Bentuk - Bentuk Dakwah Unsur – Unsur Dakwah
                                                                                umat Islam yang ada menjadi jahat? mengapa umat Islam melakukan kawin-cerai, kawin-cerai, kawin?.
16
Objek  dakwah  dapat  juga  disebut  sebgai  mad’u  yaitu  manusia  yang menjadi  sasaran  dakwah,  atau  manusia  penerima  dakwah,  baik  sebagai  individu
manapun  sebagai  kelompok,  baik  manusia  yang  beragama  Islam  maupun  tidak atau  dengan  kata  lain,  manusia  secara  keseluruhan  baik  yang  sudah  beragama
Islam  maupun  telah  beragama  Islam.  Dalam  hal  ini  secara  umum  Al-Quran menjelaskan  ada  tiga  tipe  mad’u  yaitu  mukmin,  kafir,  dan  munafik.  Kemudia
Muhammad Abduh membagai mad’u menjadi tiga golongan, yaitu: 1.  Golongan    cerdik  cendikiawan  yang  cinta  kebenaran,  dapat  berfikir
secara keritis, dan cepat dapat menangkap persoalan. 2.  Golongan  awam,  yaitu  orang  yang  kebanyakan  belum  dapat  berfikire
secara  keritis  dan  mendalam,  serta  belum  dapat  menangkap pengertian-pengertian yang tinggi.
3.  Golongan  yang  berbeda  dengan  kedua  golongan  tersebut,  mereka senang  membahas  sesuatu  tetapi  hanya  dalam  batasan  tertentu  saja,
dan tidak mampu membahasnya secara mendalam. Oleh  karena  itu,  menggolongkan  mad’u  sama  dengan  menggolongkan
manusia  itu  sendiri  dari  aspek  profesi,  ekonomi,  pendidikan,  tingkat  usia, pengetahuan, sosial dan sebagainya.
17
16
Wardi  Bolhitar,  Metodologi  Penelitian  dakwah,  Jakarta:  Legoso  Wacana  Ilmu, 1997, cet. 1, hal. 35
17
Muhammmd Munir, Menejemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009, h. 23
Maka  dari  pernyataan  diatas  tentang  pengertian  objek  dakwah  maka peneliti  menyimpulkan  bahwa  objek  dakwah  merupakan  sekelompok  manusia
yang terdiri dari beberapa golongan kasta yang berbeda dalam masyarakat.
3 Metode Dakwah
َﻲِھ ﻲِﺘَّﻟﺎِﺑ ْﻢُﮭْﻟِدﺎَﺟَو ِﺔَﻨَﺴَﺤْﻟا ِﺔَﻈِﻋْﻮَﻤْﻟاَو ِﺔَﻤْﻜِﺤْﻟﺎِﺑ َﻚِّﺑَر ِﻞﯿِﺒَﺳ ﻰَﻟِإ ُعْدا َﻦﯾِﺪَﺘْﮭُﻤْﻟﺎِﺑ ُﻢَﻠْﻋَأ َﻮُھَو ِﮫِﻠﯿِﺒَﺳ ْﻦَﻋ َّﻞَﺿ ْﻦَﻤِﺑ ُﻢَﻠْﻋَأ َﻮُھ َﻚَّﺑَر َّنِإ ُﻦَﺴْﺣَأ
“Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah  yang  lebih  mengetahui  tentang  siapa  yang  tersesat  dari  jalan-Nya  dan Dialah  yang  lebih  mengetahui  orang-orang  yang  mendapat  petunjuk.”an-Nahl:
125
Dari  ayat  tersebut  dapat  di  ambil  pemahaman  bahwa  metode  dakwah  itu meliputi tiga cakupan yaitu:
a.  Al-hikmah Kata  “hikmah”  dalam  Al-Quran  disebut  sebanyak  20  kali  baik  dalam
bentuk  nakiroh  maupun  ma’rifat.  Bentuk  madrasnya  adalah  “hukman”    yang diartikan  secara  makna  asalnya  adalah  mencegah.  Jika  dikaitkan  dengan  hukum
berarti  mencegah  kezoliman,  dan  jika  di  kaitkan  dengan  dakwah  maka  berarti
menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan dakwah.
