Program Kegiatan Yayasan Puan Amal Hayati

banyak pembahasan yang menyudutkan kaum perempuan seakan agama Islam menganggap rendah kaum perempuan. Salah satu contoh penyatakan dalam kitab tersebut, bahwa perempuan memakai parfum kemudian keluar rumah itu boleh dipukul. Pernyataan dalam kitab ini setelah ditelusuri dan dikaji ternyata hadits itu palsu. Sedangkan ketidak relevanan isi dalam kitab “Takrib” sendiri, adalah bahwa air yang boleh kita gunakan untuk berwudhu adalah empat dzira’. Satu dzira’ itu panjangnya satu lengan orang Arab. Nah, apakah lengan orang Arab ini sama dengan lengannya orang Indonesia. Lalu, bagaimana kita memahamainya? Oleh karena itu kita perlu melakukan reinterpretasi dan re-read terhadap kitab “Taqrib” ini. 2 Kemudian dari forum kajian kitab kuning atau FK3 ini, hasil dari diskusi- diskusi yang telah disepakati oleh Ibu Sinta Nuriyah Wahid setelah itu di interpretasikan atau dibekukan dalam sebuah buku yang telah diterjemahakan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris agar dapat dibaca dan difahami oleh semua kalangan dengan bahasa yang tidak terlalu baku dan mudah di cerna. Kemudian mensosialisasikannya melalui yayasan Puan Amal Hayati. 3 Advokasi yang dilakukan puan amal hayati melalui pesantren ini ternyata mendapatkan respon dan dukungan yang cukup baik, ada delapan pesanten yang menjadi mitra Puan Amal Hayati yaitu ada di daerah Jakarta Timur, Tasik Malaya, Probolinggo, Jember, Malang, Sumeneb dan Lombok. 4 2 Emamatul Qudsyiyah, Khairul Ali. “ Ibu Hj. Dra. Shinta Nuriyah Wahid, M. Hum.: Pejuang Hak-Hak ... ”, http:fatayat.or.idtokohdetail6 . di akses pada 6 November 2013. 3 Dari wawancara dengan Andrei Husain pada tanggal 26 November 2013 4 Dari wawancara dengan Andrei Husain pada tanggal 05 Mei 2013 Bentuk aktivitas dakwah selanjutnya yang dilakukan oleh Ibu Sinta Nuriyah Wahid dalam memperjuangkan hak-hak perempuan yaitu dengan cara ceramah- ceramah di majelis ta’limatau secara tatap muka face to face,mengisi kajian di radio serta acara seminar-seminar lain yang berkaitan dengan perjuangan hak-hak perempuan, kemudian ibu Sinta Nuriyah Wahid melakukan acara khusus setiap satu tahun sekali yaitu pada bulan puasa. Ibu Sinta Nuriyah Wahid melakukan roodshow dari satu negara atau kota satu ke kota lain yang ada di Indonesia maupun luar negeri. Tujuannya adalah agar terciptanya hubungan baik dan harmonis antara pemeluk agama Islam dengan agama lain dan saling menghargai satu sama lain. 5 Pada tahun 2010 kemarin telah berhasil merealisasikan sejumlah program berkenaan dengan pemberdayaan perempuan dan penanggulangan KBG Kekerasan Berbasis Gender. Di antara program yang sudah dilakukan adalah penyelenggaran acara talkshow dengan tema: “Say No to Violence Againts Women Children”, dengan dukungan kementrian pemberdayaan Perempuan dan UNFPA, acara ini disiarkan secara on-air oleh radio Kayu Manis 99,5 FM RKM- Ciputat, setiap senin dan kamis, 24 Juni- 08 Juli 2010, pukul 17 .00- 18- .00 WIB, yang di sampaikan oleh ibu Sinta Nuriyah secara langsung. 6 Beliau sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan keadilan jender. Melakukan pengkajian mendalam terkait hadits dalam kitab-kitab klasik yang tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman dan sangat bias jender. Melakukan advokasi secara meyeluruh guna membangun martabat kaum wanita 5 Dari wawancara dengan Andrei Husain pada tanggal 26 November 2013 6 Puan Amal Hayati, Majalah Tantri, Jakarta: Yayasan Puan Amal Hyati, 2011, hal. 6