalammemperjuangkan hak dan keadilan bagi perempuan. Dengan
menjadikan pesantren sebagai basis gerakan. Dengan demikian, selain pesantren bergerak dibidang pendidikan. Pesantren jugamemiliki peran dan fungsi serta
posisi yang sangat strategis dalam upaya pemberdayaan perempuan.
10
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti aktivitas dakwah yang dilakukan oleh ibu Dra. Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman
Wahid yang sangat berperan besar dalam pergerakan untuk memperjuangkan hak- hak perempuan yang berlandaskan pada al-qur’an dan hadis di yayasan yang saat
ini beliau tekuni yaitu Yayayasan Puan Amal Hayati yang akan memberikan penerangan bagi kaum perempuan dan masyarakat luas dalam problematika umat
di era moderenisasi saat ini. Dari permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk menjadikan ini sebagai bahan penelitian, dan penelitian yang dilakukan
adalah “Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid dalam Memperjuangkan Hak-hak Perempuan di Yayasan Puan Amal
Hayati” B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.
Pembatasan Masalah
Ketertarikan peneliti mengambil judul penelitian ini karena didasari rasa ingin tahu penulis terhadap aktivitas dakwah ibu Dra. Hj. Sinta Nuriyah
Abdurrahman Wahid dalam memperjuangkan hak-hak perempuan di dalam
10
Puan Amal Hayati. Romantika Kehidupan, hal. vii
sebuah Yayasan Puan Amal Hayati. Peneliti memberikan batasan masalah mengenai bentuk aktivitas dakwah apa saja yang dilakukan oleh Dra. Hj. Sinta
Nuriyah Wahid dalam memperjuangkan hak-hak perempuan setelah suaminya Abdurrahman Wahid wafat pada tanggal 30 desember 2009 dan metode maupun
langkah-langkah dakwah seperti apa yang digunakan, agar hak-hak perempuan tercapai.