Al-hikmah  juga  berarti  pengetahuan  yang  dikembangkan  dengan  tepat sehingga  menjadi  sempurna.  Menurut  pendapat  ini,  al  hikmah  termenifestasikan
dalam  empat  hal  yaitu,  kecakapan  manajerial,  kecermatan,  kejernihan  pemikiran
dan ketajaman pemikiran. Sebagaimana  yang telah di kutip oleh M. Munir dalam bukunya  Metode  Dakwah,  menurut  Imam  Abdullah  bin  Ahmad  Mahmud  An-
Nasafi, dikutip dari At Tafsirul Qoyyim karangan Ibnu Qoyyim yaitu: “ Dakwah bil hikmah” adalah dakwah dengan  mengguanakan perkataan
yang  benar  dan  pasti,  yaitu  yaitu  dalil  yang  menjelaskan  kebenaran  dan menghilangkan keraguan.
18
Sebagai  metode  dakwah,  al-hikmah  diartikan  bijaksana,  akal  budi  mulia, dada  lapang,  hati  yang  bersih,  dan  menarik  perhatian  orang  kepada  agama  atau
Tuhan.  Terkait  hal  itu  maka  al-hikmah  dapat  di  fahami  sebagai  kemampuan  dan ketepatan  da’i  dalam  memilih,  memilah  dan  menyelaraskan  tehnik  dakwah
dengan  kondisi  objektif  mad’u.  Dimana  kemampuan  da’i  menjelaskan pemahaman-pemahaman  Islam  serta  realitas  yang  ada dengan  argumen  logis  dan
bahasa  komunikatif.  Oleh  karena  itu,  al-hikmah  sebagai  sebuah  sistem  yang menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam berdakwah.
: ة ﺮﻘﺒﻟا... اًﺮﯿِﺜَﻛ اًﺮْﯿَﺧ َﻲِﺗوُأ ْﺪَﻘَﻓ َﺔَﻤْﻜِﺤْﻟا َتْﺆُﯾ ْﻦَﻣَو ُءﺎَﺸَﯾ ْﻦَﻣ َﺔَﻤْﻜِﺤْﻟا ﻲِﺗْﺆُﯾ
269
“ Allah  menganugrahkan  al  hikmah  kefahaman  yang  dalam  tentang  Al
Quran dan As Sunah kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak.
Dan  hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran  dari firman Allah.”
QS. Al-Baqarah: 269 Ayat  tersebut  mengisyaratkan  betapa  pentingnya  menjadikan  hikmah
sebagai sifat dan bagian yang menyatu dalam metode dakwah mengikuti langkah- langkah  yang  mengundang  hikmah.  Ayat  diatas  mengandung  arti  mengajak
18
M. Munir, Metode Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006,  h. 10
manusia  kepada  jalan  yang  benar  dan  mengajak  manusia  untuk  menerima  dan mengikuti petunjuk agama dan akidah yang benar.
19
b.  Al-Mau’idza Al-Hasana Teriminologi  mau’izhah  hasanah  dalam  presfektif  dakwah  sangat  populer,
Secara  bahasa,  mau’izhah  hasanah  terdiri  dari  dua  kata,  yaitu  mau’izhah  dan kasanah. Kata mau’izhah berasal dari kata wa’adzaya’idzu-wa’dzan—idzhah yang
berarti  nasehat,  bimbingan,  pendidikan  dan  peringatan,  sementara  hasanah merupakan kebalikan dari sayyi’ah yang artinya kebaikan lawannya kejelekan.
