jalan  kebenaran sesuai dengan tuntunan al-quran dan hadist dalam bingkai  Islam, agar menadapatkan kebahagian dunia dan akhirat.
3. Bentuk - Bentuk Dakwah
Menurut Samsul Munir Amin dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Dakwah”
mendefinisikan dakwah ada tiga bentuk yaitu:
A.  Dakwah  bil  lisan.  dakwah  ini  dilakukan  dengan  dengan  menggunakan lisan  antara  lain  dengan  ceramah-ceramah,  khutbah,  diskusi,  nasihat  serta
pengajian-pengajian yang dilakukan di majelis taklim.
B.  Dakwah  bil  kitab.  Adalah  dakwah  yang  menggunakan  keterampilan  tulis menulis  berupa  artikel  atau  naskah  yang  kemudian  dimuat  di  dalam
majalah atau seurat kabar. Buletin, buku dan sebagainya.  Dakwah  seperti
ini dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang cukup lama.
C.  Dakwah  bil  hal.  Dakwah  yang  dilakukan  melalui  berbagai  kegiatan  yang langsung  menyentuh  kepada  masyarakat  sebagai  objek  dakwah  atau
berdakwah melalui perbuatan, mulai tutur kata, tingkah laku, sampai pada kerja bentuk nyata mendirikan panti asuhan, fakir miskin, sekolah-sekolah
dan rumah-rumah ibadah.
13
4. Unsur – Unsur Dakwah
Dalam dakwah terdapat unsur-unsur dakwah yaitu komponen-komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah, diantara unsur-unsur tersebut adalah:
13
Samsul Munir Amir, Ilmu Dakwah. hal. 11
1 Subjek Dakwah
Da’i  adalah  orang  yang  berperan  aktif  melaksanakan  dakwah  baik  secara lisan,  tulisan,  maupun  perbuatan  yang  dilakukan  baik  secara  individu,  kelompok
atau  melalui  organisasi  maupun  lembaga.  Dalam  hal  ini  Nasruddin  Lathif  dalam bukunya  mendefinisikan  da’i  adalah  muslim  dan  muslimat  yang  menjadikan
dakwah  sebagai  suatu  amaliah  pokok  bagi  tugas  ulama.  Ahli  dakwah  adalah wa’da, mubaligh mustama’in juru penerang yang menyeru, mengajak, memberi
pengajaran, dan pelajaran agama Islam.
14
Berkaitan  dengan  subjek  dakwah,  dakwah  dapat  dibedakan  menjadi  dua bagian  yaitu, Da’i dalam  kriteria umum,  yaitu setiap muslim atau muslimat  yang
berdakwah  sebagai  kewajiban  seorang  muslim  yang  melekat  dari  misinnya
sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah “ballighu’ anni walau ayah” dan
secara  khusus,  yakni  mereka  mengambil  keahlian  secara  khusus  mutakhassis dalam bidang dakwah Islam, dengan kesungguhan yang luar biasa.
15
Sebagaimana yang  sudah  di  dituliskan  dalam  Al-quran  surat  Al-Imron  ayat  104,  dijelaskan
bahwa :
ِﻦَﻋ َنْﻮَﮭْﻨَﯾَو ِفوُﺮْﻌَﻤْﻟﺎِﺑ َنوُﺮُﻣْﺄَﯾَو ِﺮْﯿَﺨْﻟا ﻰَﻟِإ َنﻮُﻋْﺪَﯾ ٌﺔَّﻣُأ ْﻢُﻜْﻨِﻣ ْﻦُﻜَﺘْﻟَو َنﻮُﺤِﻠْﻔُﻤْﻟا ُﻢُھ َﻚِﺌَﻟوُأَو ِﺮَﻜْﻨُﻤْﻟا
“Dan  hendaklah  ada  di  antara  kamu  segolongan  umat  yang  menyeru kepada  kebajikan,  menyeru  kepada  yang  mar’ruf  dan  mencegah  dari  yang
munkar, mereka itulah orang- orang yang beruntung ”
14
Muhammad Munir. Menejemen Dakwah Jakarta: Kencana, 2009 hal. 22
15
Siti Muriyah. Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000, cet. Ke 1, hal.  23
Maka dengan demikian sebagaimna pelaku dakwah, bagaimanapu keadaan dan  permaslahan  yang  dihadapi  seiring  dengan  tuntutan  perkembangan  ilmu
pengetahuan, teknologi, dan globalisasi, serta tututan kebutuhan hidup maka tidak cukup  dakwah  hanya  di  lakukan  secara  fardhi  yaitu  merencanakan  dan
mengerjakan sendiri. Oleh  sebab itu bisa dilakukan  secara jama’i melalui sebuah lembaga  yang  ditata  secara  baik  serta  menghimpun  berbagai  keahlian  yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
2 Objek Dakwah
Objek dakwah adalah  manusia, baik seorang atau lebih, yaitu masyarakat. Pemahaman mangenai masyarakan itu beragam tergantung pada cara pandangnya.
