yang biasanya di ajarkan di pesantren. Dalam kegiatan dan program-programnya dalam kajiannya tenatang gender yang berkaitan dengan Islam Puan Amal Hayati
mendapatkan kepercayaan oleh PBB untuk mengelolanya.
17
Oleh sebab itu yang menjadikan dasar dari beberapa kegiatan yang menjadi tujuan Yayasan Puan Amal hayati adalah mewujudkan masyarakat yang
terbebas dari kekerasan berdasarkan perinsip-perinsip moral agama dan kemanusiaan, khususnya bagi kaum perempuan dan menjadikan pesantren sebagai
basis penghapusan kekerasan terhadap perempuan.
3. Program Kegiatan Yayasan Puan Amal Hayati
Agar lebih terarah serta mengefektifkan dan menyelaraskan kegiatan kerja Puan Amal hayati, maka dalam setiap agenda maupun kegiatan, program yang
dibentuk akan ada pembagian devisi, setiap devisi memiliki program kerja yang sfesifik, tetapi senantiasa diitegrasikan dengan devisi lain, sehingga arah
perogram kerja menjadi lebih fokus dan tetap sasaran. Devisi tersebut yaitu: 1. Divisi Pendampingan Korban
2. Divisi Forum Kajian Kitab Kuning FK3 3. Divisi Sosial Kemanusiaan
4. Divisi Pengembangan Pluralisme atau Kerukunan Umat Beragama 5. Divisi Publikasi.
18
Sebagai LSM berbasis pesantren yang fokus di bidang pemberdayaan perempuan, Yayasan Puan Amal Hayati, pada tahun 2010 kemarin telah berhasil
17
Wawancara langsung dengan Andrei Husein pada tanggal 03 Mei 2013
18
Dari worldpress Puan Amal Hayati. “Devisi Puan Amal Hayati”, http:puanamalhayati.wordpress.comtentang-puan-2divisi-puan
. diakses pada tanggal 18 November 2013
merealisasikan sejumlah program berkenaan dengan pemberdayaan perempuan dan penanggulangan KBG Kekerasan Berbasis Gender. Di antara program yang
sudah dilakukan adalah penyelenggaran acara talkshow dengan tema: “Say No to Violence Againts Women Children”. Dengan dukungan kementrian
pemberdayaan Perempuan dan UNFPA, acara ini disiarkan secara on-air oleh Radio Kayu Manis 99,5 FM RKM- Ciputat, setiap senin dan kamis, 24 Juni- 08
Juli 2010, pukul 17 .00- 18-.00 WIB. Ketika itu ibu Sinta Nuruyah sudah menjadi ketua di yayasan Puan Amal Hayati.
19
4. Visi dan Misi Yayasan Puan Amal Hayati
Visi : Mewujudkan masyarakat adil dan setara yang terbatas dari kekerasan dan
diskriminasi berdasarkan prinsip-prinsip moral, agama, dan kemanusiaan. Misi:
Menjadikan pesantren sebagai basis gerakan penegakkan keadilan, nilai- nilai pluralisme dan kesetaraan bagi perempuan melalui advokasi, pengkajian
kitab-kitab agama, serta penyebaran informasi.
20
19
Puan Amal Hayati, Tantri, Jakarta: Yayasan Puan Amal Hayati, h. 6
20
Dari worldpress Puan Amal Hayati. “Visi dan Misi Puan Amal Hayati”, http:puanamalhayati.wordpress.comtentang-puan-2visi-dan-misi
, diakses pada tanggal 18 November 2013.
54
BAB IV AKTIVITAS DAKWAH Dra. HJ. SINTA NURIYAH WAHID DALAM
MEMPERJUANGKAN HAK-HAK PEREMPUAN
A. Bentuk Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid dalam
Memperjuangkan hak-hak perempuan.
Aktivitas dakwah yang dilakukan oleh ibu Sinta Nuriyah Wahid saat ini sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh yayasan Puan Amal Hayati. Serta
melanjutkan apa yang sudah di perjuangkan oleh suaminya alm. K.H. Abdurrahman Wahid. Adapun memang misi tambahan ketika Ibu Sinta Nuriyah
Wahid memimpinyaitu memperjuangkan hak-hak perempuan dengan basis pesantren.
Bentuk aktivitas dakwah yang dilakukan ibu Sinta Nuriyah dalam memperjuangkan hak-hak perempuan yaitu sama dengan apa yang dilakukan
Yayasan Puan Amal Hayati. Di yayasan ini ada salah satu devisi yang menjadi fokus kajian diskusi yang dilakuakan Ibu Sinta Nuriyah Wahid dengan para kyai
podok pesanten dan para aktivis perempuan lainnya yang tergabung dalam sebuah forum kajian kitab kuning atau FK3.
1
Forum kajian kitab kuning FK3 ini mengkaji ulang kitab-kitab klasik diantaranya kitab yang sangat populer dikalangan pondok pesantren yaitu kitab
“Uqud al Lujjain” karangan Imam Nawawi al-Bantani, dan kitab“Taqrib”. Kedua kitab ini menurut Ibu Sinta Nuriah kandungan isinyasudah tidak relevan lagi
dengan perkembangan zaman dan Nabi-pun tidak mengajarkannya. Terlalu
1
Hasil wawancara dengan Andrei Husain pada tanggal 26 November 2013
banyak pembahasan yang menyudutkan kaum perempuan seakan agama Islam menganggap rendah kaum perempuan. Salah satu contoh penyatakan dalam kitab
tersebut, bahwa perempuan memakai parfum kemudian keluar rumah itu boleh dipukul. Pernyataan dalam kitab ini setelah ditelusuri dan dikaji ternyata hadits itu
palsu. Sedangkan ketidak relevanan isi dalam kitab “Takrib” sendiri, adalah bahwa air yang boleh kita gunakan untuk berwudhu adalah empat dzira’. Satu
dzira’ itu panjangnya satu lengan orang Arab. Nah, apakah lengan orang Arab ini sama dengan lengannya orang Indonesia. Lalu, bagaimana kita memahamainya?
Oleh karena itu kita perlu melakukan reinterpretasi dan re-read terhadap kitab “Taqrib” ini.
2
Kemudian dari forum kajian kitab kuning atau FK3 ini, hasil dari diskusi- diskusi yang telah disepakati oleh Ibu Sinta Nuriyah Wahid setelah itu di
interpretasikan atau dibekukan dalam sebuah buku yang telah diterjemahakan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris agar dapat dibaca dan difahami oleh
semua kalangan dengan bahasa yang tidak terlalu baku dan mudah di cerna. Kemudian mensosialisasikannya melalui yayasan Puan Amal Hayati.
3
Advokasi yang dilakukan puan amal hayati melalui pesantren ini ternyata mendapatkan
respon dan dukungan yang cukup baik, ada delapan pesanten yang menjadi mitra Puan Amal Hayati yaitu ada di daerah Jakarta Timur, Tasik Malaya, Probolinggo,
Jember, Malang, Sumeneb dan Lombok.
4
2
Emamatul Qudsyiyah, Khairul Ali. “
Ibu Hj. Dra. Shinta Nuriyah Wahid, M. Hum.: Pejuang Hak-Hak ...
”,
http:fatayat.or.idtokohdetail6
. di akses pada 6 November 2013.
3
Dari wawancara dengan Andrei Husain pada tanggal 26 November 2013
4
Dari wawancara dengan Andrei Husain pada tanggal 05 Mei 2013