Adapun  pengertian  secara  istilah,  Sebagaimana  yang  telah  dikutip  oleh Abdul  Hamid  al-Bilali  dalam  buku  Fiqh  al-Dakwah  fi  ingkar  al-Munkar,  ada
beberapa pendapat salah satunya pendapat  Abd. Hamid al-Bilali al-Mau’izhah al- Hasanah,  mengistilahkannya sebagai  salah satu manhaj metode dalam dakwah
untuk  mengajak  ke  jalan  Allah  dengan  memberikan  nasehat  atau  membimbing dengan  lamah  lembut  agar  mereka  mau  berbuat  baik.  Selain  itu  juga  mau’izhah
hasana dapatlah diartikan sebagai ungkapan  yang mengandung unsur bimbingan pendidikan, pengajaran, kisah-kisah gembira, peringatan, pendidikan, pesan-pesan
positif  wasiyat  yang  bisa  dijadikan  pedoman  dalam  kehidupan  agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
20
Jadi kesimpulan dari pengertian mau’idzatul hasanah, akan mengundang arti kata-kata  yang  masuk  dalam  dalam  kalbu  dengan  penuh  kasih  sayang.  Dan
kedalam  perasaan  denga  penuh  kelembutan,  tidak  membongkar  atau
19
M. Munir, Metode Dakwah, h. 13
20
M. Munir, Metode Dakwah, h. 16
membeberkan  kesalahan  orang  lain,  karena  lemah  lebut  dalam  menasehati seringkali  dapat  meluluhkan  hati  yang  keras  dan  menjinakan  kalbu  yang  liar,  ia
lebih mudah melahirkan kebaikan dari pada larangan dan ancaman.
21
c.  Al-Mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan Dari  segi  triminologi  bahasa  lafaz  mujadalah  terambil  dari  kata  “Jadala”
yang bermaknah memintal, melilit. Apabila di tambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti wazan Faa ala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat bagaikan menarik
dengan  ucapan  untuk  meyakinkan  lawannya  dengan  menguatkan  pendapatnya melalui argumentasi yang disampaikan.
Ali  al-Jarisyah  dalam  kitabnya  Adab  al  Hiwar  wa  almunadzara, mengartikan bahwa “al-jidal” secara bahasa dapat bermakna pula “Datang untuk
memilih  kebenaran”  dan  apabila  berbentuk  isim  “al-jadlu”  maka  berarti “pertentangan  atau  perseturuan  yang  tajam.”
Sedangkan  dari  segi  istilah terimonologi  terdapat  beberapa  pengertian  al-Mujadalah  al-Hiwar.  Al-
Mujadalah al-Hiwar berarti upaya  tukar pendapat  yang dilakukan  atau oleh dua pihak secara sinergis, tanpa ada suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan
daiantara keduannya.
22
Oleh karena itu peneliti menyimpulakan bahwa  metode dakwah merupakan cara  atau  sarana  untuk  lebih  terpusat  dan  terarah  dalam  pencapaian  sebuah
maksud maupun  tujuan yang telah ditetapkan untuk hasil yang lebih sempurna.
21
M. Munir, Metode Dakwah, h. 15-17
22
M. Munir, Metode Dakwah, h. 18
4 Materi Dakwah
Pengertian  materi  dakwah  Maddah  Ad-Da’wah  adalah  pesan-pesan dakwah  Islam  atau  segala  sesuatu  yang  harus  subjek  kepada  objek  dakwah  yaitu
keseluruhan  ajaran  Islam  yang  ada  dalam  kitabullah  maupun  sunnah  Rasul-Nya. Pesan-pesan dakwah  yang disampaikan kepada objek dakwah adalah pesan-pesan
yang berisi ajaran Islam. Sedangkan dalam istilah komuniasi, materi dakwah atau
Maddah Ad-Da’wah disebut dengan Istilah messege pesan.