Dilihat  dari  bidang  sosial,  masyarakat  mempunyai  struktur  dan  mengalami perubahan-perubahan.  Di  dalam  masyarakat  terjadi  interaksi  antara  satu  orang
dengan  orang  lain,  antar  satu  kelompok  dengan  kelompok  lain,  individu  dengan kelompok. Dalam masyarakat juga terdapat kelompok-kelompok, lapisan-lapisan,
lembaga-lambaga, terhadap masyarakat. Pandangan pisikologi lain lagi, demikian pula  pandangan  dari  bidang  antropologi,  sejarah,  ekonomi,  agama,  dan
sebagainya. Penelitian  objek  dakwah  adalah  berangkat  dari  permasalahan  yang
terdapat di dalam masyarakat itu, baik masyarakat yang telah memperoleh dakwah Islamiyah  maupun  masyarakat  yang  belum  memperoleh  dakwah  islamiyah.
Misalnya permasalahn yang terdapat di masyarakat. Mengapa ulama Islam miskin harta  padahal  potensi  untuk  memproleh  rizqi  telah  disediakan  Allah?  Mengapa
umat Islam yang ada menjadi jahat? mengapa umat Islam melakukan kawin-cerai, kawin-cerai, kawin?.
16
Objek  dakwah  dapat  juga  disebut  sebgai  mad’u  yaitu  manusia  yang menjadi  sasaran  dakwah,  atau  manusia  penerima  dakwah,  baik  sebagai  individu
manapun  sebagai  kelompok,  baik  manusia  yang  beragama  Islam  maupun  tidak atau  dengan  kata  lain,  manusia  secara  keseluruhan  baik  yang  sudah  beragama
Islam  maupun  telah  beragama  Islam.  Dalam  hal  ini  secara  umum  Al-Quran menjelaskan  ada  tiga  tipe  mad’u  yaitu  mukmin,  kafir,  dan  munafik.  Kemudia
Muhammad Abduh membagai mad’u menjadi tiga golongan, yaitu: 1.  Golongan    cerdik  cendikiawan  yang  cinta  kebenaran,  dapat  berfikir
secara keritis, dan cepat dapat menangkap persoalan. 2.  Golongan  awam,  yaitu  orang  yang  kebanyakan  belum  dapat  berfikire
secara  keritis  dan  mendalam,  serta  belum  dapat  menangkap pengertian-pengertian yang tinggi.
3.  Golongan  yang  berbeda  dengan  kedua  golongan  tersebut,  mereka senang  membahas  sesuatu  tetapi  hanya  dalam  batasan  tertentu  saja,
dan tidak mampu membahasnya secara mendalam. Oleh  karena  itu,  menggolongkan  mad’u  sama  dengan  menggolongkan
manusia  itu  sendiri  dari  aspek  profesi,  ekonomi,  pendidikan,  tingkat  usia, pengetahuan, sosial dan sebagainya.
17
16
Wardi  Bolhitar,  Metodologi  Penelitian  dakwah,  Jakarta:  Legoso  Wacana  Ilmu, 1997, cet. 1, hal. 35
17
Muhammmd Munir, Menejemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009, h. 23