Keseluruhan  materi  dakwah  maaddah  al-  Dakwah  ini  yang  meliputi bidang  akidah,  syariah  ibadah  dan  muamalah  dan  Akhlak,  dari  kesemua  materi
ini bersumber pada dua pokok ajaran Islam juga hasil ijhtihad para ulama, sejarah perdaban Islam. Kedua sumber ajaran Islam itu adalah:
1.  Al-Quran Al-Quran merupakan sumber petunjuk bagi landasan Islam, yang menganut
ajaran  kitab  Allah  yaitu  agama  Islam.  Al-quran  merupakan  materi  utama  dan sumber utama dalam berdakwah. Dalam, hal ini seorang da’i harus menguasai Al-
quran,  baik  dalam  hal  membacanya  maupun  penguasaan  terhadap  isi  kandungan Al-Quran.
2.  Hadist Hadist  merupakan  sumber  kedua  dalam  ajaran  Islam.  Dengan  menguasai
materi hadist maka seorang da’i telah memiliki bekal dalam menyampaikan tugas dakwahnya.  Hadist  yang  merupakan  penjelasan-penjelasan  dari  Nabi  dalam
merealisikan  kehidupan  berdasarkan  Al-Quran.  Bagi  para  juru  dakwah penguasaan hadis sangat penting untuk diinterpretasikan melalui sabda-sabda nabi
yang tertuang dalam hadits.
23
Oleh sebab itu untuk dapat memahami hadits pendakwah perlu melakukan pengamatan dan pemahaman secara menyeluruh terhadap hadits yang akan di kaji.
Secara  konseptual  pada  dasarnya  materi  dakwah  Islam  tergantung  pada  tujuan dakwah  yang  hendak  di  capai.  Namun,  secara  global  materi  dakwah  dapat
diklasifikasikan menjadi tiga pokok, yaitu: a.  Masalah keimanan aqidah
Aqidah  adalah  pokok  kepercayaan  dalam  agama  Islam.  Aqidah  Islam tersebut  tauhid  dan  merupakan  inti  dari  kepercayaan.  Tauhid  adalah  salah  satu
kepercayaan  kepada  Tuhan  Yang  Maha  Esa.  Dalam  Islam,  aqidah  merupakan I’tiqad  batiniyyah  yang  mencangkup  masalah-masalah  yang  erat  hubungannya
dengan  rukun  iman.  Masalah  aqidah  bukan  hanya  tertuju  pada  masalah-masalah yang    wajib  diimani,  akan  tetapi  materi  dakwah  juga  meliputi  masalah  yang
dilarang seperti syirik, dan ingkar adanya tuhan. b.  Masalah Keislaman syariat
Sayariat merupakan seluruh hukum dan perundang-undangan  yang terdapat dalam  Islam  baik  yang  hubungan    manusia  dengan  tuhannya,  maupun  antar
manusia  sendiri.  Syariat  ini  berhubungan  erat  dengan  amal  lahir  nyata.  Pada intinya  pengertian  syariah  menmpunyai  dua  aspek  hubungan  yaitu  hubungan
23
Samsul Munir Amir,  Ilmu Dakwah Jakarta: Amzah, 2009, h. 88
antara manusia dengan manusia dengan tuhan vartikal yang disebut ibadah, dan hubungan  antara  manusia  dengan  sesama  manusia  Horizontal  yang  disebut
muamalt. c.  Masalah Budi Pekerti Akhlaqul Karimah
Akhlak  dalam  aktivitas  dakwah  merupakan  pelengkap  keimanan  dan keislaman seseorang.  Selain itu akhlak pun merupakan penyempurna ke  islaman
dan keimanan seseoranag sebab rosulullah sendiri pernah bersabda: sesungguhnya aku  di  utus  untuk  menyempurnakan  akhlak  yang  mulia  al-hadis.  Dengan
demikian ajaran akhlak dalam islam termasuk kedalam dakwah yang penting yang harus disampaikan kepada masyarakat sebagai penerima dakwah.
24
5 Media Dakwah
Media  dakwah  adalah  peralatan  yang  dipergunakan  untuk  menyampaikan materi dakwah, pada zaman moderen upayanya  yaitu seperti televisi, video, kaset
rekaman,  majalah  surat  kabar,  termasuk  melalui  berbagai  macam  upaya  mencari nafkah dalam berbagai  sektor kehidupan. Pada mediapun masalah penelitian bisa
diperolah,  misalnya  bagaimana  efek  pentas  drama  terhadap  prilaku  keagamaan masyarakat  tertentu  yang  menonton  drama  itu,  bagaimana  dampak  dan
hikmahnya.
25
Selain  itu, kata media berasal dari  bahasa  latin, median,  yang merupakan bentuk  jamak  dari  medium  secara  etimologi  yang  berarti  alat  perantara.  Wilbur
24
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009, h. 89-
25
Wardi  Bachtiar,  metodologi  penelitian  dakwah,  Jakarta:  Logoso  wacana  ilmu:  1997 cet.1 hal 35
Schramm  mendefinisikan  media  sebagai  teknologi  informasi  yang  dapat digunakan dalam pengajaran. Maka yang dimaksud dengan media adalah alat-alat
yang  fisik  yang menjelaskan  isi pesan atau pengajaran, seperti buku, film,  video, kaset,  slide,  dan  sebagainnya.  Adapun  yang  dimasud  dengan  media  dakwah,
adalah  peralatan  yang  diperguanakan  untuk  menyampaikan  materi  dakwah  pada penerima  dakwah.  Di  zaman  modern  seperti  ini,  seprti  televisi,  video,  kaset
rekaman, majalah, dan surat kabar.
26
Maka  penulis  mendefinisikan  media  dakwah  merupakana  sarana  atau  alat untuk  menyampaikan  pesan  dakwah,  agar  maksud  dan  tujuan  dakwah  tersebut
tersampaikan  pada  khalayak.  Sehubung  dengan    media  seperti  apa  yang  akan digunakan oleh seorang da’i tersebut, itu semua di  kembalikan  lagi pada maksud
dan  tujuan  dakwah  tersebut  agar  sesuai  dengan  sasaran  dakwah  sehingga  pesan tersampaikan dengan baik.
6 Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah, harus diketahui oleh setiap juru dakwah atau da’i.  Karena seseorang  yang  melakukan  aktivitas  dakwah  pada  dasarnya  harus  mengetahui
tujuan  apa  yang  dilakukannya  itu.  Tanpa  mengetahi  tujuan  dari  aktivitas  dakwah tersebut, maka dakwah tidak mempunyai maknah apa-apa.
Secara  umum  tujuan  dakwah  adalah  terwujudnya  kebahagian  dan kesejahteraan  hidup  manusia  di  dunia  dan  akhirat  yang  diridhai  oleh  Allah.
Adapun tujuan dakwah dibedakan menjadi dua macam tujuan yaitu:
26
Samsul Munir Amir, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amazah,  2009 hal 113
1.  Tujuan umum dakwah Tujuan  utama  dakwah  adalah  nilai-nilai  hasil  akhir  yang  dicapai  atau  di
peroleh  oleh  keseluruhan  aktivitas  dakwah.  Untuk  tercapainnya  tujuan  utama maka  semua  penyusunan  rencana  tindakan  dakwah  harus  mengarah  kesana.
Tujuan  diatas  masih  bersifat  global  oleh  karena  itu  masih  memerlukan perumusan-perumusan  secra  terperinci  pada  bagian  lain.  Sebab  tujuan  utama  itu
dakwah  kepada seluruh umat manusia. Sedangkan  yang berkewajiban berdakwah keseluruh umat adalah Rasulullah dan utusan-utusan yang lain, sebagaimana yang
terdapat dalam Al-Quran dikatakan:
ْﻐَّﻠَﺑ ﺎَﻤَﻓ ْﻞَﻌْﻔَﺗ ْﻢَﻟ ْنِإَو َﻚِّﺑَر ْﻦِﻣ َﻚْﯿَﻟِإ َلِﺰْﻧُأ ﺎَﻣ ْﻎِّﻠَﺑ ُلﻮُﺳَّﺮﻟا ﺎَﮭُّﯾَأ ﺎَﯾ َﺖ
َﻦﯾِﺮِﻓﺎَﻜْﻟا َمْﻮَﻘْﻟا يِﺪْﮭَﯾ ﻻ َﮫَّﻠﻟا َّنِإ ِسﺎَّﻨﻟا َﻦِﻣ َﻚُﻤِﺼْﻌَﯾ ُﮫَّﻠﻟاَو ُﮫَﺘَﻟﺎَﺳِر
Hai  Rasul,  sampaikanlah  apa  yang  di  turunkan  kepadamu  dari  Tuhanmu. Dan  jika  tidak  kamu  kerjakan  apa  yang  diperintahkan  itu,  berarti  kamu  tidak
menyampaikan  amanat-Nya.  Allah  memelihara  kamu  dari  gangguan  manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.QS.
Al-Maidah 5: 67
Kebahagian  di  dunia  maupun  di  akhirat  merupakan  titik  akumulasi  tujuan hidup  manusia,  begitu  juga  dengan  tujuan  dakwah.  Sebab  hidup  bahagia  dunia
dan  akhirat  tidaklah  semuadah  yang  di  ucapkan  dan  di  inginkan,  tidak  cukup dengan  berdo’a  tetapi  perlu  disertai  dengan  berbagai  usaha.  Ini  berarti  usaha
dakwah,  baik  dalm  bentuk  menyeru  atau  mengajak  umat  manusia  agar  bersedia menerima  dan  memeluk  Islam,  maupun  dalam  bentuk  ma’ruf  dan  nahi  munkar,
tujuannya  adalah terwujudnya  kebahagiaan dan  kesejahteraan  hidup di  dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah.
Manusia memiliki akal dan  nafsu, akal senantiasa mengajak  ke arah  yang menyesatkan.  Disinilah  dakwah  berfungsi  memberikan  pengertian  kepadannya,
agar  kesejajaran  hidup  di  dunia  dan  akhirat  tercpai  itulah  cita-cita  sesungguhnya dari dakwah Islam.
2.  Tujuan Khusus Dakwah Tujuan  khusus  merupakan  perumusan  tujuan  dan  penjabaran  dari  tujuan
umum dakwah.  Maksud dari  tujuan  ini  agar  dalam  pelaksanaan  seluruh  aktivitas dakwah  dapat  diketahui  kemana  arahanya,  ataupun  jenis  kegiatan  apa  yang
hendak  di  kerjakan,  kepada  siapa  berdakwah,  dengan  cara  apa,  bagaimana,  dan sebagainya,  sehingga  tidak  terjadi  overlapping  antara  juru  dakwah  yang  satu
dengan  yang  lainnya  hanya  karena  masih  umumnya  tujuan  yang  hendak  di capai.
27
Sedangkan  secara  metodologi  menurut  Andy  Dermawan  dalam  bukunya Metodologi  Ilmu  Dakwah  menjelaskan  bahwa  tujuan  dakwah  adalah
mempertemukan  kembali  fitrah  manusia  dengan  agama  atau  menyadarkan manusia  agar  mengakui  kebenaran  Islam  dan  mau  mengamalkan  ajaran  Islam
sehingga  dapat  menyelamatkan  orang  dari  kesesatan  dan  kebodohan  menjadi orang baik.
28
27
Samsul Munir Amir,  Ilmu Dakwah Jakarta: Amzah, 2009, h. 59
28
Andy    Dermawan,  Metodologi  Ilmu  Dakwah,  Yogyakarta:  Lembaga  Studi  Filsafat Islam, 2002. h. 8
                